Saat benar-benar sudah menyerah dan menunggu mati, tiba-tiba ada yang datang menghampiriku, ia memanggilku.
“mas, maaf. mas, apa mas sudah makan ?” ia bertanya apakah aku sudah makan atau belum. Kemudian aku berusaha untuk bangun.
Namun karna aku sudah begitu lemas dan sedikir kesulitan untuk bangun. Ia membantuku untuk bangun, aku hanya diam saja. Kulihat sorot matanya yang begitu iba melihatku, aku tidak bisa memungkirinya.
Aku memang butuh uluran tangan. Ia mengeluarkan sesuatu dalam kantong yang dibawanya itu. dan memberikannya padaku, aku mengulurkan tangan dengan gemetaran. Melihat tanganku yang gemetar, ia membantu ku membuka makanan itu, setelah itu membuka botol minuman.
Namun saat aku akan mengambil makanan itu, ia mencegah ku. aku pikir ia melarangku untuk makan. ternyata, Ia mengatakan cuci tangan dulu, akupun hanya menurut, setelah itu akupun makan.
Saat aku sedang makan, ia pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa menatap kepergiannya. Aku pun memakan makanan itu sampai habis, dalam hati aku sangat bersyukur, ada yang mau memberikan ku makanan.
Ke esok harinya, aku melihatnya lagi. Ia pu sama melihat ku, namun entah kenapa aku melihat sorot matanya takut melihatku, ia pu berjalan meninggalkan ku. Sementara aku duduk dan tidak tau ingin mengerjakan apa.
Tapi saat sore menjelang, aku melihatnya lewat lagi, aku menatapnya dengan penuh harap. Ia melihatku. Aku melihat tatapan matanya seolah ia kali ini tidak akan datang menghampiriku, namun entah apa yang dipikirkannya, aku melihat ia mulai mendekat kearah ku lagi.
Seperti hal nya kemarin, ia memberikan ku makanan dalam kantong itu. namun kali ini aku sangat antusias menunggu makanan itu.
Saat ia mulai membuka penutup makanan itu, aku menawarkan diri untuk membukanya sendiri. Singakt cerita, aku menceritakan siapa aku sebenarnya dan dari mana asalku. Dari tatapan matanya, ia tidak percaya dengan ceritaku.
Mungkin ia mengatakan, mana mungkin ada dunia seperti itu.? namun aku tidak peduli, sampai aku menawarkan diri untuk menemaninya pulang. Dan saat sampai di tempat tinggalnya, ia memiinta maaf padaku atas segala prasangka buruknya terhadapku, aku pun hanya memberinya senyum yang manis, sampai akhirnya ia menanyakan namaku, dan disitulah kami berkenalan.
Pov satya diningrat off
***
sudut pandang author
Ke esok harinya adalah hari terakhir ayu bekerja dirumah makan itu, karna besok harinya lagi, ia sudah mulai masuk kuliah. Setidaknya uang kos nya sudah bisa ia lunaskan selama enam bulan.
ayu pun bersiap-siap lagi untuk berangkat kerja. Seperti biasa, dijalan ayu selalu melihat satya, ia pun sama. tiap kali ayu lewat, ia akan melihat kearahnya. dan ayu pun hanya memberikan ia senyuman.
ayu bekerja sampai sore hari, dan seperti biasa ia selalu menemui satya dan memberinya makan yang ia bawa itu. satya pun tidak menolak, mereka mengobrol beberapa saat, dan setelah itu, satya akan mengantarkan ayu pulang.
ayu pun sampai di kosannya. setelah bersih-bersih, ia pun melepas rasa letih seharian karna bekerja.
***
Ke esok harinya ayu pun bangun lebih awal, karena, ia akan masuk kuliah tepat pada jam 9 pagi.
ayu mulai mempersiapkan apa yang perlu ia bawa ke kampus. ayu pun mulai menyetrika pakaiannya, mebereskan tempat tidurnya, lalu sarapan, mandi. dan setelah itu, saat jamnya sudah mendekati, ayu pun berangkat ke kampus.
Sesampainya ia di kampus, ayu langsung masuk keruangan. hari ini jadwal pertamanya belajar di semester 3 ini. dosen masuk kedalam ruangan dan mulai mengajar.
mereka pun mulai mendengarkan penjelasan dari dosen sampai jam kuliah berakhir. ( wajar, dikampus hanya mendengarkan dosen ceramah… ) tak lama, jam kuliah pun berakhir.
Saat jam berakhir, ia dan teman-temannya berkumpul di DPR ( dibawah pohon rindang) bukan kantor DPR ya…😁😁 mereka disana berbincang-bincang membicarakan pengalaman masing-masing.
“hah… lama tidak ketemu yang teman-teman, sekali ketemu semua sudah menjadi bulat..” ucap rona memecahkan keheningan.
Mereka semua tertawa, bercanda satu sama lain.
“apa maksud kamu dengan bulat..!!” Tanya nisa, dengan ekpresi tidak terima, karna ia berbadan besar dan agak sedikit gemuk.
“maaf nisa, maksud aku tu pipinya yang bulat, bukan badan kamu..” ucap rona lagi.
Plak… nisa memukul punggung rona dengan telapak tangannya.
"aduh... sakit Nis. tangan kamu itu, sudah seperti pemukul bola kasti saja, sakit dan keras." ucap rona lagi. mereka pun hanya tertawa melihat kekonyolan mereka berdua.
Mendengar canda rona, semakin membuat Nisa memerah karena malu.
"tenaga saja, aku pasti akan kurus kembali. dan saat aku kurus dan terlihat cantik. kamu jangan mengataiku lagi."ucap Nisa sedikit mengancam Rona. walaupun dalam kata-kata Nisa itu hanya mengandung candaan. Nisa sama sekali tidak malu dengan bentuk tubuhnya, apalagi teman-temannya juga tidak terlalu mempedulikan dan mempermasalahkan fisik. mereka semua kembali terkekeh.
“ eh.. yu. Gimana liburan kamu seru tidak..?” Tanya putri. Ayu menganguk kan kepalanya.
“tentu saja put..” ujarnya. Singkat cerita mereka pun saling bertanya kabar dan pengalaman satu sama lain. Karna tidak ada jam lagi, akhirnya mereka semua pun bubar pulang ke tempat masing-masing.
***
sudut pandang pertama
Seminggu kemudian.
seminggu lamanya aku tidak bertemu dengan satya. Saat itu, aku baru pulang dari kampus, aku terkejut mendapati satya sudah berada di depan kosku. Satya sedang duduk meringkuk tepat di depan pagar kosan ku. Dia belum menyadari kedatanganku, aku medekatinya dan menyentuh bahunya untuk membangunkannya.
“satya…”ucapku sambil mengoyangkan bahunya. Ia terbangun dan mengangkat kepalanya melihat kearah ku dengan tatapan sayunya. Hati ku merasa iba, pengen nangis. Malangnya nasibmu bang…( aduh… andai aku kaya, punya uang berjuta-juta. Dedek pasti mau nolongin kamu bang, sayangnya aku miskin tak berpunya…)
“ayu…” ucapnya dengan sayu dan lemas, ia aku melihatnya benar-benar lemas.
“kenapa tidak datang menemuiku lagi, aku tidak kenal siapapun. Mau bekerja, tapi siapa yang akan mempekerjakan aku.” Ucapnya dengan pelan, seolah ia akan mati hari ini, wajahnya kotor, pucat dan bibirnya sudah kering.
“maafkan aku, aku sudah tidak bekerja lagi, makanya aku tidak datang melihatmu..”ucapku dengan suara yang bergetar menahan tangis agar tak keluar. Aku memapanya untuk mendudukannya di kursi. Jujur badanya sudah sangat berbau sekali. Aku mulai berpikir untuk membantunya. Ya walaupun akan merepotkan orang lain nanti.
“kamu sudah makan ?” tanyaku padanya. Ia menggelengkan kepalanya.
“aku belum makan, sejak kamu tidak mengunjungiku lagi, tidak ada yang memberiku makan dan minum.” Ucapnya, aku terkejut, bagaimana itu mungkin. ( hade… seminggu ngak makan, mati dong…)
“ya sudah, kamu tunggu disini sebentar, aku akan ambilkan makanan dulu buat kamu.” Ucap ku. Aku langsung masuk kedalam dan memberi ia makan. Ia pun makan dengan lahapnya. ( ya wajarlah, ia sudah seminggu tidak makan.) tak lama, ia pun selesai makan.
***bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments