Bei merasakan kegelapan yang membuatnya sesak nafas. Bei ingin meminta tolong tapi tubuhnya tidak bisa bergerak. Keringat dingin mulai bercucuran. Dan,
“Hah!” Bei membuka matanya. Nafasnya naik turun karena sadar bahwa tadi hanya mimpi. Bei memandang langit-langir ruangan dan sadar bahwa saat ini dia berada dikamar asrama. Bei bangun dari tidurnya, rasa pusing menyerang kepalanya yang terdapat perban di belakangnya.
“Sial!” Bei mengumpat pada dirinya sendiri. Kini dia ingat apa yang terjadi sebelumnya. Bei ingin bangkit dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Varo. Namun dirinya kembali duduk ditempat tidur. Sepertinya dirinya habis kehilangan banyak darah.
Krieek!
Pintu kamar dibuka, Milky muncul dari balik pintu sambil membawa ember berisi air dan handuk.
“Oh. Udah bangun. Gimana perasaanmu?” tanya Milky, kemudian Milky meletakkan ember dan handuk tersebut dimeja yang digunakan untuk memisah kasur mereka.
“Udah mendingan. Tapi masih pusing.” Ucap Bei dengan suara agak serak. Milky segera menuangkan air dan menyuruh Bei minum. Bei menerima gelas dari tangan Milky dan segera menenggak dengan keras untuk menghilangkan dahaganya.
“Eng. Jadi? Gimana?” Tanya milky. Bei melirik Milky belum mengerti apa yang sedang dibicarakannya.
“Apanya?” Bei mengelap bibirnya yang basah dan memberikan gelas kosong pada MIlky.
“Masalah kemarin lusa.” Milky berkata sambil meletakkan gelas tersebut pada meja. Bei menghela nafas berat dan menghembuskannya dengan kasar.
“Setelah ini aku pengen jelasin langsung ke Tuan Varo.” Bei hendak berdiri tapi dicegah oleh Milky.
“Tunggu dulu. Gak usah buru-buru.” Milky menarik Bei agar mebali duduk.
“Bang. kalau aku gak bicara sekarang, aku bisa mati atau kalau kemungkinan masih hidup, aku gak mau di cap orang mesum.” Bei menjelaskan. Milky menenangkan Bei yang nafasnya kembang kempis dan wajahnya yang masih pucat.
“Aku tau. Kita semua tau. Bahkan Tuan Varo juga tau kalo kamu gak bersalah.” ucap Milky, Bei yang mendengarnya bingung.
“Trus, kenapa aku harus mendapatkan ini?” Bei meninggikan suaranya sambil menunjuk luka dibelakang kepalanya.
“Itu, kamu, Ck. Kamu harusnya sadar posisi kamu disini.” Milky bingung mau mengatakan apa lagi pada juniornya yang keras kepala. Bei yang tadinya tidak sabaran kini hanya bisa terdiam. Bodohnya dirinya tidak membuat penolakan saat itu.
“Sialan!” Bei mengumpat sendirian. Milky hanya bisa mengelus punggung Bei agar dirinya bisa bersabar. Dalam Hati, Bei sangat ingin mengutuk Varo yang bersikap semena-mena dan tidak mau mendengarkan orang lain. Jika bukan karena Varo adalah bosnya, sudah lama sekali Bei ingn meninju wajah angkuh tersebut.
“Kamu harus terbiasa dengan luka-luka itu dimasa depan.” Ucap Milky sok bijak.
“Aku dulu juga pernah dihajar habis-habisan oleh Tuan Varo karena dirayu wanita yang biasa melayani Tuan Varo. Sialan memang! Yang salah siapa yang dihajar siapa.” ucap Milky sambil tertawa. Bei melihat Milky seperti tipe orang yang sangat santai dan tidak pernah membebankan sesuatu dikepalanya.
“Apa yang abang lakuin ketika ada diposisi itu?” tanya Bei. Milky berpikir senejak.
“Ya gak tau juga sih. Ini kasus pertama dari orang dalam. Karena biasanya Nona Widya emang suka main sama pria muda dari luar.” jawab Milky. Bei mengusap wajahnya dengan kasar. Saat ini Bei juga tidak tahu mengapa dirinya bisa menjadi bodoh. Sejenak, Bei teringat perkataan Nona Widya tentang orang yang mirip dengannya dulu. Bei mengira-ngira siapa orang tersebut.
“Ehm, Bang. Sebelum Nona Widya menikah sama ayah Tuan Varo, siapa suaminya dulu?” tanya Bei. Milky mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan Bei. Semua orang disini tahu kalau Varo bukan anak kandung Nona Widya.
