Happy Reading...
.
.
.
BRAK. Kai membanting pintu itu dengan marah.
"Brengsek." Kai mengacak-acak surainya dengan kasar. Entah kenapa hari ini dia sangat kesal.
Tersenyum ramah dan berpura-pura baik di depan orang lain adalah salah satu aktingnya di kehidupan sehari-hari. Tak hanya dirinya, Bahiyyih pun juga sama.
"Mereka semua menyusahkan." Gerutunya kesal. Ia menyandarkan punggungnya di tembok dan membuka dua kancing kemeja sekolahnya.
Sekarang sudah hampir jam 7 malam, para siswa pasti sudah pulang atau sedang mengikuti kegiatan clubnya. Kai juga mengikuti club basket hanya saja saat ini club basket diliburkan. Jadi sudah pasti tak ada siapapun yang akan ke rooftop sekolah.
Kai merogoh saku celananya, mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan rokok itu. Ia mulai menghisap rokok itu dengan santai tanpa perlu takut ketauan orang lain.
Namun sepertinya Kai merasakan adanya kehadiran orang lain, ia menoleh kearah kirinya dan ternyata benar.
Disana, dibawah pohon yang cukup besar. Bianca yang tengah berbaring dengan memakai kaos putih dan rok sekolahnya tengah menatapnya dengan malas.
"Aku duluan kok yang disini." Ujarnya santai.
Bianca memang jarang ke tempat ini karena ia malas menggunakan tangga. Tapi karena hari ini dirinya cukup mengantuk dan tak mau diganggu alhasil dengan terpaksa Bianca ke atap sekolah.
Namun baru tidur satu jam, ia dikagetkan dengan suara pintu yang di banting. Bianca bahkan sampai mengumpat didalam hati sangking kesalnya.
Bianca tidak terkejut melihat sifat asli Kai, ada banyak orang yang seperti Kai didunia ini dan selama hidupnya Bianca selalu bertemu dengan orang-orang itu.
'Ya para selebriti memang selalu menyembunyikan hal-hal buruk untuk dirinya sendiri.'
Bianca menghela nafas, ia bangkit dari tidurnya dan membereskan barang-barang miliknya.
"Kau mau kemana?!" Ujar Kai dingin. Ia berjalan cepat menghampiri Bianca.
"Mau pulang." Jawabnya santai.
"Setelah semua ini kau mau pulang begitu saja?!"
Bianca menatap Kai. Memangnya Bianca melakukan hal apa sampai-sampai dirinya harus ditahan seperti ini? Atau mungkin Kai takut jika Bianca mengadukan hal ini pada orang-orang?
Oh, ayolah kenapa Bianca harus repot-repot mengurus hal itu? Bianca bahkan sudah pusing mengurus hidupnya sendiri.
"Aku tidak melihat apapun jadi kau tak usah khawatir."
Kai mengangkat sebelah alisnya, ia terlihat meremehkan Bianca. "Kau pikir aku akan percaya? Orang-orang bermuka dua seperti mu sudah sering aku temui."
Hah? Bianca lebih suka dibilang menggenakan banyak topeng dibandingkan dibilang bermuka dua. Tapi dalam hal ini Bianca akan berusaha bersabar dan memaklumi tingkah Kai yang ingin menjaga image nya di hadapan publik.
"Aku juga sering bertemu orang seperti mu yang suka menggenakan berbagai macam topeng. Aku hanya berteman dengan adik mu bukan dengan mu, mau kau melakukan apapun itu bukan urusan ku, aku tidak peduli."
Kai terdiam, bukankah biasanya orang-orang mendekati Bahiyyih karena dirinya Atau karena Bahiyyih artis terkenal. Tapi apa-apaan dengan Bianca? Ia seolah-olah menganggap Bahiyyih adalah orang biasa dan bukan artis.
"Hey anak guguk, kau tidak mau pulang?" Ujar Ben yang baru saja datang. Ben menatap Hueningkai dengan tatapan tidak suka.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Ben. Melihat Ben datang, Kai langsung tersenyum manis.
"Tidak ada apa-apa."
