Happy Reading....
.
.
.
...2 Minggu Kemudian...
Las Vegas, Kota Nevada, Amerika serikat.
07.00 Am.
"KENAPA KAU TIDAK MEMBANGUNKAN KU?!!" Teriak Ben heboh, Ben berlari menuruni tangga dengan terburu-buru dan hanya menggenakan handuk yang terikat di pinggangnya.
Bianca yang tengah memakan roti dan meminum susunya hanya menatap Ben santai.
"Sudah ku bangunkan, kau saja yang sedang cosplay menjadi mayat."
Hari ini adalah upacara penerimaan murid baru jadi seharusnya mereka tidak boleh telat. Bianca yang pada dasarnya selalu bangun pagi jadi tidak masalah tapi Ben tidak terbiasa.
Padahal para pelayan dan Bianca sudah membangunkannya tapi Ben tak kunjung bangun sampai-sampai membuat Bianca berpikir jika Beomgyu sudah tewas.
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?!" Omelnya tak terima.
"Terserah aku." Balasnya cuek. Bianca bangkit dari duduknya dan meraih tas ransel.
"Hey kau mau kemana?"
Bianca hanya melirik Ben tanpa berniat untuk menjawab, ia mengabaikan pertanyaan Ben dan terus berjalan ke arah pintu keluar.
BRAK. Baru saja Bianca ingin membuka pintu itu namun Ben dengan cepat menahannya. Ia mengunci pintu itu dan mengambil kuncinya.
"Kau sudah gila hah?! Aku ingin sekolah!"
"Aku juga. Kau harus menunggu ku, jadi aku tidak akan dihukum sendirian."
"Apa? Curang sekali kau!"
"Kita ini kembar jadi kalau aku dihukum kau juga harus dihukum."
Bianca menganga mendengar ucapan Ben, ia mendengus kesal. Disaat seperti ini Ben baru mau mengakuinya sebagai anak kembar.
"Kalau begitu cepat pakai baju mu, sialan!" Umpatnya kesal menyadari jika sejak tadi Ben hanya memakai handuk untuk menutupi aset berharganya.
"Ah benar." Ujarnya yang langsung kabur kembali ke kamarnya.
...🌸...
Beruntung dengan menaiki motor yang dikendarai oleh Ben mereka bisa sampai disekolah tepat waktu. Bayangkan saya Ben menyetir motor dengan kecepatan diatas rata-rata, seharusnya jika naik kendaraan bisa sampai dalam waktu ±5 menit atau paling lama 10 menit tapi karena Ben menantang malaikat maut alhasil mereka bisa sampai sekolah dalam waktu ±3 menit.
Padahal jika jalan kaki hanya memakan waktu 20 menit.
Sudah pasti saat disekolah Bianca memberikan sumpah serapah pada Ben dan meminta kunci motor pada Ben takut-takut Ben akan pulang duluan.
Ben sendiri hanya menggerutu tak terima namun ia tetap menyerahkan kunci motor itu.
Bianca dan Ben memasuki kelas X Bahasa 2, walaupun mereka tidak duduk berdampingan tapi mereka tetap satu kelas.
"Kalian yang duduk dibarisan pertama paling belakang dan barisan ke tiga paling depan. Kalian anak kembar ya?" Tanya seorang guru lelaki yang usianya sekitar 60 tahun.
Ada 5 barisan dan setiap baris terdapat 8 meja di kelas ini, kalau ditotalkan maka ada 40 siswa. Bianca berada di barisan pertama dengan kursi paling belakang dan Ben berada di barisan ke dua kursi paling depan.
Tentu saja alasan Bianca mengambil kursi paling belakang adalah karena menyenangkan. Barisan pertama itu berada di ujung dekat jendela dan barisan terakhir diujung dengan pintu.
"Iya pak." Jawab mereka kompak tapi malas.
Kini seluruh penghuni kelas menatap mereka dengan tatapan kagum.
"Wah mereka benar-benar mirip."
"Bagaimana cara membedakan mereka?"
"Untung mereka beda gender."
"Kalian beda berapa menit?"
Pertanyaan-pertanyaan terlontar di mulut para murid yang malah membuat Bianca kebingungan untuk menjawabnya, tapi Ben bisa menjawab pertanyaan itu semua dengan santai.
"Baiklah, kalian bisa berbincang-bincang lagi nanti, sekarang waktunya belajar." Ujar guru itu yang membuat seisi kelas terdiam.
...🌸...
Bianca mendudukan dirinya di kursi taman belakang, ia menatap langit-langit yang menampilkan cahaya matahari yang panas menyengat.
Ah, Bianca ingin sekali tidur. Haruskah Bianca tidur disini?
"Hallo." Ujar seorang gadis cantik yang membuat Bianca menoleh kearahnya dengan malas.
"Ya." Jawabnya singkat.
"Apa aku boleh duduk disamping mu?" Tanyanya pelan takut jika gadis dihadapannya itu tidak suka.
"Ya duduk saja, tidak ada yang melarangnya." Ujar Bianca santai yang membuat gadis itu tersenyum cerah, gadis cantik itu membawa kotak makan.
"Apa kau mau?" Ujarnya menawari makanan itu. Kotak makan itu berisi nasi goreng, susu dan beberapa cemilan.
"Tidak terimakasi." Tolaknya yang membuat gadis itu memasang ekspresi sedih dan kecewa.
Bianca yang melihat wajah kecewa gadis itu entah kenapa jadi merasa tidak enak.
Bianca menghela nafas. "Apa aku boleh mengambil susunya?"
Wajah gadis itu seketika berbinar. "Tentu saja." Jawabnya senang.
"Ah, nama ku Bahiyyih Huening. Kalau kau siapa?"
"Bianca Aprhodite Siegfried, sepertinya kau blasteran ya?"
"Ibu ku orang Korea tapi ayah ku orang Amerika. Aku lahir dan besar di Amerika." Jelas Bahiyyih yang membuat Bianca mengangguk paham. "Kau juga blasteran ya?"
"Ibu ku orang Indonesia dan ayah ku orang Korea-Eropa."
"Hebat." Semangatnya.
Bianca menyerit bingung. "Apanya yang hebat?"
"Ah tidak, maksud ku blasteran tiga negara itu keren."
"Tapi bukankah wajah ku lebih dominan ke Asia?"
Bahiyyih terdiam, ia tidak menyangkalnya. Tapi bagi Bahiyyih wajah Bianca sangatlah cantik, apalagi logat bicaranya yang masih ada aksen Eropa dan Indonesia.
Apalagi kacamata yang terpasang dengan cantik di wajah Bianca. Tentu saja itu hanyalah kacamata gaya yang Bianca pakai untuk menghalau sinar matahari.
'Bukankah Bianca sangat imut?'
"Ah ngomong-ngomong apa kau sudah menentukan mau masuk club apa?" Tanya Bahiyyih.
"Belum, aku juga baru tau tentang club itu."
"Kita wajib mengikuti club, kau bisa memasuki satu atau dua club."
Mengikuti satu club saja sudah sangat malas apalagi harus mengikuti dua club. Bianca hanya ingin tidur setelah pulang sekolah.
"Kau sudah tau mau masuk club apa?" Tanya Bianca yang membuat Bahiyyih menggeleng. Walaupun sebenarnya Bahiyyih sudah menentukan, tapi Bahiyyih ingin satu club dengan Bianca.
'Aku ingin bersama dengan Bianca.'
Bahiyyih Huening
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments