terlihat Ayu masih memegangi lengan Satya. ayo tidak ingin ditinggal dan tidur sendiri. sepertinya perasaan takutnya itu masih menggerogoti perasaannya.
"Baiklah, kamu tidur di ranjang saja, biar kakak yang tidur di sofa.” Ucapku sambil mengambil bantal dan selimut untuk pindah ke sofa.
Sudut pandang author
Ke esok harinya, ayu pun terbangun dari tidurnya sekitar jam setengah enam, ia melihat satya masih tidur dan betah dalam mimpinya. ayu pun bangun, ia beranjak dan menuju ke dapur, seolah ayu seperti tidak merasakan takut lagi.
Sesampainya ia didapur, ayu pun berencana membuat nasi goreng untuk sarapan mereka nanti. Ayu membuka lemari pendingin itu dan melihat persediaan bahan makanan masih cukup untuk membuat nasi goreng, akhirnya ia mulai membuatnya. tak lama, pekerjaan itu pun selesai. ayu membuat nasi goreng itu. setelah itu, ayu mulai membersihkan kembali dapur dan mencuci pakaian yang kotor.
Saat ayu sudah selesai dengan aktivitas nya itu, ia pun masuk kembali, setelah menjemur pakaian di luar.disana, Ayu melihat satya sudah bangun dan sedang berjalan turun kebawah. melihat satya turun, seketika Ayu pun mulai menyiapkan sarapan itu.
“eh.. sudah bangun kak…? Ayo sarapan dulu…” ucapnya. Satya mendekat kearah meja makan, ia melihat menu nasi goreng itu tertatat di atas meja.
“kamu masak apa sayang…?” tanyanya. Ayu terkejut dengan panggilannya.
Apa !! sayang !! yang benar saja. aku tidak salah dengar kan.? begitu suara hati ayu kira kira. ayu masih ngak percaya tentang apa yang ia dengar.
“kakak ngak lagi mimpi kan ?” tanyanya sambil melirik kearah Satya dengan mata yang memicing.
“ngak dong, memang ada yang salah dengan ucapan kakak yu…?” tanyanya, ayu pun reflek menggelengkan kepalanya.
Anggap saja, ia salah dengar.
“ngak kak, mugkin ayu yang salah dengar.” Ucapnya lagi. setelah itu, mereka pun mulai memakan makanan mereka masing-masing.
seketika suasana hening pun tercipta di meja makan itu. tiba-tiba Ayu mengeluarkan suaranya.
“jadi, kakak kemaren habis belanja ?” tanyanya. sementara yang ditanya masih fokus dengan makanannya.
“ia, aku belanja beberapa fasilitas untuk mengisi kekosongan rumah.” Ucap Satya yang sibuk menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
“ooo….’ Ayu hanya ber oo saja.
pantas saja Satya belanja banyak, rumah itu masih banyak kekosongan. Nisa sebenarnya ingin memprotes semua belanjaan banyak itu. namun ia kembali berpikir, Iya hanya menopang hidup dengan Satya. Jadi ia tidak berhak mengomentari apapun yang dilakukan olehnya.
“oh ya, kakak juga beli hp pengeluaran terbaru untuk kita. Untukmu ada di kamar kakak ya,” ucap Satya dengan santai, yang sukses membuat ayu melotot.
“kakak membelikan aku hp,!! kan aku masih ada hp kak..!!’ protesnya.
“ngak papa, hp kamu kan masih pengeluaran lama, dan sepertinya kurang bagus juga, jadi ngak papa lah kalau punya yang baru.” Katanya. Ayu pun tidak menanggapi lagi. enak saja kak Satya menyebutkan bahwa HP itu pengeluaran lama. walaupun pengeluaran lama, mendapatkan HP itu butuh perjuangan besar. tapiTerserah lah, ayu juga senang kalau di belikan hp baru.
“oh ya kak, nanti ayu kuliah jan 9.” Ujar ayu tiba-tiba. Ayu mengatakan hal ini kepada Satya, agar Satya nanti tidak mencarinya. karena sepertinya Ayu menyadari, akhir-akhir ini Satya terlalu protektif kepadanya.
“sampai jam berapa ?” tannyanya seperti ada tidak suka dari matanya.
“sampai jan setengan 4 sore.” Ucap ayu lagi. mendengar penuturan Ayu sontak saja mata Satya terbelalak.
“sampai jam setengah 4, kek orang berangkat kerja saja..?” ucapnya.
namun dari sorot matanya seperti mengatakan, lama amat, kamu yakin jam segitu pulangnya.
“iya kak, soalnya ada 2 mata kuliah hari ini, jadi agak sedikit lama.” jelasnya lagi.
“mmm yaudah, kamu hati-hati ya..” ucapnya lagi, ayu pun mengangguk. Akhirnya acara sarapan pagi selesai. Ayu pun membersihkan meja makan itu dan mulai bersiap-siap untuk kekampus, setelah itu, ia pun berangkat dan pamit pada satya. Ayu melihat satya sedang berada diruang tamu, sedang memainkan laptopnya, kayaknya sih baru.
“kak.. ayu pamit ya..” ucap ayu berpamitan. satya beralih menatap ayu dan meletakkan laptopnya. kemudian Ia berjalan kearahnya.
“iya, hati-hati.” ucapnya. Ia mengiring langkah ayu sampai di pintu gerbang rumah. Sepertinya satya Masih memperhatikan ayu menjauh.
Pov satya
Setelah ayu berangkat kuliah, aku kembali kedalam dan kembali mengotak-atik leptop itu, aku sedang belajar menggunakannya. Namun ternyata aku lebih ahli dalam menggunakannya. Bahkan aku dapat menciptakan sebuah aplikasi game yang dapat digunakan semua orang.
“aku sepertinya harus kuliah juga, sperti ayu. Tapi aku akan kuliah kemana, sementara aku tidak punya ijazah.” Aku kembali mengotak atik laptop itu, tapi tiba-tiba mataku menangkap sebuah informasi yang mengatakan bahwa, pendaftaran sekolah paket dibuka tanpa belajar, selesai mendaftar ijazah akan keluar langsung. ( hehehe, di cerita ma selalu mudah…) aku tertarik, dan aku langsung siap-siap dan bergegas ketempat itu.
Aku pergi menggunakan angkutan umum, sesampainya aku disana, ternyata tidak sedikit orang yang mendaftar.
Setelah mengikuti serangkaian tes, akirnya aku mendapatkan ijazah itu juga dalam hitungan jam saja. Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, aku langsung bergegas pulang. Aku ingin ketika ayu sampai dirumah, aku sudah di rumah duluan, karna aku tidak izin pas keluar rumah, jadi aku tidak mau dia menghawatirkanku.
Setelah aku dirumah dan melakukan pekerjaan rumah yang ringan, tak lama ayu pulang dengan ke adaan capek.
“aku pulang..” ucapnya langsung membuang dirinya di atas sofa. Aku mendekatinya dan membawa segelas air minum untuknya.
“sudah pulang yu, ini minum dulu. Pasti capek ya..?” tanyaku sambil memberikan air itu padanya. Ayu mengambil dan meminumnya.
“makasih kak..” ucapnya sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
kulihat sorot matanya menyiratkan kelelahan yang amat sangat. Apakah manusia biasa selemah itu?
“kamu sudah makan ?’ tanyaku, karna aku tau, ayu tahan kalau tidak makan seharian. Bukan tahan, tapi malas makan.
“belum kak, ayu lagi malas makan.” Ucapnya. Sudah kuduga. Aku mulai menceramahinya seperti mak-mak kompleks.
“kamu tu ya, kalau sudah jamnya makan ya makan. Kamu ngak sayang apa sama diri kamu. Kamu lihat ne, badan kamu sudah tidak berdaging. Ayo cepatan makan, biar kakak siapkan..!!” ujarku agak sedikit meninggikan suaraku. Aku tidak ingin melihat dia sakit apapun alasannya.
Setelah sedikit menasehatinya, Aku menyeretnya ke dapur dan mendudukkannya di kursi. Aku mulai mengambilkan ia makanan. Ia menawarkan diri untuk menyiapkanya sendiri, tapi aku tolak mentah-mentah karena aku masih kesal. Ayu melihat aku yang lagi kesal, ia tidak jadi berkomentar, ia hanya menurut saja.
Ayu pun makan dengan pelan tapi pasti, namun dapat ku baca, nasi yang sedikit itu pasti tidak akan habis di makannya.
“habiskan…” ucapku dengan mata yang melototinya.
***bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments