Di jalan menuju gedung Apartemennya, Alseenio mengobrol dengan pak supir beberapa kata saja, karena pak supir terlalu fokus dalam mengemudi mobil sedannya.
Pagi-pagi hari Alseenio berangkat menuju apartemen barunya itu memang sudah diatur semalam.
Ia rela bangun jam lima pagi untuk bersiap-siap melakukan pindahan, persiapannya adalah mandi, sarapan pagi dengan makanan yang semalam ia beli dan telah dipanaskan, dan juga membereskan rumah, tidak lupa untuk memeriksa kembali barang dan perlengkapan bawaan di koper.
Pakaian yang sekarang ia kenakan adalah pakaian dari Sistem. Dua pakaian yang bermerek terkenal dengan harga yang terbilang mahal.
Tampilannya sekarang sangat tampan, tetapi ketampanannya sedikit tertutupi oleh masker yang menutupi hidung dan mulutnya. Meski demikian Alseenio masih tampak tampan, seluruh tubuhnya memancarkan hawa ketampanan, bahkan orang lain bisa tahu bahwa Alseenio orang yang tampan bahkan jika dilihat dari punggungnya saja.
Beruntungnya masih ada supir Gokar yang menerima pesanannya.
Duduk tenang di kursi belakang mobil, matanya melihat aplikasi Telegrom, dan memeriksa halaman pesan.
Niara sampai saat ini masih belum membalas pesannya, mungkin wanita itu sibuk dan ada di perjalanan menuju ke rumahnya di Bandung.
Keluar dari aplikasi tersebut, sekarang Alseenio bingung ingin bermain aplikasi apa yang ada di dalam ponselnya, pasalnya ia bukan seorang yang fanatik dengan permainan berbasis online multiplayer. Kalau dahulu ia memang pernah begitu adiksi dengan namanya permainan mobile, hingga saat ia masih bersekolah sering bolos lantaran ingin bermain permainan di ponselnya.
Syukurnya sekarang ia sudah mengurangi bermain permainan ponsel, di kehidupan sebelumnya pun Alseenio sudah jarang bermain permainan mobile multiplayer seperti Mobile Entids dan Babaji, dikarenakan sibuk oleh pekerjaan.
Aplikasi percakapan yang lainnya seperti Whatsup di dalam ponselnya begitu sepi bagaikan kota yang mati. Ingin membuka Instagrem ia belum membuat akunnya.
Ketika Alseenio bingung karena persoalan kecil ini, suara notifikasi ponsel berbunyi, dan dengan itu sebuah pesan teks masuk ke dalam ponselnya.
Alseenio segera membuka pesan tersebut secara langsung, tampilan ponsel berubah seketika menjadi halaman dari sebuah aplikasi bank mobile, dan segera pesan transfer muncul di layar.
'Rekening Anda xxxxxxxxxxxxxx menerima uang Rp600.000.000.000,00 dan saldo rekening saat ini adalah Rp600.000.015.200,00.'
Begitu Alseenio melihat pesan ini, ia langsung tertegun dengan mata yang melotot pada layar ponsel.
Uang dividennya sudah masuk ke dalam rekening bank Alseenio, jumlahnya sangat tepat tidak kurang dan tidak lebih, 15.000 rupiah adalah sisa uangnya yang beberapa hari yang lalu sudah ditarik sampai habis.
“Sejak kapan batas transaksi bisa sebesar ini? Yang aku tahu bahwa bank mobile melalui LLG hanya bisa sampai batas satu miliar,” kata Alseenio dengan bingung dan terheran.
Biasanya setiap bank memiliki limit atau batas dalam transaksi transfer uang, namun mobile banking hanya bisa mengirim sampai 1 Miliar itu pun dengan metode LLG.
Alseenio bingung karena LLG tidak secepat ini pengirimannya, butuh dua atau tiga hari waktu kerja untuk uang itu sampai ke rekening tujuan dan itu pun memiliki batas maksimal transfer uang 1 miliar Rupiah.
[Ding! Tuan Rumah tidak perlu bingung, ini semua pekerjaan Sistem.]
[Latar belakang dunia telah diubah, semua yang bersangkutan dengan Anda akan diubah, sama halnya transfer uang dividen tahunan Anda.]
Alseenio menghembuskan napas panjang setelah mendengar suara Sistem. "Ternyata ini pekerjaanmu, Sistem ...."
Semua akan masuk akal dengan adanya Sistem. Alseenio tidak perlu heran dan bingung memikirkan hal tersebut.
“Baru kali ini aku senang melihat angka nol. Melihat angka nol di nilai ujian sekolah, membuatku muak! Namun, melihat angka nol di belakang angka enam ini membuat kepalaku pusing juga ….“
Alseenio menggelengkan kepalanya untuk meredakan rasa pusingnya setelah melihat 11 angka 0 yang ada di belakang angka 6.
Setelah rasa pusing hilang, Alseenio segera menutup pesan dengan rasa gembira yang membara di dalam hatinya.
Uang, tempat tinggal, motor mewah, dan paling penting goodlooking atau tampan sudah Alseenio miliki sekarang.
Akan tetapi, hal inilah yang sedang dipikirkan olehnya, karena sudah berada di puncak, apa yang harus dilakukan olehnya?
“Rasanya menjadi orang kaya seperti ini, terasa hampa sekaligus bahagia, sekarang aku bingung harus melakukan apa.“ Alseenio bersandar di bangku mobil seraya melihat jalanan.
Ciett!
Suara rem berbunyi menandakan bahwa Alseenio sudah sampai di tempat tujuan.
“Sudah sampai, mas.“
Mobil Gokar yang Alseenio naiki berhenti di dalam area parkiran, supirnya mengantarkan Alseenio sampai ke dalam area halaman dan parkiran gedung apartemen.
Bapak pemilik gokar begitu profesional dan bagus dalam pelayanannya, berhak untuk diberikan apresiasi.
Alseenio mengantongi ponselnya, lalu membuka pintu mobil dan keluar.
Bagasi mobil sudah dibuka oleh Bapak supir dan ia hendak menurunkannya.
“Jangan, pak. Biar saya saja, nanti takut Bapak keberatan membawa koper besar ini.“ Alseenio dengan sigap melarang Bapak supir untuk menurunkan koper beratnya tersebut.
Nada ramah Alseenio membuat Bapak supir itu berhenti berniat untuk membantu Alseenio, dan ia membiarkan Alseenio menurunkan barangnya sendiri.
“Ongkosnya sudah masuk, pak?“ tanya Alseenio yang telah membayar ongkos melalui gopoy.
Bapak Gokar itu segera melihat pesanan di ponselnya dan terlihat pesanan telah dibayarkan. “Sudah, mas. Terima kasih, ya.“
“Sebentar, pak. Ini buat bapak, terima kasih niat baiknya tadi.“ Alseenio mengambil tangan bapak Gokar dan meletakkan seratus ribu terakhir milik Alseenio yang berasal dari tabungan celengannya waktu dahulu.
Saat membersihkan rumah, Alseenio menemukan celengannya yang terlupakan, segera ia hancurkan dan mendapatkan selembar uang seratus ribu rupiah.
Kebetulan uang tunainya yang ada di dompet sudah habis, jadi ia memberikan uang celengannya kepada si Bapak.
“Terima kasih, mas.“ Ketika melihat uang seratus ribu di tangannya, Bapak Gokar itu sedikit menunduk pada Alseenio.
“Sama-sama, pak. Sukses terus, ya. Saya ingin masuk ke dalam.“ Alseenio tersenyum di balik masker dan berkata dengan rendah hati.
“Iya, mas. Terima kasih banyak.“ Bapak itu sekali lagi berterima kasih kepada Alseenio.
Alseenio merespons dengan anggukan kepala, dan berbalik sambil mendorong dua koper besarnya, dua kopernya memiliki jenis yang berbeda, satu dijinjing dan satu lagi memiliki roda dan bisa didorong.
Tepat ketika Alseenio menginjakkan kakinya di lobi dasar apartemen, seorang pemuda berjalan mendatanginya. “Halo, selamat pagi, Tuan. Apakah Anda baru masuk ke sini?“
Alseenio berhenti dan menatap sosok pemuda yang berpakaian berjas dan rapih ini, tampaknya ini pegawai yang bertugas menuntun tamu.
“Iya, saya ingin pergi ke unit 133. Bisa bawa saya ke sana?“ tanya Alseenio pada intinya.
“Maaf, bisa katakan lagi, Tuan?“ Pemuda itu tersentak terkejut setelah mendengar pertanyaan Alseenio dan memintanya untuk kembali mengucapkan pertanyaan barusan.
“Bisa antar saya ke unit 133? Saya pemilik unit apartemen itu.“ Alseenio berkata dengan heran dan menyetujui permintaan aneh pemuda ini.
“Oke, Tuan. Saya mengerti, tadi hanyalah afirmasi. Saya ingin bertanya, apakah Anda Tuan Alseenio?“
Kini pemuda itu bertanya kepada Alseenio, sepertinya ada sesuatu yang istimewa dari unit apartemen Alseenio.
“Benar,” jawab Alseenio sedikit mengangguk.
“Boleh lihat KTP-nya?“
“Oke.“ Alseenio tidak berpikir panjang dan mengeluarkan kartu kependudukan dari dompetnya dan menyerahkan kepada pemuda tersebut.
Memegang sekilas kartu kependudukan Alseenio, pemuda tersebut mengembalikan lagi.
“Saya akan mengantarkan Anda ke unit tersebut, ikuti saya, Tuan Alseenio.“ Pemuda tersebut sedikit membungkuk dan berkata dengan sangat sopan.
Pemuda tersebut membawa Alseenio ke lantai 36 pada tower, lalu pemuda dan Alseenio keluar dari lift, dan berhenti di salah satu pintu dengan smart lock.
“Kita sudah sampai, Tuan Alseenio.“ Pemuda itu menghadap Alseenio tersenyum dan dari gerakan tubuhnya menunjukkan bahwa di balik pintu ini adalah apartemen milik Alseenio.
“Terima kasih sudah mengantarkan saya,” ucap Alseenio berterima kasih.
“Sudah tugas saya sebagai pekerja di sini. Saya sebagai perwakilan dari penjual apartemen Anandamaya juga berterima kasih kepada Anda karena telah memesan apartemen kami, dan dengan ini saya mengembalikan kartu apartemen Anda, Tuan.“ Pemuda itu menyerahkan sebuah kartu yang sama dengan milik Alseenio.
Kartu untuk masuk dan keluar apartemen, mereka menyimpannya karena harus dirawat dan dipelihara kebersihan apartemen sebelum Alseenio menempatinya.
“Sama-sama.“ Tangan Alseenio mengambil kartu kunci pintu apartemen tersebut.
“Apakah ingin saya jelaskan mengenai fasilitas dan spesifikasi apartemen Anda, Tuan Alseenio?“ Pemuda tersebut menawarkan jasanya untuk menjelaskan atau menerangkan apa yang ada di dalam apartemennya.
Kebetulan Alseenio tidak tahu tentang apartemennya, Sistem juga hanya menjelaskan singkat kalau apartemennya berbeda dengan yang unit yang lain di tower ini.
“Boleh,” jawab Alseenio mengangguk.
“Baiklah saya akan menjelaskannya.“
Pemuda tersebut semenjak ada kedatangan Alseenio ke lobi tower, dia selalu senyum dan ramah, Alseenio puas dengan pelayanannya.
Awalnya ia kira akan ada pelayanan yang buruk seperti yang ada di dalam novel, ternyata berbanding terbalik dengan apa yang disebutkan dalam novel. Tidak ada saling meremehkan satu sama lain, lebih-lebih pegawai mencaci maki pembeli.
Hanya perlu menempelkan kartu kunci pintu, dan dengan mudah pintu tersebut langsung terbuka.
Begitu Alseenio masuk ke dalam apartemennya, ia langsung disuguhi oleh ruang tamu yang mewah, di sebelahnya terdapat ruang makan yang cukup ada ruang kosong sebagai tanda pemisah antara ruang makan dan ruang tamu.
Pemuda itu menjelaskan satu per satu ruangan yang ada di dalam apartemen. Dimulai dari ruang tamu, lalu dilanjutkan ruang makan, ruang dapur bersih, dapur kotor, ruang keluarga, kamar mandi tamu, kamar kedua, kamar mandi kamar kedua, kamar utama, kamar mandi kamar utama, dll.
Semuanya serba mewah, sebab pemuda tersebut juga berkata bahwasanya apartemen ini sudah sesuai dengan permintaan Alseenio, bisa dibilang permintaan Sistem. Jadi, apartemen ini memang berbeda dengan unit yang lain, jika diklasifikasikan, unit apartemen Alseenio di atas Deluxe 3 kamar.
“Apartemen ini memiliki dua kamar, tetapi spesifikasinya melebihi tipe Deluxe 3 kamar. Memiliki perbedaan di ruang keluarga yang terpisah, ruang tamu, ruang makan, dan balkon yang lebih luas, kamar utama pun lebih luxury, dan terakhir ada kamar mandi tamu.“ Pemuda itu berdiri di depan Alseenio dan menerangkan secara jelas dan terperinci tentang apartemennya.
“Terima kasih sudah menjelaskan.“ Alseenio menjawab dengan sopan dan ramah.
“Baik, saya pamit dahulu, Tuan Alseenio. Jika ada kendala dan keperluan, bisa hubungi melewati interkom yang sudah saya jelaskan tadi. Semoga Anda puas dengan apartemennya.“ Pemuda itu tersenyum sembari setengah membungkuk, lalu keluar dari apartemen Alseenio.
“Sial! Mewah sekali apartemen ini!“
Alseenio berkata dengan perasaan yang penuh kebahagiaan, matanya menyoroti ke sekeliling ruangan.
“Lantai cukup kokoh karena terbuat dari marmer import, atapnya pun tinggi sekali, lebih dari tiga meter ….“ Alseenio menjelajahi setiap ruangan sekali lagi dan bergumam di sepanjang jalan.
Puas dengan interior dan fasilitas yang ada, Alseenio segera meletakkan barang-barang yang ada di dalam kopernya.
Baju-baju orang tuanya ia letakkan di lemari di dalam kamar utamanya, semua barang yang bersifat privat atau pribadi ia taruh di kamar utama.
Kesimpulannya, Alseenio tidak perlu membeli perabotan atau aksesoris yang lain, pasalnya semua sudah ada di sini, hanya tinggal tempati saja.
“Masih pagi, sebaiknya aku pergi mengambil sepeda motor.“ Alseenio bangun dari kasur yang sangat empuk.
Kemudian ia keluar dari apartemen dan berjalan ke dalam lift.
Di tower ini tidak begitu ramai, lebih condong ke sepi dan tenang, ada beberapa pegawai yang kerja di lobi, ada satu pegawai wanita yang sejak munculnya Alseenio di lobi matanya terus terpaku pada sosok Alseenio.
Cukup risih, tetapi Alseenio mengabaikan, dan ia kebetulan bertemu dengan pemuda pegawai tadi, dan menanyakan ATM terdekat untuk menarik uang tunai.
Pemuda tersebut memang pada dasarnya baik, ia begitu sabar menunjukkan Alseenio ke ATM terdekat, dalam hatinya Alseenio berencana untuk memberi pemuda tersebut tip setelah ia kembali memindahkan sepeda motornya.
Lokasi ATM cukup dekat, cuma perlu berjalan beberapa menit, setelah mengambil uang sekitar 10 juta dan menaruhnya di dalam dompet, Alseenio memesan supir ojek online motor, dan ia diantarkan sampai ke rumah.
Dua kali Alseenio naik ojek online, kali ini ia hanya perlu membawa Zx-10RR miliknya, Yamaha R6 sudah ia parkirkan di parkiran apartemen. Ternyata itu juga harus bayar per bulannya, tidak perlu berpikir lagi Alseenio membayar parkiran untuk dua bulan.
“Karena kemarin aku kelupaan untuk membeli baju, aku akan membelinya sekarang.“
Alseenio melaju ke Mall GI tempat orang-orang berbelanja barang mewah original.
Tepat di perjalanan menuju Mall, Alseenio mendengar bunyi dering sistem.
[Ding! Misi Telah Terdeteksi!]
[Judul: Artis Sosmed.]
[Misi: Menjadi seorang Selebgrem di platfrom media sosial.]
[Kategori: Misi Jangka Panjang.]
[Syarat: Mendapatkan 100 ribu pengikut di akun yang Anda buat. (0/100.000)]
[Waktu: 1 Bulan.]
[Hadiah: 1x Kotak Misteri.]
[Hukuman: Kesialan Ekstrim Sepanjang Hidup.]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Sak. Lim
tgl di hutan mc klaw ga mau di lihat org
2024-02-14
0
Sak. Lim
tpi masih krg lengkap tanpa wanita
2024-02-14
0
SweetiePancake
gimana ga direndahkan, pakaian lu aja pakaian mewah🗿🗿
2024-02-10
0