Shanghai
Menatap semua hal tentang sesuatu yang tidak pernah ia lakukan ditulis disebuah kertas membuat Jian Chen mengerti mengapa semua orang menatapnya dengan jijik.
Tatapan Jian Chen tertuju kepada Zugong kembali lalu mengoyak kertas yang ada di tangannya. Ia tentu paham bahwa seseorang seperti Zugong mampu melakukan itu karena salah satu wanita yang sering membawanya adalah seseorang yang terkait dengan Zugong, yaitu ibunya.
Zugong berasal dari keluarga yang lumayan kaya di kota Shanghai. Tetapi dia hanya memiliki orang tua tunggal yaitu ibunya yang membuatnya sangat membenci Jian Chen karena selalu membawanya ke suatu tempat.
Dengan penampilan Jian Chen yang sangatlah tampan walaupun masih berusia 12 tahun, siapapun pasti tidak akan heran hal seperti itu terjadi apa lagi jika yang membawanya adalah ibu Zugong yang merupakan seorang janda dan sangat suka melihat pria muda tampan.
“Kau sungguh tidak tau malu masih berani menampilkan wajahmu di depan umum,” ucap Zugong dengan nada kebencian yang hampir tidak dideteksi oleh siapapun. Sebenarnya, ia sangat heran bagaimana Jian Chen bisa muncul kembali setelah ia bersama dengan beberapa temannya memukulinya sampai-sampai kepala Jian Chen hampir pecah.
Melihat wajah Zugong sudah membuat suasana hati Jian Chen semakin buruk. Apalagi setelah membaca tentang dirinya yang dianggap sebagai bocah yang sudah memiliki jalur melenceng. Reputasinya pasti tidak akan pernah terhapus, dan itu adalah reputasi yang sangat buruk.
Mengingat kembali tentang ibu Zugong, Jian Chen pun menenangkan dirinya lalu tersenyum kecil.
Melihat senyum Jian Chen, Zugong merasa heran. Ia telah mengira bahwa Jian Chen telah gila karena semua yang terjadi saat ini. Apakah kami memukulnya terlalu keras sampai-sampai hampir tewas sehingga dia berubah menjadi gila?
“Kau bahkan masih bisa tersenyum? Tampaknya kau sangat menikmati gelar barumu,” ucap Zugong.
“Oh? Apakah seperti itu caramu berbicara kepada calon ayah tirimu? Sungguh tidak terduga.. padahal aku dan ibumu..-” Jian Chen menghentikan kata-katanya sambil menatap wajah Zugong yang sudah berubah warna menjadi merah dan ungu setiap saat.
Kata-kata Jian Chen membuat semua anak di tempat itu tercengang. Bahkan beberapa orang dewasa yang melakukan upacara kebangkitan pun mendengar yang dikatakan oleh Jian Chen karena suaranya lumayan kuat.
“Kau...!” Zugong menatap Jian Chen dengan niat membunuh yang sangat besar. Tentu tidak ada yang tau tentang apa yang dilakukan oleh ibunya dan beberapa wanita lainnya membesarkan Jian Chen. Tetapi, untuk Zugong, ia tentu paham setelah melihat ibunya beberapa kali membawa Jian Chen, anak yang sering ia tindas karena tempat tinggalnya tidak jauh dari tempat penampungan anak.
Beberapa anak berbisik-bisik di tempat itu dan tidak menyangka bahwa Jian Chen berani mengaku sebagai ayah tiri Zugong. Itu adalah sesuatu yang tidak diharapkan oleh siapapun.
Zugong yang hendak meledak karena marah, ingin menerjang ke arah Jian Chen tetapi terhenti saat suara seseorang terdengar dari dalam kuil.
“Jika kalian ingin berkelahi, lakukan diluar!”
Suara itu menggema di sekitar kuil yang membuat Zugong sedikit pucat. Tetapi tidak untuk Jian Chen.
Karena tau saat ini bukan saatnya untuk berurusan dengan Jian Chen, Zugong pun menahan diri. Ia tidak ingin mengacaukan upacara kebangkitannya yang ia duga akan menjadi luar biasa nantinya. Ia tidak ingin reputasinya hancur hanya karena seorang anak lemah bernama Jian Chen.
“Setelah semua ini selesai, kau akan tau seperti apa aku jika marah!” Zugong berkata dengan nada sangat dingin lalu berbalik dan mengikuti antrian.
Jian Chen hanya mendengus. Ia pun mengikuti antrian juga. Tentu saja ia akan membuat wajahnya setebal mungkin mengenai informasi tentangnya yang sangat jelek. Karena, ia masihlah suci, dan belum ternoda walaupun beberapa wanita dewasa pernah menyuruhnya telanjang. Ia sama sekali belum pernah melakukan hubungan intim dengan para wanita tua itu karena masih dibawah umur.
Setelah itu, satu per satu anak kemudian masuk ke dalam bangunan kuil. Karena ini sudah hari kedua upacara kebangkitan dilakukan, tidak banyak anak lagi yang tersisa untuk di tes bakatnya.
Hari pertama upacara kebangkitan tentu saja akan sangat ramai. Dan juga, para keluarga-keluarga kaya yang berpengaruh akan lebih dulu masuk karena mendapatkan perlakuan istimewa. Untuk anak seperti Zugong tetap akan diuji di hari kedua walaupun keluarganya lumayan kaya. Tetapi itu tidak sekaya keluarga lainnya yang membawa anak mereka ke upacara kebangkitan.
Tidak lama kemudian, giliran Zugong pun tiba. Ia bersemangat masuk ke dalam bangunan kuil. Tidak sampai lima menit kemudian, Zugong pun keluar dengan wajah sedikit muram. Walaupun begitu, ia tetap tenang karena suatu hal yang tidak diketahui.
Ketika melewati Jian Chen, Zugong pun berbicara dengan nada dingin, “Lebih baik kau tidak mengikuti upacara kebangkitan karena kau pasti membangkitkan sesuatu yang menjadi sampah sama seperti gelarmu. Dan ingat, berhati-hatilah saat keluar dari tempat ini.”
Jian Chen yang mendengar apa yang dikatakan Zugong hanya terdiam. Tentu saat ini ia bukan lagi Jian Chen yang dikenal oleh banyak orang.
Walaupun di kehidupan sebelumnya ia hanya hidup sampai usia 17 tahun, tetap saja itu sudah dianggap dewasa. Ia telah melalui banyak hal di dalam hidupnya sebagai seorang anak yatim-piatu.
Meskipun Jian Chen selalu kesepian di kehidupan sebelumnya, ia selalu mencari sesuatu yang dapat mengisi kekosongan hatiya dengan cara belajar berbagai hal. Biarpun ia tidak bisa dianggap jenius, kelebihannya adalah ia tidak mau menyerah ketika telah memutuskan sesuatu dan itu merupakan nila plus untuk dirinya sendiri.
Satu per satu anak pun mulai keluar masuk dari dalam kuil. Tidak lama kemudian, anak yang ada di depan Jian Chen pun akhirnya keluar dengan wajah jelek juga.
“Berikutnya!” Suara bermartabat terdengar dari dalam bangunan kuil.
Jian Chen pun langsung berjalan ke dalam. Saat mencapai ruangan, ia menatap seorang pria paruh baya yang menggunakan pakaian serba putih. Pria paruh baya itu memasang wajah yang tampak bermartabat dan aura khusus tampak mengelilingi pria paruh baya tersebut.
“Hm? Apa itu?” Batin Jian Chen saat melihat aura samar di sekitar pria paruh baya yang kemungkin besar adalah orang yang mengetes bakat semua anak.
“Berdirilah di lingkaran yang dibuat di lantai.” Perintah pria paruh baya tersebut.
Jian Chen hanya menurut dan membuang pemikiran tentang aura aneh tersebut.
“Kau pasti sudah mengetahui tentang kultivator bukan? Sebelum itu aku akan memperkenalkan diri. Aku adalah Ku Zuo, seseorang yang dikirim ke Shanghai untuk memeriksa bakat semua anak,” ucap Ku Zuo.
“Ya, aku tau.” Jian Chen mengangguk kecil.
Ku Zuo mengangguk. Ini juga merupakan tugasnya untuk memberitahu semuanya walaupun ia merasa bosan karena harus melakukannya berulang-ulang kali setiap kali anak baru masuk ke dalam.
“Karena kau telah mengetahui arti kata kultivator, maka sudah waktunya untuk membangkitkan kekuatan terpendam dalam tubuhmu. Kekuatan ini adalah tekad, semangat dan kemauan tinggi seseorang yang akhirnya menciptakan sesuatu yang sudah ada di dalam tubuhnya sejak lahir. Dan hal itu dinamai sebagai, Wujud Kelahiran.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Irianto Rakim
lanjutkan gan
2023-03-02
2
Hades Riyadi
Like and Favorit 💪👍👍👍
2023-02-05
3
malest
👍
2023-01-29
3