“Kenapa Emang?” Milky penasaran.
“Cuma penasaran.” Bei beralasan. Milky berfikir sejenak.
“Ehm, itu aku juga kurang tau, sih. Pertama kali aku datang, Tuan Varo dan ayahnya sudah disini.” jawab Milky. Bei yang mendengarnya merasa kecewa.
“Tapi..” Milky melanjutkan yang kini membuat Bei penasaran. Milky menyuruh Bei mendekat seperti takut seseorang mendengar, padahal hanya ada mereka berdua didalam kamar.
“Rumor bilang kalau dulu Nona Widya pernah punya pacar dan disuruh menikah oleh ayah Tuan Varo yang duda demi bisnis.” Milky berkata lirih takut didengar orang lain selain mereka.
“Pacar?” tanya Bei. Milky mengangguk. Ini membuat Bei penasaran siapa pacar Nona Widya dulu. Bei berpikir seperti apa silsilah keluarga ini, kenapa begitu membingungkan dan aneh?. Sepertinya ini akan menjadi pekerjaan rumah untuk Bei.
Bei ingin tidur kembali tapi diurungkan niatnya. Dirinya ingin mendatangi Ari dan bertanya tentang CCTV yang ada dilokasi kejadian. Bei ingin membuat pembelaan. Bei bangun dari kasurnya dan mengambil handuknya.
“Mau kemana?” Tanya Milky yang tadinya sibuk dengan ponselnya.
“Mandi.” Bei menunjuk kamar mandi dengan matanya.
“Lukamu belum kering.” ucap Milky sambil menatap sekilas luka Bei. Bei meraba belakang kepalanya yang masih terdapat perban kain kasa.
“Gak papa kok, Bang. Cuma pengen nyegerin badan.” kata Bei.
“Mau aku bantu mandiin?” tanya Milky sambil menunjukkan ember dan handuk yang tadi dibawanya. Sepertinya tadi memang milky berencana membantu mengelap tubuh Bei jika dirinya belum bangun.
“Gak deh, Bang. Makasih.” jawab Bei. Milky hanya mengangguk angguk. Saat memasuki kamar mandi, Bei menyadari sesuatu.
“Eh, Bang. Memangnya aku udah tibur berapa lama?” tanya Bei sambil menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi. Milky mengangkat tangannya dan menunjukkan angka dua.
“Dua jam?” Bei meyakinkan. Milky menggeleng yang artinya bukan.
“Dua hari?” tanya Bei lagi. Milky mengacungkan jempolnya.
“Anjir!” umpat Bei. Dirinya tidak menyangka bisa pingsan begitu lama. Biasanya dirinya bisa langsung bangun setelah berkelahi. Mungkin ini karena Varo yang over power saat menendang Bei. Bei segera masuk kembali kekamar mandi dan membasuh tubuhnya agar rasa lemas hilang.
“Varo Sialan!” Bei mengumpat sendirian dibawah guyuran air shower.
Sedangkan Varo saat ini berpikir apa yang harus dilakukannya pada bodyguard mudanya itu. Jika Varo menghabisinya, jelas ibu tirinya akan bertindak dan melakukan hal bodoh agar dituruti kemauannya. Tidak mungkin Varo akan meminta maaf meski dirinyalah yang bersalah karena bertindak rasional. Semua orang akan bertindak tidak rasional jika melihat wanita yang dilindungi sedang diapa-apain orang lain.
“Sialan! Aku terlalu gegabah!” umpat Varo dengan kesal.
…
..
.
Nona Widya duduk disofa kamarnya dengan pakaian merah ditubuhnya. Harusnya saat ini adalah waktu tidur, tapi pikiran Nona Widya tidak tenang karena memikirkan rencana apa yang harus dilakukannya agar bodyguard baru itu tidak dilenyapkan Varo. Yah, Nona Widya sudah menebak apa yang akan Varo lakukan pada pria muda itu. Hampir sama seperti para pria muda yang pernah dia ajak berkencan, mungkin kali ini Varo tidak hanya akan menghabisi Bei, mungkin lebih parah seperti menghilangkan nyawanya.
Nona Widya berpikir keras. Tanpa disadari kuku cantiknya hampir habis karena digigit terus menerus olehnya. Kini Nona Widya berdiri dari sofa dan berjalan mondar mandir seperti kain pel. Setelah beberapa saat, Nona Widya akhirnya memutuskan untuk menemui Lala dan bertanya tentang informasi apa yang didapatnya. Nona Widya mengambil ponselnya dan segera menekan nomor tujuannya.
