Vehicle, atau biasa disebut sebagai tunggangan adalah kumpulan objek hidup maupun mati dari berbagai jenis yang bisa di-summon menggunakan fitur dari woc untuk dinaiki. Sewaktu di woc, hal yang paling banyak dilakukan oleh para player adalah mengumpulkan berbagai macam Vehicle. Sama halnya juga Kerasius, salah satu karakter yang dimainkan oleh Putri juga memiliki banyak vehicle.
Kerasius sendiri memiliki 480 ekor vehicle berupa makhluk hidup dan 43 unit vehicle berupa objek mati atau mesin. Di antara banyaknya vehicle yang ia miliki, Tiamat adalah tunggangan yang paling sering digunakan oleh Putri setiap kali menggunakan karakter ini. Tiamat adalah sebuah Naga berkepala lima dengan warna kulit yang didominasi dengan warna merah, dengan besar tubuh lebih besar dari pesawat Airbus A380-800.
Sementara itu karakter Dronovampus hanya memiliki 8 ekor vehicle berupa makhluk hidup dan nol unit untuk objek mati. Dronovampus sebuah karakter yang khusus diciptakan untuk hanya semata-mata mem-PK banyak player, sejatinya tidak pernah digunakan untuk hal-hal seperti melakukan Quest ataupun sekedar mencari Vehicle. Dengan kata lain karakter dronovampus semata-mata hanya untuk membunuh para Player bahkan untuk meningkatkan levelnya.
Sedangkan untuk karakter Slatanis, ia memiliki sekitar 30 unit Vehicle objek mati, dan 21 ekor Vehicle makhluk hidup. Dan 90% vehicle nya adalah hasil pemberian player lain yang menggunakan jasa ERP-nya. Ketika menggunakan karakter ini, Putri suka sekali menggunakan sebuah kapal laut melayang bernama Flying Dutchman.
***********
Setelah melepaskan Sasha, siangnya Slatanis bersama dengan Roland pun pergi ke lapangan tempat berlatih para prajurit dan kesatria di pekarangan Istana Bellwyne. Dengan pakaian bangsawan wanita yang disediakan oleh para pelayan, ia duduk dengan anggunnya sambil menaruh kaki kanannya di atas kaki kirinya sambil bersandar di sebuah kursi yang sudah disediakan sambil menyaksikan para kesatria berlatih pedang.
‘Aku kesini karena ingin ikut latihan berpedang, namun aku menjadi ragu setelah kemarin mencoba mengikuti gerakan ayunan mereka namun dua asetku malah menghalangi,’ pikir Slatanis sambil menyaksikan mereka berlatih. ‘Oh iya aku ingat, sewaktu masih di game, setiap kali aku menggunakan Slatanis dan mencoba bergerak, dua aset besar ini malah menembus dengan anggota tubuh lain, hehehe.’
“Hmmm, aku mendengar dari beberapa kesatria bahwa kamu bisa membengkokkan pedang dengan mudahnya, apakah itu sebuah sihir?” Tanya Roland yang duduk di kursi di sebelahnya.
“Oh, iya, itu adalah sihir,” ucap Slatanis. “Di kampungku memang banyak yang memiliki sihir untuk memperkuat tubuh … yah, seperti ajaran turun temurun gitu deh.”
Setelah Slatanis mengatakan itu, dirinya dan Roland pun terdiam sambil terus menyaksikan pelatihan Kesatria.
‘Apakah dia sudah terbiasa denganku? padahal sebelumnya, dua hari yang lalu, ia masih sangat malu-malu,’ pikir Slatanis sambil menatap Roland yang sedang fokus menyaksikan kesatria berlatih.
‘Kuh— ayolah, jangan terus menatapku seperti itu,’ pikir Roland sambil terus menghilangkan pikiran nyelenehnya setiap kali melihat Slatanis. ‘Fuhh fuhh fuhh, untung saja aku sudah mengeluarkannya pagi ini, jadi tidak perlu …, kuh— masih saja, dia tampak begitu mempesona …,’ lanjutnya berpikir sambil sesekali melirik Slatanis.
‘Hmmmm, tampaknya dia masih belum terbiasa?’ Pikir Slatanis sambil terus menatap Roland yang semakin gugup dan tersipu. ‘Padahal belum tiga hari sejak aku makan, namun hanya dengan melihatnya, aku jadi terasa lapar … ah~ aku ingin melahapnya sampai kering.’
“A-ahem, Jika benar kampung mu dipenuhi oleh penyihir, lantas bagaimana bisa kalian sebebas ini tanpa adanya interferensi dari pihak kerajaan dan kuil? Apakah kampung mu seterpencil itu sampai-sampai kalian bisa dengan bebasnya menggunakan sihir tanpa sebuah instansi yang memayungi kalian?” Roland bertanya sambil mencoba mengalihkan topik dan perhatian Slatanis.
“Benar sekali, oleh karena itu orang-orang luar tidak ada yang mengetahuinya. Selain dari kampungku yang terisolasi, kampungku juga berada di dalam sebuah perlindungan sihir sehingga tidak ada yang bisa memasukinya atau bahkan menemukannya.” Ucap Slatanis menjelaskan omong kosong tersebut sambil wajahnya berpaling menatap ke arah kesatria yang sedang berlatih.
‘Fuhhh, apakah aku akan segera mendapatkan achievement sebagai pengarang setelah ini?’ Pikir Slatanis.
“Oh iya, aku sempat berbicara dengan Ayah ku tentang lahan yang ingin ia berikan. Dari pembicaraan itu, kami pun sepakat untuk memberikan kamu Istana yang tidak jauh dari Istana ini, agar lebih mudah untuk bertemu jika kamu membutuhkan sesuatu atau sebaliknya. Karena jujur saja, ayahku masih sangat was-was dengan keberadaan kutukan kematian yang bisa saja datang lagi kepadanya, jadi dia ingin sekali tetap tidak membiarkanmu terlalu jauh,” ucap Roland mengatakannya sambil matanya tetap menyaksikan para kesatria berlatih.
“Iya, tenang saja, kita kan sudah sepakat untuk menunggu si pengguna sihir itu lalu menangkapnya,” ucap Slatanis dengan suara yang menenangkan.
‘Hanya dengan berkata … dia mampu membuat bulu kuduk merinding,’ pikir Roland berusaha menjaga Posturnya.
Untuk sesaat Roland terlihat menatap kosong seakan sedang berpikir dalam. kemudian tiba-tiba ia berdiri sambil mengulurkan tangannya kepada Slatanis.
“Mau kemana?” Tanya Slatanis.
‘Baiklah kalau begitu, aku sudah tidak tahan lagi dan aku akan mencari tempat lain … tapi dimana agar dia tidak menjadi segan?’ Pikir Roland.
“Aku ingin menunjukkan Istana tersebut,” jawab Roland sambil masih mengulurkan tangannya.
‘Ya, mungkin aku bisa melakukannya disana,’ pikir Roland.
Slatanis pun menggapai tangan Roland, dan mereka berdua pun pergi ke suatu tempat.
***********
Mereka berdua pun menaiki kereta kuda dan melaju menuju dataran yang lebih tinggi lagi di belakang Istana Bellwyne. Kereta kuda mereka melewati jalan yang tampak sudah lama tidak dilewati dengan tumbuhan merambat yang sudah mulai mengisi jalan-jalan batu itu. Sepanjang perjalanan, Slatanis banyak termenung sambil melihat keluar jendela menatap hutan di sekelilingnya.
Kemudian sesampainya di suatu tempat, Slatanis pun turun dengan Roland membantu memegang tangannya dengan bijak dan berwibawa.
“Wow,” ucap Slatanis terpukau sesaat melihat sebuah bangunan besar yang ada di hadapannya.
Bangunan ini berwarna putih kusam dan terlihat sudah sangat tua serta tak terurus, tampak dari banyaknya tanaman merambat dan ilalang yang menutupi bangunan ini dari luar.
“Ini adalah Istana mendiang ibuku, Elizabeth Waldengrace,” ucap Roland sementara Slatanis masih terpukau melihat bangunan tersebut. “Ketika pernikahan orang tuaku, Raja saat itu yakni mendiang paduka Raemos, mendekritkan kepada ayahku untuk membuatkan sebuah Istana untuk ibuku sebagai tanda penghormatan lebih.”
“Ah … aku … maafkan aku, karena sebelumnya aku tidak pernah bertanya padamu soalnya. Aku jadi merasa sangat bersalah karena terkesan tidak peduli,” ucap Slatanis berwajah melas sambil menatap Roland.
“Tidak … tidak apa-apa, lagipula itu bukanlah hal yang perlu kamu khawatirkan,” ucap Roland tersenyum damai.
“Jadi, inikah Istana yang akan aku tempati?” tanya Slatanis.
“Apakah kamu suka?” Tanya Roland.
“Iya, aku suka sekali!” Ucap Slatanis sambil tersenyum kegirangan.
“Jadi ini adalah Istana yang sudah dijanjikan kepadamu,” ucap Roland memandang kosong ke arah Istana.
“Keren, tempat ini berada lebih tinggi daripada Istana utama, aku jadi bisa melihat pemandangan dengan lebih jelas,” ucap Slatanis.
‘Seperti villa puncak, namun hanya jauh lebih besar saja,’ pikir Slatanis sambil menatap Istana tersebut dengan penuh kegembiraan, meskipun hatinya biasa saja. ‘Well, setidaknya pemandangan di dunia ini jauh lebih asri daripada di duniaku sebelumnya.’
Mereka berdua pun memutuskan untuk mengeksplorasi Istana tersebut sambil merencanakan banyak hal, seperti memutuskan sudut mana yang akan ditaruhkan sebuah furniture nantinya.
‘Seandainya aku bisa menggunakan fitur pemanggilan vehicle, mungkin aku bisa menaruh koleksi kendaraan ku di pekarangan Istana ini,’ pikir Slatanis melihat sebuah gudang yang di dalamnya terdapat banyak kereta kuda yang sudah tua dan usang tak terurus. ‘Hahh, semoga saja ketika mereka kembali akhir pekan ini, mereka sudah mengetahui secara menyeluruh rahasia sihir di dunia ini.’
Di saat Slatanis sedang lengah, tiba-tiba Roland memeluknya dari belakang dan kemudian mulai memegang kedua asetnya.
"Oho, apakah ini salah satu alasan kamu memintaku untuk datang ke tempat ini?"
"Aku ... aku ingin melakukannya, tolong izinkan aku," ucap Roland tiba-tiba.
"Melakukannya? ohh, maksudmu meletakkannya di dalam?" Tanya Slatanis dengan santainya dan tanpa perlawanan sedikitpun.
"iya," ucap Roland yang mulut dan tangannya mulai berkelana kemana-mana.
'Hmmm, terakhir kali aku melakukannya sendiri, aku hampir tidak bisa berhenti selama dua jam, lalu sekarang dengan meletakkan yang asli ... apakah aku bisa berhenti? tidak tidak, apa yang aku pikirkan? Fuhhh, untuk sekarang, aku tidak ingin melakukannya dulu ... setidaknya sampai aku bisa mengontrol diriku,' pikir Slatanis sementara Roland terus bekerja sendiri di belakangnya.
"Aku ... aku sedang berdarah saat ini," ucap Slatanis berbohong dan mengelak. Karena Succubus tidak memiliki siklus menstruasi.
"Ah ...," dan Roland pun pasrah sambil perlahan melepas pelukannya dengan wajah memelas.
"Tapi ... aku bisa melakukannya seperti biasa," ucap Slatanis dan mulai berlutut di depan Roland.
'Fuhhh, jadi makan deh,' Pikirnya di sela-sela itu.
Dan dari sana, Slatanis pun melakukannya sambil mengisi rasa laparnya dan memuaskan nafsu Roland secara bersamaan.
**********
Seminggu kemudian sejak Slatanis tinggal di Istana Bellwyne, dan sejak saat itu ketiga Grand Cleric juga masih berada di Alundris setelah pertemuan kedua mereka.
“Kita telah kehilangan banyak penyihir beberapa hari belakangan ini,” ucap Hezekiah sambil menaruh perkamen yang berisi daftar nama penyihir yang hilang. “Terdapat dua belas cleric dari Kuil Agung Alundris yang hilang, dan terdapat 20 lainnya di bawah gelar Cleric.”
"Bahkan tim khusus yang sedang kita bentuk?" Tanya Drusilla.
"Benar ... bahkan mereka juga ikut hilang, bersama dengan salah satu pelacak yang sudah direkrut," Hezekiah mengkonfirmasi.
“Apakah ini salah satu dari gerakan mereka? Apakah mereka berhasil melepaskan segel yang sudah kita tanamkan ke para pagan itu?” Tanya Hosea sambil melihat lembaran yang ditaruh oleh Hezekiah.
“Sepertinya,” ucap Hezekiah. “Kita telah lengah karena sibuk dengan urusan wanita itu, dan malah meneledorkan misi kita sebagai abdi Tuhan sampai-sampai kita berpikir bahwa mereka, para pagan, tidak akan memiliki kesempatan untuk melawan balik.”
“ … Sihir adalah anugerah yang Aku berikan kepada kalian, maka gunakanlah dan jagalah diri kalian dari malapetakanya. Hamrelith bagian 2 buku nomor 4,” ucap Hosea tiba-tiba mengutip surat dari kitab Hamrelith.
“Ya, tugas kita adalah menjaga manusia dari malapetaka sihir, oleh karena itu kita mengontrolnya agar tidak ada lagi monster yang muncul,” ucap Hezekiah menyetujui kutipan itu.
“... Dan mereka yang memiliki anugerah-Ku itu wajib menggunakannya demi kemaslahatan bersama, karena ampunan-Ku adalah sebaik-baik ampunan jika kalian orang-orang yang peduli dan berpikir. Amrelith—” Hosea kembali mengutip namun terhenti.
“Hamrelith bagian 3 buku nomor 4. Sudah cukup yang kudus Hosea, kami mengerti,” potong Drusilla yang sedang meminum tehnya di kursi panjang.
“Baiklah,” ucap Hezekiah. “Dan sepertinya kita akan menghentikan pencarian ini, karena sudah tidak ada gunanya lagi. Pasukan templar yang saya kirim ke Zataren terlebih dulu juga saat ini sedang menuju jalan pulang, padahal mereka belun sempat melewati Flanderis, fuhhhh, jadi … kalian kembali lah ke kuil masing-masing. Saya harus mengurus para penyihir yang hilang ini secepatnya,” lanjutnya sambil menatap keluar jendela dengan kedua tangannya dilipat ke belakang.
“Apalagi anda yang kudus Hosea, bukankah Baginda memanggil anda ke Solem?” tanya Hezekiah.
“Benar, dan minggu ini seharusnya saya sudah mulai jalan,” ucap Hosea.
“Kalau begitu, hati-hati di jalan,” ucap Hezekiah berjumpa.
Mereka pun akhirnya membubarkan misi tersebut yang sudah mereka bangun selama hampir sebulan itu tanpa menemukan petunjuk sama sekali.
****************
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments