9

Hari ini adalah hari yang bahagia menurut Bei sejak dirinya bekerja menjadi bodyguard, bukan hanya karena dirinya telah menerima gaji tapi itu juga karena Bei mendapat hari libur pertamanya. Setelah Ari memberi tahunya pagi tadi, Bei segera bergegas mengambil ponsel pribadinya dan segera menyalakan ponsel dikamarnya. Begitu Bei menyalakan internetnya puluhan pesan masuk dan itu semua dari adiknya, Ebi. Bei membaca pesan tersebut terlebih dahulu sebelum dirinya menelpon Ebi.

“Para rentenir udah gak pernah datang.” – read

“Paman juga udah agak pernah datang.” - read

“Ebi harap Abang pulang setelah hutang lunas.” – read

“Selamat ulang tahun, Abang.” - read

Bei membaca pesan tersebut dengan perasaan lega sekaligus rindu. Bei tersenyum setelah membaca pesan terakhir dari Ebi.

“Jangan mati! Cuma Ebi yang boleh bunuh Abang, Hehehe..” - read

Setelah membaca semua pesan dari adiknya, Bei segera menghubungi nomor tersebut dan tidak lama kemudian sebuah suara yang sangat Bei rindukan terdengar.

“Halo.” Ucap suara diseberang telepon. Bei yang tidak kuasa menahan kebahagiaan merasa ingin menangis tapi ditahan.

“Halo, Ebi. Ini abang.” Suara Bei sedikit bergetar.

“Ebi tau.” Keheningan menghampiri mereka sesaat. Bei menggigit bibir bawahnya menahan air mata yang ingin keluar.

“Gimana kabar Ebi. Ebi kangen Abang gak? Hehehe..” Bei mencoba mencairkan suasana. Suara diseberang telepon terdengar sedang tertawa lirih.

“Nggak. Ngapain Ebi kangen abang. Ebi Cuma takut abang mati disana dan Ebi yang nanti repot nyari jasad abang, Hehehe..” canda Ebi. Bei juga ikut tertawa lirih.

“Tenang aja. Abangmu ini gak gampang mati walau kena bom atom sekalipun.” Bei juga bercanda.

“Abang baik kan disana?” tanya Ebi. Sesaat Bei terdiam dan memijat matanya agar tidak menangis.

“Baik. Kalo gak baik gak mungkin abang bisa telpon kamu sekarang.” Bei mencoba tersenyum meski tidak dapat dilihat adiknya.

“Ebi baik kan dirumah?” tanya Bei balik.

“Semuanya baik. Ebi juga masih ngajarin les kayak biasa. Pokoknya abang gak usah kuatir, Ebi bisa cari uang buat kebutuhan sehari-hari. Uang dari Abang juga masih banyak Ebi simpan.” Bei yang mendengar ucapan adiknya hanya bisa tersenyum dan merasa adiknya kini sudah dewasa. Tapi Bei agak merasa aneh karena Dirinya belum pernah mengirim uang untuk adiknya sejak bekerja dirumah Varo. Lalu siap yang mengirim uang? Tidak mungkin dari perusahaan lamanya, juga tidak mungkin bosnya yang sekarang mengirim uang pada adiknya.

“Nanti abang kirimin uang buat Ebi.” Bei hanya mengatakan hal itu karena tidak ingin adiknya berpikir yang sama dengannya.

“Gak us—“ belum sempat Ebi menolak abangnya segera menyahut.

“Abang kerja buat lunasin hutang dan buat masa depan Ebi. Abang harap Ebi gak menolak apapun pemberian abang.” Ucap Bei dengan sedikit memohon. Keheningan menghampiri mereka sejenak sebelum suara Ebi memecah keheningan tersebut.

“Makasih.” Hanya kata itu yang akhirnya Ebi ucapkan. Mendengar itu membuat Bei tersenyum.

Kriet…

Milky masuk kedalam kamar dan melihat Bei yang sedang menelepon. Dengan isyarat, Milky menyuruh Bei untuk melanjutkan obrolannya.

“Ebi. Kamu jaga diri baik-baik dirumah. Kalau ada waktu abang nanti telpon Ebi duluan. Disini jarang ada sinyal.” Bei berkata.

“Ebi tau. Abang juga baik-baik disana. Dan jangan mati.” Ebi terkekeh pelan.

“Abang tau. Kalau gitu abang tutup telponnya.”

“Oke. Makasih, Abang.” Ebi bersuara centil.

“Sampai jumpa.”

Tut! Obrolan berakhir. Bei meletakkan ponsel dikasur dan menunduk. Saat ini air matanya yang sudah ditahan sejak tadi keluar tanpa suara membasahi wajah muda Bei. Milky yang berdiri dibelakang pintu kini menghampiri Bei dan duduk disampingnya. Milky mengelus punggung Bei untuk menenangkannya tanpa kata. Milky tau apa yang sedang dirasakan oleh Bei. Meski dirinya tidak punya keluarga yang harus dirindukan ketika hari libur seperti saat ini. Milky juga merindukan orang yang dulu mengasuhnya.

Setelah beberapa saat Bei mulai tenang dan menghapus air mata dan ingusnya. Milky kini hanya duduk diam disebelah Bei sambil memainkan ponselnya.

“Bang.” Panggil Bei pada orang disebelahnya.

“Hmm?” Milky hanya berdehem dan melihat pada Bei.

“Laper.” Adu Bei. Milky yang melihatnya terkekeh karena wajah dan ekspresi Bei.

“Pergi makan.”

“Temenin,” Bei merengek. Milky yang melihatnya ingin sekali menjungkirkan bumi karena ekspresi Bei (emoji membalikkan meja), Tapi Milky akhirnya luluh.

“Oke, Oke. Tapi cuci muka dulu. Ingusmu masih nempel.” Milky berkata sambil mendorong pelan pipi Bei yang semakin kurus dari pada saat awal dirinya bergabung menjadi Bodyguard.

“Hehehe..” Bei malah tertawa dan mengusapkan bekas ingus ditangannya kearah Milky.

“Anak Setan!!” Milky murka. Tapi Bei malah menjulurkan lidahnya dan segera berlari kekamar mandi dan mengunci pintunya. Sebenarnya Milky tidak marah. Tapi memang anak ini kadang harus diberi pelajaran agar punya sedikit rasa takut dengan seniornya.

“Untung kamu gemesin. Kalau nggak, udah aku pijak-pijak dari dulu.” Milky berbicara sendiri.

Sementara itu ditempat yang jauh. Ebi sedang membasuh wajahnya diwastafel sebuah toilet untuk menghilangkan bekas air matanya. Setelah dirasa cukup, Ebi mengeringkan wajahnya dan keluar dari toilet untuk kembali ke tempat duduknya dibioskop.

“Filmnya udah mau selesai.” Bisik orang disebelahnya.

“Maaf.” Ucap Ebi lirih. Orang disebelahnya mencondongkan tubuhnya kearah Ebi untuk melihat lebih dekat wajah Ebi.

“Kamu habis nangis.” Ucap orang itu. Ebi menyentuh wajahnya. Memikirkan abangnya membuat Ebi rindu lagi.

“Enggak, Kok.” Ebi segera sadar dan mendorong pelan orang bahu orang disebelahnya untuk duduk dengan benar. Orang itu tidak berkata lagi dan mereka berdua fokus kembali ke film yang hampir selesai. Orang disebelah Ebi perlahan menyentuh kulit jari tangan Ebi yang berada ditepi kursi dan menautkan kelingkingnya di kelingking Ebi. Ebi yang menyadarinya segera menegur orang tersebut.

“Volca.” Tegur Ebi dan yang empunya tangan segera menjauhkan miliknya.

“Sial!” batin Volca.

..

Karena hari libur ini Bei tidak bisa pulang untuk menemui adiknya, Bei memutuskan untuk mengajak Milky jalan-jalan ke tempat yang belum pernah didatanginya. Milky yang awalnya menolak karena malas kini harus terpaksa ikut karena Bei tidak menyerah menyeret tangannya sampai rasanya akan putus. Bei juga mengajak beberapa bodyguard lain yang mendapat hari libur untuk ikut jalan-jalan dengannya dan untungnya mereka mau karena Bei juga memaksanya. Ada sekitar 6 orang yang akan pergi dengan Bei. Mereka pergi menggunakan salah satu mobil yang biasa dipakai oleh para bodyguard.

“Mau pergi kemana?” tanya Bodyguard yang berada dibelakang kemudi. Bei berfikir sejenak tapi dirinya belum pernah tau tempat menyenangkan disekitar sini.

“Nggak tau, Bang.” Bei berkata dengan polosnya. Mereka semua yang didalam mobil hanya menghela napas.

“Sebelum kamu nyeret kita harusnya kamu tau mau kemana.” Kata salah satu bodyguard. Bei yang duduk disebelah kemudi hanya bisa tertawa meringis. Milky yang tadi diam dan agak mengantuk akhirnya angkat suara.

“Ke Pasar dekat alun-alun.” Kata Milky yang duduk dibelakang Bei. Para bodyguard kecuali Bei serempak memandang Milky, dan yang dipandang hanya mengerutkan kening.

“Udah, cepetan jalan. Nanti kalian juga tau alasannya.” Milky berkata. Pengemudi segera menjalankan mobil dan menuju tempat yang dimaksud.

Disepanjang perjalanan Bei tidak berhenti memandang keluar jendela dengan mata berbinar. Bukan tanpa sebab, tapi karena selama ini dia hanya bisa duduk tegak dan waspada saat didalam mobil untuk pekerjaannya. Bei belum pernah menikmati waktu untuk berpikir santai sampai saat ini. Bei membuka jendela kaca mobil dan menghirup udara sampai paru-parunya penuh. Rasa santai yang bisa dinikmatinya sejenak mengingatkan dirinya pada adik perempuan satu-satunya. Jika Bei mendapat libur panjang dirinya ingin mengajak Ebi untuk jalan-jalan dan menikmati waktu mereka dengan sia-sia.

Tidak berapa lama, mobil yang mereka kendarai sampai ditujuan. Sang sopir memarkirkan kendaraan ditepi jalan yang agak ramai karena sekarang adalah akhir pekan. Bei bergegas turun dari mobil dan melihat sekitar. Dan benar saja, pemandangan didepannya membuat matanya berbinar. Banyak sekali stand kuliner yang menghiasi tepi jalan dan membuat Bei hampir meneteskan air liurnya.

“Bang, Abang yakin kita jalan-jalan disini?” tanya salah satu bodyguard pada Milky. Milky menatap Bei yang sekarang mulai berjalan kearah stand.

“Liat tuh adekmu.” Milky menunjuk Bei dengan matanya. Bodyguard tersebut ikut menatap Bei yang berjalan dengan mata berbinar memandang stand-stand makanan.

“Paham kan?” tanya Milky. Bodyguard itu hanya mengangguk. Milky mulai mengikuti Bei melihat-lihat stand makanan maupun stand yang lain. Bodyguard yang lain juga mengikuti dan sesekali berhenti untuk melihat sesuatu yang mereka sukai.

Bei membeli jajanan yang diinginkannya dan tidak lupa meminta para abangnya untuk mencobanya. Bei terus berjalan dari stand satu ke stand yang lain untuk membeli sesuatu entah itu makanan atau barang. Sepertinya Bei akan membeli semua barang dari stand satu persatu. Milky yang tadinya berjalan mengikuti Bei kini hanya bisa duduk disalah satu tikar tempat penjual stand minuman. Dirinya lelah dengan energi Bei yang sepertinya belum habis. Para bodyguard lain menyusul Milky dan duduk bersamanya.

“Bang, Aku kira selama ini dia terlihat kekanakan. Ternyata dia memang masih anak-anak.” Ucap salah satu bodyguard.

“Liat Bei yang sekarang kayak anak-anak, rasanya beda banget pas dia kerja.” Ucap bodyguard yang lain. Diam-diam Milky setuju dengan perkataan tersebut.

“Awal-awal liat dia agak kasian. Tapi sifat jailnya kadang nyebelin. Dia juga gak pernah ngeluh tentang apapun.” Ucap Milky. Para bodyguard lain mengangguk setuju.

“Aku jadi inget pas Bei gak sengaja dengan ceroboh bocorin talang air bersih yang buat kamar mandi asrama airnya mati.”

“Bahahaha… aku juga inget para bodyguard yang lagi mandi langsung keluar marah-marah.” Bodyguard lain menyahut.

“Sialnya si Bei keluar dari ruang perbaikan pake muka polos basah kuyup sambil minta maaf. Anehnya cuma Ari yang marahin dia.” Para bodyguard tertawa mengingat kenangan itu. Yah, bisa diakui bahwa para bodyguard jarang ada yang memarahi Bei jika dirinya melakukan kesalahan. Yang sering memarahi Bei hanya Ari, Milky hanya sesekali mengeluh tapi tidak marah. Alasannya karena para bodyguard tidak ingin diteriaki Nona Widya karena membuat bodyguard kesayangannya tertekan.

Tidak lama, Bei menghampiri para bodyguard dengan tangan penuh kantong plastik yang berisi berbagai makanan. Milky yang melihatnya hanya memegang pelipisnya dan bodyguard yang lain mengalihkan pandangan tidak mau menatap Bei. Itu semua karena mereka sudah tidak sanggup memakan makanan yang dibeli Bei dan memaksa para abangnya untuk mencobanya. Sialnya, Bei Cuma meringis kegirangan.

“Bang, Ayok pergi.” Ajak Bei dengan senyuman bahagia diwajahnya, poni yang tadi rapi menutupi kedua alisnya sekarang terlihat berantakan karena keringat. Para bodyguard saling pandang dan didahului Milky yang mulai beranjak dari tempatnya setelah membayar minuman. Bodyguard lain ikut beranjak dan segera menuju mobil.

“Langsung pulang, Bang?” tanya pengemudi pada Milky setelah mereka semua duduk dikursi masing-masing. Milky berpikir sejenak sebelum memutuskan.

“Bei.” Panggil Milky. Bei yang sibuk mengunyah makanan menoleh.

“Karna kita udah ngikutin kamu jalan. Sekarang kamu harus ikut kita. Gimana?” tanya Milky.

“Kemana emangnya?” Bei penasaran dan tidak menolak.

“Nanti kamu juga tau. Kamu udah cukup umur juga untuk tau.” Milky tersenyum disudut bibirnya. Bei mengangguk dan kembali mengunyah.

“Ketempat itu.” Ucap Milky pada pengemudi. Bodyguard lain paham tempat apa yang dimaksud oleh Milky.

“Abang yakin? Bawa anak kecil gak baik loh, Bang.” Kata salah satu bodyguard.

“Aku udah 23.” Protes Bei. Milky hanya mengangguk dan sang sopir segera menjalankan mobil menuju tempat yang dianggap surga oleh para bodyguard.

..

.

Thankyou (⁠\=⁠^⁠・⁠ェ⁠・⁠^⁠\=⁠)

See You next chapter ᕦ⁠(⁠ò⁠_⁠ó⁠ˇ⁠)⁠ᕤ

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!