Ben menatap sinis Kai, ia berjalan dan menarik tangan Bianca. "Jangan tersenyum seperti itu pada ku, aku tidak tertarik dengan lelaki." Ucapnya sinis, tetapi Kai masih tersenyum.
"Ayo pulang aku lapar. Aku ingin makan diluar."
Bianca sebenarnya bingung melihat Ben yang sepertinya tidak menyukai Hueningkai, namun ia tidak akan bertanya.
"Ya." Ujarnya yang langsung mengikuti langkah Ben.
"Ada hubungan apa kau dengannya?" Bisik Ben.
"Hubungan apa yang kau maksud? Hanya ada sedikit kesalah pahaman saja." Balas Bianca.
Sebenarnya bisikan mereka masih terdengar ditelinga Kai dan itu disengaja.
Begitu mereka menghilang dibalik pintu, Kai langsung berhenti tersenyum, tatapannya berubah menjadi dingin tak tersentuh.
...🌸...
Los Angeles, Amerika Serikat.
10.00 PM.
Di Jalanan Yang Sepi.
"Kenapa susah sekali sih untuk diajak bicara?" Kesal Steve melihat beberapa mayat dihadapannya. Mereka adalah mayat para musuh yang berani-beraninya menyiapkan permen beracun untuk Bianca.
Daniel melepas sarung tangannya yang penuh dengan darah dan membuangnya ke sembarang arah. "Pekerjaan kita masih sangat banyak, kita tidak bisa pulang cepat."
"Sial! Padahal aku ingin sekali bertemu dengan Bianca ku yang manis." Steve berucap dengan memelas.
Hal itu membuat Daniel mendelik jijik, apa sih yang membuat manusia itu menggemaskan dimata Steve? Daniel sama sekali tidak mengerti.
Bianca selalu menggeram seperti anak anjing yang waspada saat melihat Daniel ataupun Ben, tapi bagaimana bisa Bianca menjadi anjing penurut saat berhadapan dengan Steve?
"Bukankah ini namanya diskriminasi?" Ujar Daniel yang merasa tidak adil.
"Oh ku dengar Ben masuk club baseball dan Bianca masuk club anggar. Ada baiknya kita memberikan mereka berdua hadia." Ujar Daniel yang mendengar kabar itu dari orang-orang yang mengawasi mereka.
"Oh itu ide bagus. Aku juga dengar beberapa bulan lagi mereka akan mengadakan camping."
"Itu masih lama, persiapkan saja hadia untuk mereka." Daniel mengibaskan tangannya.
"Tapi ini pertama kalinya Bianca keluar Mansion dan menginap di hutan, seharusnya aku mengabadikan momen itu." Rengek Steve yang terlihat seperti bayi besar.
Padahal Bianca sudah remaja tapi Steve terus memperlakukannya seperti bayi, yang benar saja. Daniel tidak mengerti kenapa Steve melakukan hal itu.
"Sudah ku bilang untuk tidak memanjakannya, dia juga anggota keluarga Siegfried seorang keluarga mafia Butterflies yang terkenal, dia harus meneruskan salah satu usaha orang tua kita. Kalau kau terus memanjakannya dia tidak akan pernah bisa berkembang." Daniel menghela nafas.
Namun sepertinya Steve tidak suka dengan gagasan yang Daniel katakan, terlihat jika Steve langsung menatap Daniel dingin.
"Lalu apa aku harus mengabaikannya seperti kalian?" Ujarnya dingin. "Kita sudah memiliki kekuasaan, ketenaran dan segalanya. Tugas Bianca hanyalah hidup bahagia. Bahkan jika Bianca ingin menjadi pengangguran kaya raya yang hanya bisa merengek meminta ini dan itu aku akan mengabulkannya dengan senang hati." Ucapnya serius.
Daniel terdiam, ia tidak tau harus berkata apa. Daniel tau jika Steve sudah serius dia tidak akan pernah melanggar apalagi bermain-main dengan ucapannya.
Pada akhirnya ia hanya bisa menghela nafas dan memilih untuk tidak berkomentar.
Mimpi ku adalah menjadi pengangguran kaya raya 😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments