Sore berganti malam, langit malam terlihat begitu indah dengan rembulan bersinar terang di sertai bintang - bintang kecil menghiasi langit. Nirmala sudah memakai baju, dia sudah terlihat rapi dan cantik dengan dress bewarna putih yang membaluti tubuh indah nya. Waktu Nirmala memakai baju tadi, Dirga tetap kekeh tidak mau keluar kamar, alhasil Nirmala meminta agar Dirga menutup mata selama dia berganti baju. Dan dari tadi sore Dirga selalu betah di kamar Nirmala. Berbaring di kasur Nirmala seraya mengendus bau tubuh Nirmala yang tertinggal di sana, yang seakan sudah menjadi candu untuk nya. Nirmala hanya mampu tersenyum melihat tingkah Dirga yang menurutnya begitu konyol.
Setelah itu, sepasang kekasih yang tengah di mabuk cinta itu duduk di balkon kamar, dengan segelas teh hangat dan cemilan kue kering yang menemani. Tadi, Dirga meminta sang asisten rumah tangga mengantar teh dan kue kering itu untuk mereka, sebagai teman ngobrol mereka. Banyak hal yang ingin Dirga bicarakan kepada sang kekasih, termasuk tentang masa depan mereka yang sudah sejak lama Dirga impikan dan rancang kan.
''Mau bicara apa?'' tanya Nirmala menatap manik hitam Dirga lekat. Mereka duduk di kursi saling berhadapan dengan satu meja sebagai pemisah.
''Kamu cantik,'' puji Dirga sembari menikmati kue kering. Seulas senyum terbit di wajah tampannya.
''Aku tahu itu. Kamu adalah pria kesekian kalianya yang mengatakan aku cantik. Tapi cantik aja tidak cukup, tetap saja hubungan percintaan ku berakhir tak bahagia, berakhir dengan suatu pengkhianatan.'' Nirmala tersenyum getir.
''Sudah, jangan di bahas lagi soal itu. Mulai malam ini dan ke depannya, aku akan selalu ada untukmu, aku akan berusaha untuk membuat mu bahagia Sayang. Lupakan tentang pria brengsek itu, kalau kau tidak bisa melupakan, cukup di kenang dan di jadikan pelajaran kedepannya. Dan akan aku pastikan aku tidak akan pernah berbuat hal yang sama seperti yang Faris lakukan kepada mu. Aku akan selalu setia dengan mu hingga kita menua dan memiliki cucu serta cicit-cicit yang menggemaskan.'' Dirga berkata serius. Kedua tangannya menggenggam tangan Nirmala di atas meja.
''Bagaimana kalau ternyata aku memang tidak bisa mengandung dan punya anak? Apa kau akan terus mencintai ku? Sementara kau dan keluarga mu pasti butuh keturunan untuk meneruskan usaha kalian.'' Nirmala berkata sama serius nya, dia ingin memastikan apakah Dirga benar-benar bisa menerima semua kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Semua itu dia tanyakan agar tidak ada penyesalan di masa depan. Baik pada dirinya maupun pada Dirga. Kali ini Nirmala harus benar-benar teliti dalam memilih pasangan pengganti Faris.
''Tentu, Sayang. Aku akan tetap setia dan mencintai mu selalu. Perkara anak bukanlah masalah besar, kalau kita tidak bisa memiliki anak dari darah daging kita, kita bisa mengadopsi anak sedari anak itu bayi, seorang anak akan menjadi anak yang cerdas dan berakhlak baik kalau di didik dengan baik.'' Jawab Dirga membuat netra bening Nirmala berkaca-kaca. Dirga pintar sekali berkata-kata, semoga saja apa yang di katakan nya memang tulus dari hati terdalam nya dan akan tetap ia pegang teguh. Pikir Nirmala penuh harap.
Setelah itu Dirga mengeluarkan kotak beludru bewarna silver dari saku kemejanya, ia membuka kotak itu lalu ia meminta izin untuk menyematkan cincin yang begitu indah di jari manis Nirmala. Cincin bermata berlian yang pastinya memiliki harga yang fantastis.
''Sayang, ini untukmu. Cincin ini Mas pesan khusus untuk mu,''
''Terimakasih, Mas.'' Nirmala meneteskan air mata, ia merasa begitu terharu dengan apa yang di lakukan Dirga.
''Mana jari mu, biar Mas pasangankan,'' pinta Dirga tersenyum simpul, Dirga menghapus pelan air mata Nirmala yang jatuh di pipi. Nirmala pun mengacungkan jari jemarinya di hadapan Dirga, setelah itu Dirga memasang cincin itu dengan pelan.
''Indah sekali.'' Dirga berkata senang.
''Sekali lagi terimakasih, Sayang. Tetaplah seperti ini, jangan pernah berubah. Aku sudah merasa begitu nyaman dengan mu, hadirmu mampu menghampus segala rasa sakit ku.'' Nirmala berhambur memeluk tubuh tinggi tegap sang kekasih. Dirga pun balas memeluknya, mengelus punggung, dan mengecup pucuk kepala Nirmala dengan penuh kasih.
***
Keesokan paginya, Nirmala telah bersiap untuk pulang. Dia akan pulang untuk menyelesaikan semua urusan dan masalah nya dengan Faris.
''Mari, Mas akan mengantarkan mu.'' Dirga dan Nirmala berjalan bergandengan tangan menuju mobil. Mereka sudah selesai sarapan pagi.
''Iya, Mas.''
''Jaga diri baik-baik, ya, Mas sungguh takut Faris berbuat yang tidak-tidak pada diri mu, Sayang.'' Pesan Dirga ketika mobil sudah melaju.
''Insya Allah aku bisa jaga diriku, Mas. Kamu tenang saja.'' Balas Nirmala yakin, ia tidak mau dirinya menjadi beban pikiran untuk Dirga.
Setelah mobil melaju kurang lebih tiga puluh menit lamanya, akhirnya mobil yang membawa Nirmala dan Dirga berbelok memasuki gerbang dengan tinggi sedang, lalu mobil itu berhenti di depan teras pintu utama.
''Mas, sepertinya wanita itu masih di dalam,'' kata Nirmala. Ia tahu bahwa tadi malam Sintia menginap di rumahnya.
''Hadapi mereka dengan cara cerdas, Sayang. Jangan gegabah, Mas tahu kamu bisa menghadapi mereka dengan tenang.'' Timpal Dirga.
''Iya, Mas.'' Nirmala menciumi tangan Dirga, Dirga balas mengecup keningnya, setelah itu Nirmala keluar dari dalam mobil, sopir membuka pintu dengan cepat untuk Nirmala.m
Nirmala melambaikan tangan ketika mobil yang membawa Dirga berangsur menjauh meninggalkan perkarangan rumah nya. Setelah itu ia berjalan mendekati pintu utama dengan santai. Ia mengetuk pintu dengan di iringi ucapan salam.
''Assala'mualaikum ...''
''Bik, buka pintunya aku pulang!'' seru Nirmala dengan suara di keras kan. Sebenarnya ia punya kunci cadangan rumah itu, tapi ia hanya ingin bermain-main, ia tidak mau menangkap basah dua pengkhianat itu. Ia ingin melihat sebatas mana Faris dan Sintia mampu membohongi nya.
***
''Sayang, cepatlah mandi nya, kau harus segera bersiap-siap. Nirmala sudah di bawah. Dia sudah pulang.'' Kata Faris panik. Faris sudah siap dengan pakaian kerjanya, tapi Sintia masih mandi, karena Sintia bangun kesiangan. Setelah beberapa ronde mereka bermain tadi malam membuat tubuh Sintia terasa sangat letih.
''Apa? Baiklah, Mas.'' Sahut Sintia dari dalam kamar mandi.
Faris begitu gelagapan, ia membereskan pakaian nya dan Sintia yang berceceran di lantai sudut kamar dengan cepat, bekas perbuatan mereka tadi malam. Faris benar-benar belum siap kalau Nirmala sampai tahu Sintia menginap di kamarnya.
Tidak lama setelah itu Sintia keluar dari kamar mandi, ia lalu mengambil pakaian kantoran nya yang ia bawa di dalam tas, ia memakainya secara asal dan ia menyisir rambutnya dengan cepat, hingga ia merasa sakit di dasar kulit kepalanya akibat tarikan nya yang keras tak berhati-hati.
Sedangkan Faris turun ke lantai bawah, ia sendiri yang akan membuka pintu untuk Nirmala, tadi dia melarang pembantu membuka pintu terlebih dahulu, karena ia ingin memberi jeda agar Sintia bersiap terlebih dahulu.
''Jangan katakan apa-apa! Ingat! Katakan kalau Sintia baru sampai di rumah ini pagi ini,'' ancam Faris kepada pembantu. Pembantu hanya mengangguk kecil, mereka tertawa di dalam hati menertawakan kebodohan Faris. Mereka juga menertawakan ekpresi wajah Faris yang begitu panik, pucat pasi dan gelagapan dengan keringat yang membasahi keningnya. ''Pagi-pagi sudah berkeringat, ada-ada saja.'' Ucap salah satu pembantu di dalam hati.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat
2023-03-14
0
Masitoh Masitoh
semangat upnya thor
2022-11-25
2
Esjasz Malek
tak sabar tggu chapter baru..
2022-11-25
2