“Lala, keruanganku sekarang!” ucap Nona Widya begitu panggilan tersambung, tapi di langsung menutupnya karena tidak ingin Lala membalas ucapannya. Lala yang saat itu baru akan memejamkan matanya segera bangkit dan menemui Nona Widya.
Tok! Tok!
Suara pintu diketuk.
“Masuk.”
Lala masuk kekamar Nona Widya dan memberi salam hormat padanya. Nona Widya mengabaikan hal tersebut dan duduk kembali kesofa.
“Bagaimana keadaan anak baru itu?” tanya Nona Widya tanpa basa basi.
“Dia sudah bangun.”
“Bagus. Bisa kamu panggil dia kemari? Aku ingin meluruskan sesuatu.” perintah Nona Widya. Lala terdiam sejenak mengingat apa yang telah dipesan Varo padanya.
“Tidak bisa, Nona. Tuan Varo bilang dia sendiri yang akan meluruskannya.” jawab Lala dengan tegas.
“Bagaimana aku bisa membiarkan Varo menangani masalah ini. Aku takut anak itu akan mati.” Nona Widya memegangi pelipisnya dan sesekali menghirup nafas kasar, seperti sedang frustasi. Lala masih terdiam ditempatnya.
“Saya sudah melakukan yang saya bisa, Nona WIdya. Tuan Varo pasti tahu apa yang lebih baik.” ucap Lala, tapi hal tersebut tidak menenangkan Nona Widya. Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan, Lala pamit undur diri dan kembali istirahat. Nona Widya masih belum bisa tertidur karena memikirkan rencana memberi tahu Bei agar dirinya kabur.
…
..
.
Bei mendatangi ruangan Varo. Setelah diriya sadar dari tidur panjangnya kemarin, Bei memikirkan apa kelanjutan hidupnya saat ini yang jelas tidak akan aman. Bei membuaka pintu ruangan didepannya dan masuk. Milky yang tadinya berjalan dibelakang Bei kini berdiri disampingnya dan menepuk pundak Bei. Milky memberi semangat Bei dan raut matanya seperti mengucapkan selamat tinggal padahal Bei belum meninggal.
Tok! Tok!
Bei mengetuk dan langsung masuk. Didalam ruangan terlihat Varo yang duduk disofa dengan seorang perempuan cantik yang bergelayut manja dipangkuannya, seperti wanita panggilan.
“Selamat pagi, Tuan Varo.” Sapa Bei pada Varo tanpa menatap.
“Pergilah, aku akan menghubungimu nanti.” Varo menyuruh wanita panggilan itu untuk keluar ruangannya. Wanita itu berdiri dan segera pergi dari pangukan Varo, tak Lupa juga memberikan ciuman ke pipi tegas Varo.
“Jadi, apa yang kamu bicarakan dengan Nona tua itu?” tanya Varo, Bei yang awalnya tidak paham karena bingung siapa Nona tua. Tapi mungkin Varo juga malu menyebut Nona Widya dengan sebutan ibu atau Mama dihadapan orang lain.
“Maafkan saya, Tuan Varo. Saya bersalah. Mohon hukum saya.” ucap Bei pasrah sambil menunduk dalam. Tapi saat ini sepertinya Varo terlihat tenang tidak seperti dugaan Bei, bahkan Bei sudah siap jika dirinya dihabisi tuannya saat ini. Varo tersenyum dengan mengangkat ujung bibirnya, sepertinya tidak akan mudah meluruskan masalah yang terjadi sebelumnya.
“Aku tidak akan menghukummu dengan mudah. Sebelum itu aku ingin kamu dapat membantuku mencari informasi tentang semua yang berhubungan dengan Nona tua itu.” Ucap Varo. Bei yang masih menunduk tidak mengerti maksud dari Varo, dia bahkan berani bersumpah bahwa dirinya dan Nona Widya benar-benar hanya salah paham.
“Maafkan saya, Tuan. Tapi saya benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengan Nona Widya.” Bei memberanikan diri berkata.
“Aku tau. Tapi aku sudah memperhatikan tingkahnya selama ini, dan itu berbeda ketika Nona tua itu menjadikanmu Bodyguardnya. Aku ingin kamu bisa menemukan masalah itu agar Nona tua tidak mengganggu bisnisku.” Varo sedikit melunak pada Bei. Tapi ini bukan karena dia mengampuninya. Sebaliknya, Varo memanfaatkan Bei untuk menguntit ibunya dan mendapatkan informasi tentang musuh bisnis Varo yang sering menggoda dan bertemu secara pribadi dengan Ibunya.
“Baik, Tuan. Saya berjanji tidak akan mengecewakan anda.” Mau tidak mau, Bei harus menyelamatkan hidupnya demi masa depan Ebi.
“Kamu bisa pergi mengikuti Nona Tua itu seperti biasa. Jangan membahas masalah yang sudah terjadi dengannya. Dan ingat, laporkan padaku secara pribadi setiap malam.” Setelah berkata demikian, Varo kembali melihat-lihat dokumennya. Saat Bei hendak pergi Varo memanggilnya kembali.
“Ya, Tuan?”
“Apa ada hal aneh yang kalian bicarakan tanpa sepengatahuanku?” tanya Varo. Bei berpikir sebentar dan mengingat perbincangannya yang juga sempat membuat dirinya juga bingung.
“Itu, Nona Widya hanya berkata bahwa dia seperti mengingat seseorang yang dia kenal saat melihat saya.” Bei menjawab dengan jujur. Varo yang mendengarnya hanya berdeham ditenggorokannya. Bei segera pamit dan keluar dari ruangan Varo yang bersuhu dingin seperti pemiliknya.
Bei berjalan kearah ruang makan para Bodyguard dengan tubuh lesu dan lunglai. Dalam hati Bei sedikit mengutuk dirinya sendiri dan mengutuk Varo karena tau dia sedang dimanfaatkan. Bei tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya jika masih mengikuti Nona Widya, tapi disisi lain dirinya tidak ingin membantah perintah tuannya dan berakir pulang dengan hanya nama.
Milky melihat Bei berjalan kearah konter makanan segera melambaikan tangan dari mejanya, dihadapan Milky terdapat sepiring makanan yang membuat Bei hampir meneteskan air liur karena lapar. Bei ingin segera mengambil makanan tapi dirinya rela menghampiri Milky terlebih dahulu dan duduk dikursi kosong didepan Milky.
“Gimana?” tanya Milky setelah Bei mendaratkan pantatnya dikursi.
“Aman.” Kata Bei tanpa menoleh pada Milky. Bei tau maksud dari pertanyaan rekannya tersebut. Bei menatap sepiring nasi dan semangkuk soto lengkap dihadapan Milky. Milky yang tau bahwa Bei kelaparan segera menyodorkan nasi dan soto yang masih belum tersentuh itu kehadapan Bei.
“Makan. Ini kuah soto terakhir karena kamu telat jam sarapan.” Ucap Milky sambil tersenyum.
“Beneran, Bang?” Bei bertanya dengan mata berbinar seperti pengemis yang diberi sembako dipinggir jalan.
“Iyaaa. Makan deh sebelum aku berubah pikiran.” Milky hampir tidak bisa menyembunyikan senyumnya melihat anggota bodyguard termuda. Mungkin karena itu juga Bei kadang terlihat lucu saat jiwa kekanakannya muncul. Yah,, mungkin itu karena para senior Bodyguard memperlakukan Bei dengan baik sehingga jiwa kekanakan Bei muncul. Perasaan yang belum pernah Bei keluarkan karena dirinya adalah tulang punggung keluarga.
“Apa yang tuan Varo bilang?” tanya Milky. Bei melirik Milky dengan mulut penuh makanan.
“Aku cuma ngomong jujur mengenai hari kejadian.” Ucap Bei. Milky mengangguk mengerti tapi merasa aneh jika hanya ada hal itu, apa lagi melihat Bei yang masih baik-baik saja sekarang, pasti tuan Varo sedang merencanakan sesuatu.
“Trus, apa perintah selanjutnya?” tanya Milky lagi. Bei berpikir sejenak karena ragu apakah dirinya akan memberitahu rekannya tersebut tentang misi barunya.
“Hmm, ada misi yang lebih penting yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahan kemarin.” Jawab Bei akhirnya. Milky segera mengerti apa yang dimaksud Bei. Meski sudah umum jika sesama bodyguard mengetahui misi satu sama lain, tapi terkadang ada misi khusus yang tidak boleh sembarang orang tau walau mereka sesama bodyguard.
“Oke lah, semoga kamu gak terbunuh dimisi itu, Hehehe.” Canda Milky agar suasana tidak tegang. Bei mengangkat sendoknya seperti hendak memukul Milky dan untungnya milky segera menghindar.
“Sialan!!” Bei mengumpat.
Sekali lagi, Bei membuat orang lain tersenyum dan memberi sedikit warna pada kehidupan para Bodyguard diasrama karena tingkahnya yang tanpa Bei sadari.
…
..
.
Thankyou ♡(˃͈ દ ˂͈ ༶ )
see you next chapter \(^o^)/
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments