Alseenio menggesek dua mesin basket sekaligus dengan kartu khusus untuk permainan, dan pertandingan telah dimulai.
Bola-bola basket meluncur ke bawah dan siap untuk dilemparkan oleh pemain. Anak kecil itu dengan cepat mengambil bola basket dan menembakkan ke arah keranjang, sayangnya banyak bola yang melesat dari lemparan anak kecil tersebut, tetapi anak kecil ini terus berusaha untuk mencetak skor dan memenangkan pertandingan.
Namun, anak kecil terlalu fokus dengan kecepatan melempar tanpa memastikan apakah bola yang dilempar itu masuk atau tidak. Bola basket yang datang terus dilempar secara acak sambil berharap bola-bola tersebut akan masuk ke dalam keranjang.
Di sebelahnya, yaitu Alseenio yang menjadi sang penantang, ia juga melemparkan bola dengan cara yang cepat bagaikan sedang dikejar oleh tenggat waktu tugas. Namun, arah lemparan Alseenio sangat tepat dan bidikannya juga begitu baik.
Oleh karena itu, lebih dari 90% dari lemparan Alseenio masuk ke dalam keranjang dan kerap kali membuat skor.
Skor antara keduanya begitu kontras, skor milik anak kecil tersebut masih di angka puluhan, sedangkan Alseenio sudah menembus angkat 200, sebentar lagi akan memecahkan rekor skor tertinggi, yakni 250.
Penampilan yang Alseenio tunjukkan tanpa sengaja ini mengakibatkan banyak orang berdatangan untuk menonton pertandingannya melawan anak kecil.
Kebanyakan dari mereka adalah para wanita, tetapi tidak sedikit para remaja dan pemuda yang juga menyaksikan Alseenio mencetak skor bola basket.
Beberapa dari mereka mengangkat ponselnya dan merekam Alseenio diam-diam, bahkan ada yang membuat video Tiktod untuk kontennya mereka.
Faktor utama yang memengaruhi Alseenio dapat melakukan lemparan dengan akurasi bidikan yang begitu tinggi, yaitu karena peningkatan fisiknya yang melebihi rata-rata orang dewasa.
Fisik binaragawan dan atlet sama dengan fisik Alseenio yang sekarang, perbedaannya adalah nilai estetika tubuh Alseenio sangat diunggulkan, setiap otot begitu padat sehingga membentuk tubuh yang indah bagaikan hasil pahatan para dewa.
Urusan melempar bola Alseenio sudah bisa disebut yang cukup lihai. Meskipun demikian, kemungkinan tepat sasaran tidak besar sampai 100%. Kemampuan dan keahlian yang dihasilkan dari latihan intensif juga dibutuhkan di setiap bidang.
Anak kecil itu terlalu fokus dengan permainannya dan tidak melirik skor Alseenio sedikit pun.
Orang-orang banyak yang terperangah melihat Alseenio yang sering membuat skor dan pada akhirnya waktu permainan habis.
Sontak orang-orang bersorak, terlebih para wanita, mereka antusias sekali melihat Alseenio menang.
Melihat pertandingan sudah selesai dan skor juga sudah final. Tampak jelas kedua skor berselisih dengan jarak yang cukup jauh.
Skor anak kecil itu ada di angka 98 hampir menyentuh angka 100, sementara itu Alseenio mencapai skor di angka 465.
Begitu anak kecil melihat skor yang diperoleh Alseenio, anak kecil itu tidak menangis, melainkan bersorak dan bersemangat.
Pertama kali ini ia melihat skor begitu tinggi melebihi top skor yang bawaan mesin permainan ini.
“Bang, kok jago banget sih?! Ajarin aku dong!“ Anak kecil menghampiri Alseenio dan membiarkan tiket permainan keluar.
Alseenio pun menoleh melihat anak kecil berdiri di sampingnya, dan berkata, “Karena sering latihan waktu kecil di rumah. Abang enggak bisa mengajar kamu bermain bola basket karena abang ada kesibukan. Mungkin nanti kalau abang ketemu kamu lagi, kita bakal tanding lagi, oke?“
Kata-kata Alseenio begitu lembut dan ramah pada anak kecil laki-laki di depannya, seolah-olah ia sedang berbicara dengan adiknya sendiri.
Orang-orang yang menonton pun ikut meleleh mendengar suara Alseenio yang begitu nyaman di telinga.
“Kamu dengar suara itu? Rasanya aku akan melayang ke luar angkasa~”
“Iya! Suara ini membuat telingaku hamil 10 bulan!“
“Sial! Pria ini memiliki suara yang lembut, sepertinya aku akan jatuh cinta.“
“Hei, kamu! Geh dilarang di sini! Pergi, keparat!“
“Kenapa *ahimku mendadak hangat seperti ini!“
“Aku bilang kamu segera pergi, sialan!“
Dua wanita yang sedang menonton Alseenio dan berkomentar mengenai suaranya langsung mengalihkan pandangannya ke arah dua orang di sampingnya yang sedang bertengkar.
Satu pria muda yang berbadan besar menarik kerah baju seorang pemuda yang sedikit lentur tubuhnya, dan menyeretnya keluar tempat mainan.
Kebetulan Alseenio pun melihat ini, dan ia hanya bisa merespons dengan gelengan kepala.
Suaranya ternyata bisa mengundang penyuka sesama jenis berdatangan, jiwa dan mental Alseenio ketar-ketir saat ini, ia takut kalau ada orang yang menyimpang seperti itu datang dan secara paksa memperkaosnya.
Namun, dipikir-pikir lagi dirinya tidak akan membiarkan orang seperti pemuda itu berada di dekatnya, Alseenio akan menghempaskan mereka semua ke lubang hitam.
Emm … lubang hitam jan**.
“Kamu mau tiketnya?“ tanya Alseenio pada anak kecil tersebut.
“Mau!“
“Ya sudah ambil saja tiketnya, dan juga … ambil ini untuk jajan.“ Alseenio mengeluarkan dua lembar uang kertas berwarna merah dan diberikan kepada anak kecil ini.
Pasalnya setelah sekian lama Alseenio perhatikan, anak kecil laki-laki ini berbeda dari anak-anak dari orang tua yang berada dari segi ekonominya. Dugaannya anak ini ikut temannya yang dari keluarga berada pergi ke sini dan ia hanya menonton dan tidak bermain sama sekali.
Oleh karena itu, anak kecil ini hanya menonton orang yang sedang bermain dan ketika diajak oleh Alseenio bermain ia sangat bersemangat dan antusias.
Melihat anak kecil di depannya ini mengingatkannya pada masa kecilnya dahulu, kerap kali ia ikut dengan teman dari golongan yang ekonominya lebih tinggi darinya, dan ia hanya melihat-lihat tanpa bermain.
Cukup menyedihkan, tetapi mau bagaimana lagi, memang dari situ saja ia sudah mendapatkan rasa senang dan bahagia.
“Uang ini buat aku?“ Mata anak kecil tersebut melebar tak percaya ketika melihat dua kertas lembar di tangannya.
“Ya, buat kamu jajan dan sekolah. Oh iya, kalau kamu ingin jago main basket lebih baik kamu latihan di rumah, cari lapangan kosong dan kamu latihan di sana.“ Alseenio mengangguk dan menyarankan sesuatu.
“Tetapi ….“ Anak kecil ini sepertinya tahu apa masalahnya mengenai saran Alseenio.
“Ini untuk membeli bola basket, kalau kamu ingin beli yang lain kamu harus berusaha sendiri, kamu anak laki, jangan manja, oke?“ Alseenio menyerahkan lagi uang senilai lima ratus ribu rupiah dan dimasukkan ke dalam kantung anak kecil tersebut.
“Iya, bang. Terima kasih banyak!“ Anak kecil itu mengambil tangan Alseenio hendak menciumnya untuk tanda salim, tetapi Alseenio larang dan bilang tidak perlu melakukan hal itu.
Tiba-tiba, ada seseorang anak kecil bersama wanita muda mendekati Alseenio dan anak kecil yang sedang berbicara.
“Gavin, aku sudah cari kamu di mana-mana, eh malah enggak ada, akhirnya aku ketemu kamu di sini. Aku mau ajak kamu main animel kaizer tahu!“ Anak kecil yang baru datang itu berkata kepada anak kecil yang tadi bertanding permainan bola basket.
“Hehe~ aku habis tanding main bola basket sama abang ini!“ Anak kecil yang bernama Gavin ini menunjuk ke Alseenio.
“Siapa yang menang?“ tanya Anak kecil yang baru datang itu.
“Em … abangnya yang menang, aku kalah telak! Lihat! Tiketnya saja beda jauh dengan punyaku~” Gavin berkata sembari menunjuk pada tiket Alseenio dan milik dirinya.
“Woah! Keren! …. Bang! Ajarin aku dong biar jadi pemain bola basket hebat!“ Teman Gavin itu meminta Alseenio untuk mengajarkannya, permintaan yang sama yang telah dilontarkan oleh Gavin.
“Sshh! Enggak boleh begitu!“ Wanita yang sedari diam melihat Alseenio segera bergerak dan melarang anak kecil temannya Gavin itu untuk meminta permintaan pada Alseenio.
“Maaf, kak.“ Anak kecil itu menundukkan kepalanya dan meminta maaf kepada wanita yang ternyata Kakak perempuannya.
Alseenio yang mengawasi mereka dan mengamatinya sudah mendapatkan kesimpulan bahwa Gavin yang adalah anak kecil yang baru saja bertanding dengannya itu seorang teman dari anak orang kaya.
Bukan karena alasan, pasalnya dapat dilihat pakaian teman Gavin yang baru datang ini memakai baju yang bermerek mahal, apalagi kakaknya yang memakai pakaian yang begitu modis dan bermerek juga, wajahnya pun sudah terlihat orang-orang yang terawat, berbeda sekali dengan Gavin.
“Jangan maaf ke Kakak, minta maaf ke abang ini!“ Wanita itu menyuruh adiknya untuk meminta maaf ke Alseenio.
“Maaf, bang. Aku cuma bercanda,” ucap Anak kecil tersebut dengan wajah yang bersalah.
Alseenio langsung tersenyum di balik masker hitamnya, dan ia menjawab, “Tidak apa-apa.“
“Kamu enggak boleh lancang sama orang lain, oke?“ Wanita itu menasehati adiknya dengan tegas.
Sikap wanita ini cukup baik, Alseenio suka dengan ketegasannya.
“Kamu, boleh aku pinta sesuatu padamu?“ Alseenio tiba-tiba berkata pada wanita di depannya.
“Eh, kamu mau mi–minta sesuatu pa–padaku?“ Wanita itu bertanya lagi saking gugupnya ketika melihat sepasang mata Alseenio yang melemahkan hatinya.
'Aku baru sadar pria ini sangat tampan! Apakah dia akan memintaku untuk menjadi istrinya?' Wanita itu bergumam di dalam hatinya seraya menatap mata Alseenio.
Wajahnya pun mulai merona kemerahan.
“Tolong pesankan anak ini bola basket di toko online, uangnya sudah aku berikan pada anak kecil ini, apakah bisa?“
“Eh, bisa-bisa! Aku bisa melakukannya.“ Wanita itu mengangguk berkali-kali dan menegaskan bahwa dirinya bisa mengemban permintaan Alseenio.
“Oke, kalau begit—” Tepat saat Alseenio ingin pamit untuk pergi, wanita tersebut memotong ucapannya.
“Boleh minta Instagremnya? Itu … untuk bisa mengabarkanmu ketika aku sudah menyelesaikan permintaanmu.“ Wanita itu berkata sambil memandangi wajah Alseenio yang masih memakai masker.
Dari raut wajah wanita yang lumayan cantik terlihat memohon.
“Oke, ini Instagrem milikku.“
Alseenio menunjukkan akun Instagremnya melalui layar ponselnya, dan dengan cekatan wanita itu mengikuti akun Alseenio.
“Belum ada fotonya?“
“Belum, nanti aku pasang.“ Alseenio menjawab dengan ringan, lalu ia menghadap Gavin si anak kecil yang bertanding permainan dengannya.
“Abang akan pergi, jangan lupa untuk sungguh-sungguh dalam latihan, kamu pasti bisa. Dadah.“ Alseenio mengusap kepala Gavin pelan dan berjalan menerobos segerombolan orang yang menontonnya.
Banyak yang ingin meminta foto pada Alseenio, tetapi mereka takut dan tidak berani.
Dengan demikian, Alseenio melanjutkan perjalanan menuju toko baju bermerek yang terkenal.
[Ding! Misi Tak Terkalahkan Bermain Game Telah Selesai!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Anda Telah Mendapatkan Kemampuan Editing Video Menengah!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Anda Telah Mendapatkan Panjang Joni +5!]
Sehabis suara Sistem berbunyi, sebuah reaksi aneh terjadi di kepalanya dan juga di kepala yang lain.
Di kepalanya terasa layaknya sedang dimasukkan pengetahuan yang tidak ada habisnya mengenai sesuatu keahlian. Selama beberapa detik ini Alseenio berhenti di tepi jalan untuk meredakan rasa pusing di kepalanya akibat dari efek samping proses integrasi Sistem.
Selain itu, suatu reaksi terjadi di bawah perutnya yang ada di antara keduanya kakinya. Terongnya yang panjang awalnya 16 cm bertambah besar dan panjang menjadi 21 cm.
Peningkatan yang sangat besar.
Akan tetapi, Alseenio merasakan celananya menjadi sesak dan sempit, kali ini ia tidak hanya membeli baju dan pakaian, celana untuk joni sudah waktunya diganti.
[Ding! Misi Sampingan Telah Terdeteksi!]
[Misi: Meminta bantuan pada kecantikan di dekat Anda untuk memfotokan diri Anda sendiri dengan menggunakan ponsel milik kecantikan tersebut dan setelah itu terus berjalan.]
[Target: 7 meter dari Anda.]
[Hadiah: 1x Kotak Misteri.]
[Hukuman: Pengurangan organ tubuh.]
Sebuah panel layar jendela sistem secara tiba muncul di depan wajah Alseenio ketika sedang berdiri diam di tepi jalan lantai tiga hendak melanjutkan lagi mencari toko yang ia tuju.
“Maksudmu aku harus meminta bantuan wanita untuk mengambil gambarku?“ tanya Alseenio yang sedikit bingung inti dari misi sampingan satu ini.
[Ding! Anda benar.]
“Setelah aku meminta memotret diriku dengan memakai ponselnya, aku langsung jalan tanpa meminta foto yang sudah diambil?“
[Benar, Tuan Rumah.]
“Lalu, untuk apa aku meminta foto kalau aku tidak mendapatkan foto diriku dari ponselnya?“ Alseenio berkata dengan bingung.
[Untuk penyelesaian misi sistem.]
“Emm … oke.“ Alseenio bergumam begitu kecil dan mengangguk sedikit menunjukkan pengertiannya.
Makin hari makin absurd misi sistemnya.
Selepas itu, ia menoleh ke sekitar mencari target yang dimaksud oleh Sistem.
“Tujuh meter dari sini? Di mana dia?“
Mata Alseenio menelusuri setiap orang yang melewatinya, dan segera ia menangkap seorang wanita yang kemungkinan besar menjadi target
“Apakah dia?“
Alseenio berjalan mendekati wanita yang diduga menjadi target misi sistem, wanita ini berada tidak jauh darinya.
Wanita tersebut sedang bersandar pada pagar pembatas lantai dan memandangi orang-orang yang tengah berjalan di lantai yang ada di bawahnya.
“Permisi.“
Mendengar seseorang memanggilnya, wanita itu membalikkan tubuh untuk melihat seseorang itu.
“Ya? Ada apa?“ Wanita ini merespons dengan normal ketika melihat Alseenio yang ada di hadapannya.
“Boleh minta tolong?“ tanya Alseenio dengan sikap yang ramah.
“Tolong? Minta tolong apa, ya?“
Wanita tersebut memiliki wajah yang bingung saat dimintai pertolongan oleh Alseenio.
“Boleh fotokan saya?“
“Emm … boleh.“
Per sekian detik wanita itu memikirkan keputusannya sebelum menjawab.
“Mana ponselnya? Sini aku ambilkan fotomu.“ Wanita tersebut meminta ponsel Alseenio.
“Anu, pakai ponsel milikmu apa itu boleh? Soalnya ponsel aku mati karena baterai habis.“ Alseenio berkata canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ponselku? Emm … oke.“ Wanita itu sedikit menimbang permintaa Alseenio dan menyetujuinya.
“Sebentar.“
Alseenio berjalan ke sebelah wanita tersebut dan tangannya memegang pagar pembatas lantai dan tubuhnya menghadap ke pagar, kemudian Alseenio menoleh ke arah wanita tersebut yang ada di sebelah kanannya, dilihat-lihat ia berpose agak kaku.
Namun, karena tubuhnya yang tinggi dan bagus, serta matanya yang menawan, posenya tidak begitu masalah.
Begitu wanita itu melihat mata Alseenio yang menatap kepadanya, tubuhnya merasa seperti tersengat listrik kecil dan tersentak terkejut.
Peson Alseenio sudah menyentuh wanita tersebut sehingga membuat wanita itu membeku tak bergerak dengan tatapan kosongnya menuju Alseenio.
“Aku sudah siap.“ Alseenio berkata pada wanita yang diam dan menatapnya.
“Eh! Oke-oke.“
Wanita tersebut langsung tersadar mendengar suara Alseenio dan ia segera mengangkat ponselnya untuk mengarahkan kamera belakang ponsel membidik Alseenio.
Sehabis itu wanita itu mengklik tombol ambil gambar beberapa kali.
“Sudah, ini mau dikirim lewat ap—”
“Terima kasih.“ Alseenio memotong ucapan wanita tersebut dan berbalik pergi meninggalkan wanita itu.
“Eeehhh??“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Tama Go
Joninya tambah 5 berarti jadi 6 dong
2024-09-26
0
<-{•|The`Omniscient|•}->
kepala lain.. /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-04-18
0
<-{•|The`Omniscient|•}->
tiktod 🗿
2024-04-18
0