Happy Reading...
.
.
.
...3 Bulan Kemudian....
Bandung, Indonesia.
07.00 Am.
Steve mengerjakan beberapa dokumen dihadapannya dengan wajah yang senang, padahal biasanya Steve akan mengeluh atau memasang wajah kesal saat mengerjakan dokumen yang tidak selesai ini.
"Apa ada kabar bagus Tuan? Anda terlihat sangat senang." Tanya Jake. Tangan kanan Steve.
"Beberapa minggu lalu aku mengirim hadia untuk Bianca, lalu tak lama ia menelepon ku dan berkata kalau dia senang dengan hadia yang ku kirim kan. Oh dia juga mengirim hadia parfum." Steve menunjuk kearah parfum yang Bianca kirimkan.
Jake tau betul jika tuannya sudah sangat ingin pulang dan bertemu dengan Bianca, karena itu hampir setiap hari Steve meneleponnya adik perempuannya itu dan bercerita tentang beberapa hal. Yaa Jake juga bersyukur karena hubungan mereka cukup membaik.
"Memangnya Tuan mengirimkan apa untuk Nona?" Tanya Jake penasaran mengingat jika Steve tidak pandai memilih hadia.
"Aku memberikan belati dan boneka beruang, didalam boneka itu ada racun khusus agar jika ada penjahat Bianca bisa menggunakannya."
'Aku sudah menduganya, jika orang tidak mengerti mungkin Steve dikira sedang mengancam untuk melakukan pembunuhan.'
"Apa Nona tau jika didalam boneka itu ada racunnya?"
"Tidak, selain ada racun di boneka itu juga ada kamera tersembunyi jadi aku bisa memantau penjahat mana saja yang berani mengganggu Bianca ku dan aku akan mengeluarkan racun itu sendiri." Senyum jahat terukir di wajah tampan Steve yang sontak membuat Jake merinding.
Terkadang Jake takut dengan teknologi yang sudah semakin canggih ini.
Brak. Pintu terbuka lebar menampilkan seorang pria dengan rambut yang acak-acakan tengah menatapnya dengan tatapan takut.
"Tuan, pembunuh berantai itu melarikan diri." Ujarnya. Kini tatapan mata yang lembut sudah menghilang dan terganti dengan tatapan dingin.
"Aku sudah menaruh GPS ditubuhnya, lacak dia." Perintah Steve.
"Baik Tuan."
...🌸...
Bianca mengendus boneka beruang pemberian Steve. Ia tau betul bau samar-samar yang terdapat didalam boneka ini.
"Kakak, orang lain pasti akan mengira kalau kau sedang merencanakan pembunuhan untuk ku." Bianca tertawa kecil. Ia juga tau kalau di mata Boneka beruang itu terdapat kamera pengintai.
Padahal Steve tau jika nantinya boneka ini hanya akan menjadi pajangan. Kalau begitu biarkan Bianca menyimpannya dengan benar.
Bianca menarik sebuah kursi, ia menaikinya untuk menaruh boneka itu di rak yang buku yang paling atas. Bianca tidak perlu takut jika Steve melihat tubuhnya telanjang dikamarnya, karena ada dua ruangan khusus yang terdapat di rumah itu.
Dua ruangan itu adalah ruangan pakaian untuk Ben dan Bianca, disana lah mereka berganti pakaian.
Setelah meletakan boneka itu Bianca bergegas turun ke lantai bawah untuk sarapan dan berangkat sekolah.
Namun ia menyerit heran begitu melihat ketiga pelayan itu berbisik-bisik dengan ekspresi takut.
"Ada apa ini?" Tanya Bianca yang membuat ketiga pelayan itu menatapnya khawatir.
"Nona sebaiknya anda berhati-hati, lihat lah." Salah satu pelayan yang bertugas untuk memasak memperlihatkan sebuah berita di ponselnya.
Breaking news.
Dua orang siswi dari SMA xx, ditemukan tak bernyawa dengan kondisi yang sangat memprihatikan. Diduga mereka adalah korban pelecehan sekaligus korban pembunuhan.
"Itu bukannya korban yang ke lima di bulan ini?" Ujar Ben yang tiba-tiba sudah berada di belakang Bianca.
'Apa Ben menghitungnya?'
Ben menatap ponsel milik pelayan itu. Memang benar jika akhirnya ini sering terjadi pembunuhan, targetnya adalah para pelajar. Korbannya juga terdapat di kota yang berbeda.
Tapi kalau diamati lagi ada sesuatu yang khusus dari korban pembunuhan ini.
"Kalau diamati lagi, bukankah selalu ada bekas tarikan tali dilehernya." Bisik Ben yang membuat Bianca mengangguk.
"Seperti dia juga memilih korbannya, selain pelajar korbannya selalu memiliki tinggi yang sama, yaitu 170 cm."
"Tuan muda, Nona kalian bisa terlambat sekolah jika tidak segera pergi." Ujar salah seorang pelayan yang membuat mereka tersentak.
Bianca dan Ben selalu pulang dan pergi bersama dengan menaiki motor, tentu saja yang mengendarainya adalah Ben dan yang memegang kuncinya adalah Bianca.
"Ayo pergi, kita bahas ini nanti saja. Lagipula para kakak pasti sudah menangani hal ini." Ujar Bianca yang membuat Ben mengangguk.
...🌸...
"Bianca apa kau melihat berita yang tadi? Bukankah itu mengerikan? Kau harus berhati-hati saat pulang malam." Ujar Bahiyyih sedikit heboh.
"Ya, itu memang menyeramkan."
'Tapi aku jadi penasaran siapa pembunuhnya.'
"Kau harus berhati-hati Bahiyyih." Ujar Bianca yang entah kenapa malah membuat Bahiyyih sangat senang.
"Bianca kau mengkhawatirkan ku? Aku baik-baik saja karena selalu bersama oppa dan selalu dijemput."
"Benar juga." Bianca tertawa kecil. "Apa kau ikut ke perkemahan Minggu depan?" Tanya Bianca mengalihkan topik.
"Bukankah tempat kemah itu ada di daerah Washington?" Bahiyyih meletakkan pedangnya dan mendudukkan diri disamping Bianca.
Saat ini mereka berdua memang tengah beristirahat dari kegiatan club. Sejujurnya Bianca malas mengikuti kemah itu karena tempatnya sangat jauh. Butuh waktu sekitar 5 jam untuk sampai kesana.
'Kenapa harus jauh-jauh untuk berkemah?'
"Benar."
"Apa kau mau satu kamar dengan ku?" Netra Bahiyyih terlihat berbinar.
"Aku tidak yakin kita boleh satu kamar dengan teman dari kelas lain."
Bahiyyih terlihat lesuh saat mendengar ucapan Bianca. "Kau benar, tapi tidak masalah karena kita pasti berada di satu villa."
Awalnya Bianca pikir mereka akan berkemah dengan tidur di tenda tapi ternyata mereka berkemah dengan menginap disebuah villa yang terletak di tengah hutan daerah Washington.
Mereka akan menginap disana selama 3 hari atau paling lama 1 Minggu. Sama seperti sekolah biasanya hanya saja mereka akan lebih banyak bersenang-senang dan belajar di ruangan terbuka.
'Sepertinya menyenangkan.'
Adakah di antara kalian yang pernah berkemah? Aku sih belum pernah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments