Melihat antarmuka misi, Alseenio langsung menekukkan wajahnya.
Hukuman misi yang dikeluarkan Sistem benar-benar tidak manusiawi, tetapi dipikir-pikir lagi, Sistem bukanlah seorang manusia.
Tetap saja, hukuman kegagalan misi sungguh-sungguh di luar nalar, hal inilah yang membuat Alseenio malas dengan Sistem.
Sistem memiliki dua sisi, satu sisi Sistem itu baik dan sisi yang lain jahat.
“Tolonglah … hukumannya jangan terlalu berat, aku bisa mati muda kalau terus melihat hukuman yang diberikan olehmu, Sistem.“ Alseenio berkata dengan raut wajah yang pasrah dan sedikit rasa kesal.
[….]
Mau bagaimana pun Sistem tidak akan mendengarkan keluhannya, apa pun keluhan yang terucap dari mulut Alseenio, Sistem tidak akan menggubrisnya.
“Persetan danganmu, Sistem!“ Alseenio mengutuk Sistem karena sangat kesal.
[Ding! Terdeteksi Anda telah menghina Sistem beberapa kali dalam tiga hari ini, hukuman peringatan dilak—]
“Maaf-maaf, Sistem. Aku hanya bercanda, hehe~” Alseenio langsung memotong kalimat pemberitahuan Sistem dan tertawa kecil.
Di dalam hatinya saat ini, Alseenio benar-benar takut dengan hukuman yang diberikan oleh Sistem.
Sekarang ia sedang berkendara, lebih baik ia diam dan menerima misi yang memiliki hukuman menyebalkan.
Jika tidak ingin mendapatkan hukuman, satu-satunya cara untuk tidak mendapatkannya hanya dengan menyelesaikan misi.
“Bagaimana aku menyelesaikan misi ini? Aku rasa sudah saatnya untuk membuat akun Instagrem.“
Alseenio menarik gas sepeda motor dan melesat menuju Mall.
Sesampainya di depan Mall, sepeda motornya Alseenio parkirkan di pinggir jalan dekat trotoar.
Karena di sana banyak yang memarkirkan sepeda motor, lantas ia ikut menaruh motornya sesaat di sana untuk sesuatu urusan.
Banyak orang yang melihat sosok Alseenio yang turun dari motor setelah menemukan tempat untuk parkir motornya, visual Alseenio yang sederhana juga elegan membuatnya secara otomatis menjadi perhatian orang-orang, entah itu wanita atau pun pria.
Karena wajahnya ditutupi masker hitam, ketampanan Alseenio tidak begitu diperlihatkan. Namun, sosoknya yang tinggi dengan postur tubuh hampir sempurna menjadi lirikan orang-orang.
“Mall masih belum ramai di jam ini, lebih baik aku meminum kopi di warung kopi, kebetulan ada warung kopi di sini.“ Alseenio bergumam kecil setelah turun dari sepeda motornya.
Berjalan perlahan menuju gang dan mengabaikan pandangan mata orang-orang, Alseenio memasuki warung kopi di dalam gang yang tidak terlalu dalam.
Di waktu saat ini memang banyak para pekerja yang siap berangkat bekerja meminum kopi terlebih dahulu sebelum absen masuk, soalnya Alseenio di kehidupan sebelumnya juga melakukan hal yang sama.
“Bu, saya pesan kopi hitam instan satu gelas.“ Alseenio berkata ke ibu pemilik warung kopi yang sedang membuat kopi untuk seseorang.
“Oke, tunggu, ya.“ Ibu pemilik warung kopi menyahut dengan ramah.
Alseenio mengangguk dan ia duduk di bangku yang kosong.
Tangan Alseenio merogoh kantong celana joggernya dan mengambil ponsel pintar bermerek iPon.
Sesuai dengan rencananya, ia akan membuat akun Instagrem untuk menyelesaikan misi Sistem.
Dikarenakan aplikasi Instagrem sudah diinstal, Alseenio langsung membuat akun dengan melalui berbagai persyaratan dan verifikasi nomor telepon.
Setelah melewati semua persyaratan dan kebijakan aplikasi, kini ia disarankan untuk memasang foto profil.
Alseenio bingung ingin memasang foto apa. Mengklik tombol lewati pada halaman saran memasang foto, dan ia bergumam kecil, “Nanti saja aku pasang fotonya, aku cuma punya foto yang kemarin aku ambil bersama R6, kurang cocok untuk aplikasi ini.“
Aplikasi Instagrem ini sudah identik dengan tempat dalam internet untuk memamerkan sesuatu dari pemilik akun, entah itu pencapaian, fisik, kekayaan, atau sesuatu apa pun yang berpotensi untuk bisa dipamerkan.
Walaupun begitu, tidak semuanya orang yang menggunakan aplikasi ini untuk tujuan seperti itu.
“Maaf, mas. Ini kopi hitam instannya.“ Ibu pemilik warung kopi mendatangi Alseenio sambil membawa secangkir kopi dengan alas piring kecil di bawahnya.
Lalu ibu itu meletakkan kopi Alseenio tepat di atas mejanya.
“Terima kasih, bu.“ Alseenio berkata dengan sopan.
“Sama-sama.“
Setelah itu, ibu pemilik warung kopi berbalik dan kembali ke tempat penyeduhan kopi instan dan mie instan.
Selain menyediakan kopi, di sini juga ada beberapa makanan seperti mie instan, beberapa gorengan, roti warung, bahkan ada nasi bungkus.
Namun, Alseenio tidak akan memakan makanan di sini, lantaran ia sudah makan di rumah sebelum pindah ke apartemen.
Alseenio masih fokus dengan ponselnya dan kopinya belum disentuh olehnya.
Saat ini, Alseenio sedang bingung ingin mengikuti akun milik siapa, karena ia tidak begitu aktif di dunia maya, di kehidupan sebelumnya pun ia selalu ketinggalan sesuatu yang sedang panas.
Nama akun Instagrem Alseenio ialah Nio Sep. Sengaja Alseenio menggunakan nama itu agar tidak terlalu pasaran.
Alseenio mengikuti akun yang direkomendasikan oleh aplikasinya secara langsung, ada beberapa akun artis dan yutuber yang Alseenio kenal sekilas dan pernah melihatnya di layar ponsel dan televisi.
Misalnya, Raditia Andika, Windi Bersaudara, Dedi Bulldozer, Regy MeongGuguk, Tayes Expord dan masih banyak lagi. Total akun yang ia ikuti ada 20 akun.
Cukup banyak, tetapi ia tidak terlalu mengikuti konten atau siaran mereka semua, mungkin hanya Windi Bersaudara yang ia tonton saat bosan.
“Mas, kopinya sudah dingin, bukannya segera diminum.“
Ibu pemilik warung kopi sejak tadi memerhatikan Alseenio yang sedang bermain ponsel, sekian menit diperhatikan Alseenio tak kunjung meminum kopi, akhirnya ibu itu menegur Alseenio.
“Eh, saya lupa, bu.“ Alseenio berkata dengan canggung dan segera mengambil gelas kopinya.
“Suara kamu bagus, mas. Itu memang dari kecil?“ Ibu itu melemparkan sebuah pertanyaan pada Alseenio.
Mendengar pertanyaan ibu pemilik warung kopi, Alseenio sedikit bingung dengan jawabannya.
Ketika memikirkan hal ini, suara Sistem tiba-tiba terdengar di kepalanya.
[Ding! Tuan Rumah tidak perlu bingung karena semua yang Anda dapat yang berkaitan dengan tubuh seketika menjadi milik Tuan Rumah secara alami dan masuk logika.]
Mendengar penjelasan Sistem, Alseenio merasa lega dan percaya diri untuk menjawab pertanyaan ibu pemilik warung kopi.
“Iya, bu.“ Alseenio menjawab sembari memegang gelas kopi di tangannya.
“Bagus suaranya, artis juga enggak ada yang sebagus suara kamu,” ucap Ibu itu dengan pujian.
“Itu maskernya, jangan lupa dibuka,” tambah Ibu pemilik warung kopi mengingatkan Alseenio untuk membuka masker mulutnya.
“Eh, iya.“
Alseenio juga baru sadar ia sedari tadi masih memakai masker, lalu ia menurunkan masker mulutnya sehingga seluruh wajahnya terlihat oleh orang-orang yang ada di dalam warung kopi.
Ibu pemilik warung kopi dan para pelanggan pria yang sedang meminum kopi terperangah saat melihat wajah Alseenio.
“Ganteng banget!” seru Ibu pemilik warung kopi seraya menatap wajah Alseenio yang elok dan indah.
Orang yang sedang meminum kopi pun bereaksi sama, padahal mereka masih satu jenis kelamin dengan Alseenio, yaitu Pria.
Meskipun demikian, Alseenio tetap menyesap kopinya dan fokus pada layar ponselnya.
Lambat laun Alseenio bisa tidak memedulikan orang lain yang bereaksi kagum terhadapnya, walau sekarang masih terasa aneh dan risih.
Semenjak Alseenio membuka masker, banyak para pekerja yang masih ada di warung kopi meminta foto seakan Alseenio itu artis luar negeri.
Pada dasarnya, wajah Alseenio masih bisa disebut orang Indonesia. Wajahnya masuk ke kategori orang tampan di negara mana pun, entah itu negara di Eropa, Amerika, Asia, dan lainnya, ia tetap dikatakan pria yang tampan.
Setelah mengopi di warung kopi tersebut dan melihat bahwa jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi menjelang siang, Alseenio pergi dari warung kopi dengan meninggalkan uang 50 ribu rupiah untuk ibu pemilik warung.
Menaiki sepeda motornya dan ia melaju ke parkiran bawah tanah di Mall.
Alseenio berjalan di lantai dasar Mall GI, dan beberapa orang sudah banyak yang berlalu-lalang di depan toko.
Banyak toko yang yang sudah dibuka oleh pegawainya. Sales Promotion Girl atau yang disingkat SPG, telah banyak yang berdiri di depan toko untuk memikat hati calon pelanggan agar membeli produk dagangannya.
Mata Alseenio hanya melirik sekilas para wanita yang berprofesi sebagai yang mempromosikan produk, kebanyakan dari mereka cukup menarik tampilannya. Jikalau Alseenio nilai penampilan mereka dari 1 sampai 100, ia akan menilai rata-rata penampilan mereka ada di angka 65-75 nilai penampilan.
Cantik, tetapi tidak terlalu cantik dan menawan, masih ada beberapa bagian wajah yang perlu ditingkatkan.
Dari tadi mereka memandang Alseenio ketika melewati depan toko mereka, banyak yang mereka saling berbisik dengan pekerja yang lain mengomentari visual Alseenio.
Namun, dengan sikapnya yang sudah mulai dibiasakan, Alseenio hanya lewat tanpa menghiraukan mereka.
Alseenio tetap fokus mencari toko pakaian yang telah ia jadikan tujuan untuk membeli baju.
Tepat ketika ia berada di lantai tiga, dan iseng melewati tempat bermain anak-anak yang mirip dengan Timezon.
Sistem berbunyi lagi dan mengeluarkan sebuah misi.
[Ding! Misi Sampingan Telah Terdeteksi!]
[Judul: Tak Terkalahkan Bermain Game.]
[Misi: Ajak anak kecil secara acak untuk bermain permainan melempar bola basket dan menangkan pertandingan.]
[Hadiah: 1x Kotak Misteri.]
[Hukuman: Joni menjadi pendek 2 cm.]
“Misi Sampingan? Tumben sekali ada misi ini. Tetapi ….“
“…Misi ini agak kekanak-kanakan.“
Alseenio berhenti berjalan di tengah-tengah banyaknya pengunjung sedang bermain berbagai permainan, lalu ia bergumam kecil sambil menundukkan kepalanya.
“Tidak apa-apa, aku akan menyelesaikan misi ini. Lagi pula aku juga sudah lama tidak bermain permainan bola basket seperti itu.“ Alseenio memutuskan untuk segera melakukan penyelesaian Misi.
Sebenarnya di dalam hati ia malas bermain permainan anak-anak, tetapi ketika ia melihat hukuman misi … rasa malas menghilang.
“Pertama-tama aku harus membuat kartu untuk bermain dulu di kasir, lalu setelah itu mencari target misi.“
Alseenio berbalik dan berjalan menuju tempat kasir dan penukaran tiket untuk dijadikan hadiah.
Begitu orang lain melihat Alseenio berjalan, mereka memfokuskan pandangannya pada Alseenio.
Sosok Alseenio memang sangat mencolok, dengan tingginya saja sudah bisa membedakan Alseenio, terlebih lagi wajahnya dan gaya pakaiannya yang manarik mata.
Bukan hanya anak kecil saja yang bermain di sini, banyak wanita juga jika dilihat-lihat.
Namun, begitu Alseenio berjalan melewati mereka, mata mereka langsung terkunci pada Alseenio.
“Permisi, mbak. Saya mau beli kartu dan sekalian isi saldonya juga.“
Tempat permainan ini menggunakan sistem kartu yang mirip dengan ATM, hanya tinggal digesek saja di tempat yang sudah disediakan pada setiap jenis permainan, bukan sistem koin.
Alseenio berkata pada seorang wanita yang kebetulan bekerja sebagai petugas yang melayani pertukaran tiket permainan dengan hadiah lain dan juga pengisian saldo.
Si mbak yang ada di sebrang etalase berisikan banyak hadiah, tidak bereaksi, ia masih menatap mata Alseenio penuh kerinduan.
Tampaknya petugas wanita ini terpesona oleh ketampanan sepasang mata Alseenio dan juga suaranya.
“Permisi, mbak.“ Alseenio melambaikan tangannya di depannya mata wanita tersebut.
Berharap wanita itu pulih dari lamunannya.
“Eh! Maaf! Ada yang bisa saya bantu?“ Wanita petugas pelayanan permainan ini segera tersadar dan langsung terkejut ketika ia melihat tangan Alseenio melambai-lambai di depan wajahnya.
Adegan ini terlalu memalukan baginya.
Wanita ini mengedepankan sikap profesionalnya, ras malu ia singkirkan dan tetap melayani pelanggan dengan seharusnya.
“Saya ingin buat kartu dan juga isi saldonya.“
“Oke, sebentar, mas~”
Wanita itu tersenyum ramah dan sorot matanya begitu lembut pada Alseenio.
Sambil mengerjakan pesanan Alseenio, ia sesekali mencuri pandangan pada Alseenio.
“Mau isi berapa, mas?“
“Emm … isi satu juta dahulu.“
Alseenio berpikir sejenak dan segera menjawab, awalnya ia ingin mengisi saldo yang murah. Akan tetapi, ia takut suatu saat akan ke sini lagi.
“Oke, pembayaran menggunakan kartu ATM, mas?“
“Iya,” jawab Alseenio lalu mengeluarkan kartu ATM miliknya yang berisikan saldo uang miliyaran dan menyerahkannya kepada wanita tersebut.
Alseenio telah sadar bahwa kartunya sudah berganti menjadi level platinum ketika ia menarik uang tunia pada ATM.
Tak perlu ditanyakan lagi, sistemnya yang melakukan hal yang ajaib itu.
Berkat itu juga Alseenio tidak perlu ke Bank untuk menaikkan jenis kartunya.
Saat melakukan transaksi, saldo Alseenio muncul dan terpampang jelas di mesin EDC.
Wajah wanita itu terkejut begitu melihat nilai nominal saldo Alseenio yang tercantum, tetapi Alseenio sendiri tidak memedulikannya dan segera menarik kartunya.
“Terima kasih~”
Selepas melakukan transaksi, wanita itu mengucapkan terima kasih pada Alseenio dengan sorot mata yang berbeda. Tiba-tiba wanita ini menjadi-jadi sehabis melihat saldo rekening Alseenio, seolah-olah tatapannya ingin memakan sosok Alseenio. Wanita mana yang tidak mau dengan Alseenio yang tampan, apalagi tahu bahwa Alseenio orang yang kaya.
Alseenio merespons dengan anggukan tanpa berbicara, dan ia segera pergi ke tempat permainan bola basket berada.
Di kejauhan Alseenio melihat seorang anak kecil yang umurnya berkisar 10 tahun, anak kecil ini cukup tinggi, harusnya ia bisa melempar bola basket dengan mudah.
Anak kecil itu berdiri di samping seorang wanita dan menonton wanita itu yang sedang melempar bola dengan serius, tetapi tak ada satu pun bola yang masuk ke keranjang bola.
Kemampuan wanita tersebut payah.
Alseenio menghampiri anak kecil itu dan mengabaikan tatapan orang sekitarnya padanya.
“Halo, dek!“ Alseenio memanggil anak kecil itu dengan ramah.
Mendengar suara di dekatnya, anak kecil itu menoleh ke arah Alseenio dan menjawab, “Halo.“
“Kamu mau main bola basket?“ Tidak perlu banyak basa basi Alseenio langsung bertanya pada intinya.
“Mainan ini?“ Anak kecil itu berbalik bertanya sebagai jawaban sambil menunjuk mesin permainan bola basket yang kosong.
“Ya? Kamu mau main?“ Alseenio mengangguk.
“Mau! Abang mau bayarin aku?“
“Iya, ada syaratnya. Kamu harus bertanding denganku, bagaimana? Kamu berani?“ Alseenio sedikit menunduk dan bertanya dengan sedikit rasa kekanak-kanakan.
Sengaja seperti itu agar bisa menyesuaikan berbicara pada anak-anak tanpa rasa canggung.
“Oke, siapa takut!“ Anak kecil itu merasa tertantang dengan ajakan Alseenio dan menjawab dengan semangat.
“Oke!“
“Ayo!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
♛★★★★★★SAINTSWORD★❃★★★★★★★★
rata2 novel kalo bikin cerita mcnya pasti kebanyakan protes dan ngeluh sama hukuman dari sistem,,, emang gak ada kreatif sama sekali
2025-03-28
0
🇳🇴🇻🇪🇱 🇮🇩
Megawati mana bang 🤔
2025-02-18
0
Sak. Lim
goblokkkk idioooooot bukan nya bersyukur pda system yg yg mmbntu lo mc mla mengutuk system dasar idioooooot
2024-02-14
1