3.2

-Varo-

Aku melihat berkas informasi yang telah aku inginkan sejak kemarin, sekarang aku mengingat bahwa orang yang membuat keributan di bar dan orang yang membuatku pingsan kemarin adalah sama. Aku belum pernah kalah dari siapapun, kejadian kemarin melukai harga diriku sebagai pemimpin keluarga. Untungnya para bodyguard tidak ada yang melihatku pingsan kemarin, aku terbangun sendiri ditengah jalan dan buru-buru pulang agar tidak ada orang yang melihat keadaanku. Aku menatap foto pria itu dan tersenyum licik. Aku tidak akan melepaskannya dengan mudah.

“Ari.”

“Ya, Tuan.”

“Bawa orang ini kehadapanku apapun keadaannya. Pastikan dia masih hidup.”

“Baik, Tuan Varo.” Ari segera pergi dengan membawa perintahku. Oh, aku baru ingat, Riko sedang menjalani perawatan karena tertembak dipahanya. Sekarang adalah waktu yang sempurna untuk merekrut bodyguard sementara Riko dalam pemulihan.

Mama masuk ke ruang kerjaku bersama dengan pengawal wanita pribadinya, kali ini mama terlihat memakai gaun warna hijau zamrud dengan atasan jas. Mama langsung duduk disofa tanpa aku persilahkan. Aku berdiri dan menuangkan air untuk aku minum dimeja sudut ruangan.

“Ada apa?”

Mama membuka kacamata hitamnya, matanya yang terlihat tajam karena eyeliner memandangku dengan kesal.

“Jadi? gimana hasil kesepakatan dengan orang india itu?”

Aku berhenti meneggak air minum dan meletakkan gelas yang masih setengah terisi kembali ke meja. Aku kembali kemeja kerjaku dan membaca kembali beberapa dokumen yang harus aku pelajari dan tidak menghiraukan mama sama sekali. Yah, untuk apa aku repot repot menjawab jika sebenarnya dia sudah tahu jawabannya. Hal sekecil apapun yang aku lakukan dia akan tahu. Seperti dia mengirim mata-mata untuk mengawasiku.

Mama berdiri dari sofa dan meletakkan flashdisk dihadapanku. Aku mengerutkan kening sebagai tanda tanya.

“Hapus itu jika kamu tidak ingin malu.” mama pergi keluar dari ruangan setelah berkata demikian. Aku penasaran dan membuka isi flashdisk itu, dan ternyata itu adalah rekaman cctv semalam. Sial! Aku tidak tau bahwa ada cctv dibekas gedung itu. Aku mencengkeram mouse seperti ingin menghancurkannnya. Mama selalu mempunyai cara untuk menggali kesalahanku.

Aku kepala keluarga disini! Tapi aku tidak punya kendali penuh atas tindakanku. ****!!

..

.

Tumpukan kontainer memenuhi dermaga pesisir laut selatan terlihat yang agak sepi hari ini, tentu saja karena hari sudah malam. Hanya terlihat beberapa pekerja yang sepertinya tergesa-gesa menyelesaikan pekerjaannya agar segera pulang kerumah.

Aku turun dari mobil berwarna hitam yang dikendarai bodyguardku. Aku merapikan kaos berwarna navy yang aku kenakan malam ini. Yah,, aku ingin sedikit bersantai dan tidak selalu memakai setelan jas yang kadang membuatku susah untuk bergerak karena ukurannya yang pas dengan tubuhku. Aku berjalan diiringi para bodyguard menuju tempat yang sudah Ari tunjukkan untuk menemui seseorang yang sudah aku incar selama ini. Kami tiba disebuah bangunan yang terbuat dari kontainer bekas, didalam terlihat ada dua orang sedang berbincang bincang. Aku melirik Ari yang langsung paham dengan maksudku. Ari pergi kedalam ruangan tersebut dan aku segera menyuruh para bodyguard untuk pergi agar aku bisa bicara langsung dengan orang itu. Ari keluar bersama orang itu.

“Apa?” orang itu berkata dengan ketus begitu berada didepanku. Sepertinya orang ini tidak mengingat siapa aku. Aku memberi isyarat pada Ari untuk pergi.

“Kamu tidak mengingatku?” aku melangkah mendekat pada pria yang jelas lebih muda dariku itu sampai jarak kami tidak sampai 50 cm yang membuat pria itu otomatis mundur.

“Hei, Hei. Katakan apa maumu. Aku masih harus mengerjakan sesuatu yang lain.” pria itu mendorong sedikit tubuhku agar tidak mendekat. Aku tertawa, sepertinya pria dihadapanku ini sedikit lucu.

“Oke.” aku menarik diriku dari hadapannya.

“Aku ingin kamu jadi bodyguardku.” tanpa basa-basi aku mengatakan maksud kedatanganku. Pria dihadapanku mengerutkan keningnya seperti melihat sesuatu yang aneh.

“Ha? Bentar-Bentar. Anda siapa ya? Datang-datang main nyuruh saya jadi bodyguard.”

Aku mendecak kesal. Pria depanku sepertinya memang orang bodoh. Tapi orang bodoh tidak mungkin bisa mengacaukan bar dan bodyguardku yang sudah terlatih. Dengan kesal aku menarik kerah pria didepanku.

“Hei! Bicara baik-baik padaku sebelum aku memaksamu.” aku mengancam pria itu, tapi wajahnya terlihat tidak takut. Aku melepaskan cengkeramanku kemudain berbalik pergi.

“WOi! Apa-apan nih!”

Para bodyguard segera mengeksekusi pria tersebut dan membawanya kesuatu tempat. Sudah aku duga hal ini kan terjadi, aku tidak bodoh jika orang itu benar-benar menolakku.

\=\=

“WOI! Lepasin Brengsek!”

Pria yang aku bawa dari dermaga itu memberontak dengan kepala tertutup dan tangannya diikat dibelakang kursi. Ari membuka penutup kepala pria tersebut. Terlihat dimatanya penuh amarah yang jelas ditujukannya padaku. Aku berjalan dan berdiri dihadapan pria yang meronta-ronta untuk dilepaskan itu.

“Jadi?” aku sengaja menggantung kalimatku.

“Apa? kau pikir aku akan mau jadi bodyguardmu setelah kau menculikku? Cuih!” pria itu meludah tepat didepan sepatuku. Aku sangat ingin marah, tapi kesempatan untuk memperdayainya akan hilang jika aku marah sekarang. Ari menyerahkan sebuah dokumen informasi padaku.

“Nama Abei Lie, umur 23 tahun, punya adik perempuan, sekarang sebagai tulang punggung keluarga dan harus melunasi hutang yang ditinggalkan orang tua dan pamannya. Ohooo,,, sangat menarik.”

“Bajingan! Untuk apa membaca informasi yang tidak seharusnya aku tidak perlu tau.”

Aku menutup dokumen dihadapanku dan menyerahkannya pada Ari. Aku mendekat pada pria itu dan mengangkat wajahnya yang terlihat marah tapi mengejek.

“Setidaknya aku ingin kau bertanggung jawab atas perbuatanmu.” aku membuang wajahnya.

“Orang gila, emangnya aku habis hamilin anak orang.”

Ari pun memperlihatkan rekaman cctv bar dihari kejadian. Pria itu terlihat memalingkan wajahnya seolah tidak ingin melihat rekaman itu.

“Aku nggak akan minta kamu ganti rugi atas kerusakan yang kamu buat di bar. Tapi dengan syarat kamu harus mau jadi bodyguard ku.” aku memberi tawaran pada orang yang bernama Bei. Bukan tawaran sebenarnya, tapi lebih kepada perintah.

“Cuih!” pria ini ternyata sangat keras kepala dan tidak sopan.

“Woi!” salah satu bodyguardku menarik kerah pria itu dengan geram. Aku memberinya isyarat agar minggir barulah bodyguard itu melepaskannya.

“Jadi? pilih jadi bodyguardku atau ganti rugi?” aku masih dengan tenang memberikannya pilihan. Sudah bisa aku pastikan pria itu akan memilih menjadi bodyguardku, bisa dilihat bahwa dia sangat miskin dan banyak hutang, aku memang sangat pandai mempersulit orang lain.

“Tuan, apa tuan yakin dengan keputusan tuan? Sepertinya dia hanya terlihat brutal dan tidak konsisten.” Ari berbisik padaku. Aku hanya meliriknya, sepertinya dia sedang meremehkan keputusanku.

“Oho, sekarang aku ingat. Ternyata kalian kumpulan manusia-manusia tanpa etika yang sembarangan nyulik orang buat puasin nafsu bejat kalian, kan?” pria itu menyeletuk dengan nada mengejek, matanya tertuju padaku. Aku mencoba agar tidak terpancing oleh omongan pria itu.

“Menculik? Oh, maksudmu pamanmu sengaja menjual adik kesayanganmu pada kami.” aku membalikkan omongan pria tersebut. Sepertinya giliran dia yang terpancing omonganku.

“Sepertinya kau sama bodohnya dengan pamanmu.” Aku menertawakannya.

“Dasar Anjing! Bajingan!” pria itu mengumpat.

“Sekarang kamu harus setuju dengan tawaranku. Atau hal yang lebih buruk akan terjadi padamu.” kali ini bukan tawaran, namun perintah secara langsung. Pria itu menundukkan kepalanya, namun dia tiba-tiba tertawa dan mengangkat wajahnya.

“Hahahaha, kau benar-benar bisa membuatku tertawa. Aduh perutku sakit,, Hahaha.” aku sedikit bingung. Apa pria ini psikopat?

“Apa? Memang apa lagi yang bisa kau lakukan sekarang, ha?”

“Apa? Memangnya apa? Aku lebih baik mati dari pada jadi bodyguard orang gila sepertimu.” aku sudah kehabisan akal menghadapi orang ini.

“Kamu harus jadi bodyguard ku.” aku mengeluarkan pistol dari saku belakangku. Kesabaranku sudah habis karena dipermainkan orang ini

“Idih,,, pemaksaan.”

“Jadi bodyguard ku atau mati?” aku menodongkan pistol tersebut kearah kepala pria dihadapanku. Tapi dia malah tersenyum.

“Coba saja kalau kau bisa.” seketia pria itu bangkit dan mengangkat kursi mengayunkannya padaku, dengan sigap aku mundur. Pria itu mulai mengayun ayunkan kursi sebagai tamengnya kearah para bodyguard . ****! Sudah kuduga dia bermain-main hanya untuk mengulur waktu agar bisa kabur.

Dor! Aku menembak kearah pria itu, tapi dia bersembunyi dibalik pilar. Aku dan para pengawal atau bodyguardku terus menembak kearah pria itu bersembunyi sampai peluruku habis.

“Ck!” aku melemparkan pistol yang sudah kehabisam peluru.

“Apa? Pelurumu habis? Harusnya kau bertarung satu lawan satu denganku.”

Aku memberi isyarat agar para bodyguard menghentikan tembakan. Pria itu kemudian muncul dari balik pilar. Aku melangkah maju menghadapi pria itu.

“Oke. Pastikan kau tidak kalah dariku.” aku menerima tantangannya.

Pria itu mulai melayangkan tendanganya lebih dahulu, sayangnya aku bisa menghindarinya. Kami mulai saling menyerang, dari caranya bertarung aku bisa melihat bahwa dia lebih sering menyerang menggunakan kaki, meski rasa sakit yang diberikan lebih terasa tapi menyerang menggunakan kaki cenderung lebih melelahkan dari pada pertarungan biasa dengan menyeimbangkan tinju dan tendangan.

Aku menangkis tendangannya yang entah berapa kali dia layangkan padaku. Meski aku belum roboh tapi sepertinya aku mulai melambat karena serangan bertubi-tubinya. Aku tidak akan kalah kali ini. Aku masih terus bertahan meski lelah, sudah lebih dari 10 menit kami bertarung, bahkan petarung MMA mempunyai batasan maksimal 5 menit disetiap satu pertarungan.

“Kenapa? Menyerah?” aku mengejek pria yang masih berdiri dengan nafas terengah-engah. Sepertinya dia masih dalam mode bertarungnya.

“Apa aku terlihat semudah itu bagimu?” kini dia giliran mengejekku. Rasa gengsi membuatku tidak ingin menyerah. Namun sebuah ide terlintas dipikiranku.

“Oi!. Mari kita akhiri ini.” Aku menantangnya kembali.

“Oke. Aku harap kau tidak akan menangis karena kalah lagi.” Pria itu menyunggingkan senyum. Sial! Sepertinya pria itu ingat kejadian memalukan itu. Kami berdua saling melangkah, jarak kami kini tidak terpantau jauh. Aku mencekik lehernya, pria itu tidak mau kalah, dia juga mencekik leherku, namun aku lebih menguasai keadaan, asal kau tahu kekuatan utamaku terletak pada otot-otot lenganku. Pria didepanku yang awalnya mencekikku kini berusaha melepaskan cengkramanku dari lehernya, sepertinya aku benar-benar membuatnya tidak bisa bernapas.

“Kenapa? Apa kamu sudah menyerah?” pria itu semakin memerah wajahnya, tapi sepertinya dia belum menyerah dan masih berusaha melepaskan cengkramanku. Tubuh pria dihadapanku mulai melemas, sepertinya dia kehabisan nafas dan pingsan. Aku melepaskan cengkramanku, membiarkan pria itu terjatuh dibawah kakiku.

“Hei! Kembalikan dia.” Aku memerintahkan para bodyguardku untuk menangani pria itu. Aku akan memberinya waktu untuk berpikir kembali. Aku tau dia akan kembali padaku.

Yeah! I’m win!!!

..

.

Aku menikmati hangatnya air didalam bathup kamar mandi. Aku berendam menghilangkan seluruh penat ditubuhku.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar ketukan diluar kamar. Aku tidak memperdulikannya, biarkan Milky yang membuka pintu. Tak lama terdengar pintu ditutup dan suasana terdengar sunyi kembali. Suara langkah kaki terdengar mendekat kearah kamar mandi. Aku memejamkan mata berpura-pura tidur. Suara langkah kaki itu terdengar memasuki kamar mandi, aroma parfum wanita tercium begitu orang itu masuk. Wanita itu mendekat dan memelukku leherku dari belakang.

“Capek ya?” wanita itu bergelayut manja sambil mengelus dadaku yang telanjang. Aku membuka mataku dan menoleh padanya sekilas.

“Apa lagi sekarang?”

“Ehm,, nggak ada, Cuma kangen.” Wanita itu terus menggodaku, meski aku sering tidur dengan wanita acak, aku tidak mudah tergoda dengan wanita murahan yang datang hanya karena ada maunya seperti wanita ini. Aku berdiri dari bak mandi dan segera memakai handuk mandi. Aku berjalan keluar kamar mandi diikuti wanita itu. Sepertinya wanita ini sudah mempersiapkan sesuatu, terlihat dari tampilannya hari ini yang menggunakan pakaian haram dan parfum menyengat sengaja untuk menggodaku.

Aku duduk ditepi tempat tidur, wanita itu ikut duduk disampingku, tangannya bergelayut manja dilenganku, dadanya sengaja digesekkannya pada lenganku.

“Bilang aja mau apa.” Aku yang tidak sabaran mengatakan pada wanita itu. Wanita itu tiba-tiba duduk dipangkuanku.

“Gak ada kok, Cuma kangen.” Wanita itu melingkarkan lengannya ke leherku. Aku tersenyum dan melingkarkan tanganku ke pinggang wanita itu. Wanita itu terlihat senang karena aku membalas perlakuannya.

“Kalo gak ada,,,” aku menggantung kalimatku agar dia penasaran. “Pergi sekarang. Aku lagi gak mood.” Aku mengatakannya dengan wajah dan nada datar. Wanita itu turun dari pangkuanku, terlihat cemberut dan kesal diwajah cantiknya.

“Varo~” wanita itu masih berusaha merayuku.

“Keluar sekarang.”

“Ish, kamu udah gak peduli lagi sama aku.” Wanita itu mulai merajuk.

“Memang siapa kamu berhak mengatakan itu? Jangan hanya karena kamu sering datang kerumah ini, kamu merasa paling istimewa. Ingat ya aku tidak hanya tidur denganmu saja, kau bahkan datang padaku saat ada maunya.” Aku mulai kesal dengan wanita itu.

“Kukira hubungan kita spesial.” Mendengar itu aku hanya bisa mendecih, apa? spesial? Kata konyol yang pernah aku dengar dalam hidupku.

“Keluar sekarang atau aku menendangmu keluar!” aku membuka pintu mempersilahkannya pergi. Wanita itu pergi dengan wajah jengkel.

“Hei. Jangan biarkan siapa-siapa masuk saat ini. Aku ingin istirahat.” Aku memberi perintah pada Milky yang berjaga didepan pintu kamarku.

“Baik, Tuan Varo.”

Tiada hari yang tidak melelahkan untuk orang sepertiku, dan masih banyak hari-hari melelahkan yang menunggu aku lalui. Apakah orang sepertiku tidak pantas hidup tenang walau hanya sehari?

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

30/06/2022

Thankyou and see you next chapter

o⁠(⁠(⁠*⁠^⁠▽⁠^⁠*⁠)⁠)⁠o

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!