#19 - Interogasi Sang Penyihir Mata-mata

Dengan genggaman cakar iblis besar yang melayang di belakangnya, Slatanis menggenggam Sasha di udara. Sementara Sasha yang tubuhnya terus digenggam dengan erat, ia hanya bisa pasrah seraya matanya menatap Slatanis dengan penuh teror dan ketakutan.

"Aku tidak pernah menemuimu sebelumnya di dalam Istana, dan pelayan khusus yang melayaniku bukanlah kamu," ucap Slatanis sambil menggenggam lebih erat.

'Aku tidak pernah mengira bisa mengendalikan tangan ini layaknya tanganku sendiri— ah ngomong-ngomong, pelayan ini tampak tidak mencurigakan sama sekali. Namun Mana yang ia miliki, meskipun sedikit, jauh berada di atas penyihir yang aku bunuh di rubanah kuil waktu itu,' pikir Slatanis.

"Mohon maafkan aku … hiks hiks hiks," Sasha mulai menangis.

Dan Slatanis pun menggenggamnya lebih erat.

"Euurghhhh," eluh Sasha dengan darah mulai keluar dari hidung dan mulut. "Ba-baik … baik akan aku katakan," lanjutnya seketika dan berhenti menangis.

"[Wind cut]!" Ucap Slatanis dan angin yang setajam pedang pun memotong kedua kaki Sasha yang tergantung hingga putus.

"Uwaaghhhh! aaaaaargh! Ampun! Akan aku katakan! Tolong ampuni aku!" Teriak Sasha seraya darah terus mengucur di kaki nya yang putus.

"[Open wound]!" Ucap Slatanis sekali lagi dan luka yang ada ditubuh Sasha pun semakin melebar

"Aarghhhh!" Eluh Sasha kesakitan.

'Ini sangat nikmat, entah kenapa,' pikir Slatanis disela-sela itu.

"Aku … aku dikirim, aku dikirim oleh Marquis Brandon," ucap Sasha yang sudah mulai lemas.

"[Potent Heal]!" Ucap Slatanis dan seluruh luka serta energi yang mulai hilang dari raga Sasha pun kembali normal bersamaan dengan cahaya emas yang memudar setelahnya.

Sasha yang kembali normal pun hanya bisa terdiam menyaksikan betapa kuatnya orang yang ia coba mata-matai itu. Ia bisa merasakan seluruh luka dan staminanya kembali normal seakan tidak terjadi apa-apa.

"Kenapa diam saja?" Tanya Slatanis kembali.

"Ba-baik nona, saya sebenarnya dikirim pertama kali untuk memata-matai duke Willem, kemudian diri anda," ucapnya sambil menunduk.

Slatanis hanya melihat Sasha seakan menunggu semua jawaban yang masih ditahan olehnya.

"Aku bisa menyiksamu selamanya, apakah kamu tahu—-"

"Tahu nona, saya tahu itu, mohon maafkan saya," ucap Sasha tambah ketakutan.

Dan Sasha pun mulai menceritakan segalanya.

*********

Sejak Willem mewarisi pangkat duke dari mendiang ayahnya, Brandon sejak awal adalah tangan kanannya yang selalu berada di bawah bayang-bayangnya. Brandon sebagai sepupu sekaligus dari keluarga cabang tentu sangat merasa terhormat dan terhubung karena telah diangkat menjadi tangan kanannya.

Sampai suatu ketika, Brandon pun melihat bahwa seluruh jerih payah nya, seluruh hasil kerjanya, dan seluruh buah pikirnya selalu saja Willem yang mendapatkan pujian dan nama. Duke Willem menjadi begitu termasyur karena namanya. Karena hal tersebut, tentu Brandon sangat begitu kesal dan iri dengan seluruh nama dan pujian yang sepupunya itu dapatkan, sementara dirinya lah yang bekerja di balik bayang-bayangnya.

Namun meskipun begitu, ia tetap menerima semuanya demi keberhasilan keluarga besar mereka, Bellwyne dan Ringwyne.

Beberapa waktu kemudian, seraya Brandon terus menjadi tangan kanan Willem, ia pun akhirnya mewarisi gelarnya sebagai Marquis Ringwyne. walaupun begitu, ia pun terus menjadi tangan kanannya meskipun dirinya sudah menjadi seorang Marquis.

Brandon sang Marquis pun dengan sepenuh hati melayani sepupunya itu, tanpa berpikir untuk mengkhianatinya sedikitpun. Sampailah suatu ketika, seorang yang sudah lama ia kenal dan dekat, seorang putri raja yang ia pernah berjanji sebelumnya akan menikah, Elizabeth Waldengrace sang putri raja Raemos ke-3 tiba-tiba menikahi sepupunya, Willem.

Murka, sedih dan frustasi benar-benar mengisi hatinya saat itu. Rasa cinta dan janji yang pernah mereka berdua ucapkan, kini telah kandas.

"Kau … kau telah mengambil semuanya dariku," ucap Brandon di rumahnya waktu itu dengan dirinya yang sudah mabuk berat.

Ia pun akhirnya melepas jabatannya sebagai tangan kanan duke, dan memilih pulang dan menjadi seorang Marquis sejati yang memerintah wilayahnya.

Setelah itu, waktu pun berlalu sementara Brandon masih terjebak dalam masa lalunya. Bahkan sampai ia menikah dengan Maribella, yang ada pikirannya tetaplah Elizabeth. Ketika mereka mengucapkan ikrar pun, dirinya hampir salah sebut nama.

Dirinya benar-benar telah hancur.

Waktu pun kembali berlalu, sampai berita tentang kehamilan Elizabeth pun sampai di telinganya. Dengan dirinya yang masih terjebak pada masa lalu, ia pun hanya bisa menggigit erat gerahamnya.

9 bulan berlalu sejak ia mendengar kabar itu, dan Roland pun lahir ke dunia.

Ia pun mendapatkan kabar tentang kelahiran Roland. Namun bersamaan dengan itu, kabar tentang kematian Elizabeth pun juga sampai kepadanya.

Dengan kuda tercepat yang ia miliki, ia pun meninggalkan istrinya dan lari begitu saja menuju Bellhive tanpa menoleh sedikitpun.

Satu hari perjalanan dari Ringwald, ia tempuh hanya dengan setengah hari.

Sesampainya disana, pemakaman pun sudah diselenggarakan di Istana bellwyne. Dengan tubuh yang sudah lelah, dengan keringat yang sudah membasahi seluruh pakaiannya, ia pun berdiri di kejauhan sambil bertumpu pada sebuah pohon.

Ia hanya bisa melihat dari kejauhan, sambil air matanya terus mengalir. Kenyataan benar-benar menyambarnya saat itu, seakan membuat air matanya sia-sia. Elizabeth bukanlah miliknya, namun ia menangis begitu deras melihat peti mati itu mulai diturunkan.

Ia terus menangis meratapi kepergian Elizabeth dari kejauhan, sampai akhirnya, di satu titik ia berhenti menangis sesaat melihat Willem yang tidak menangis sama sekali.

"Kau telah mengambil semuanya, namun kini … kini kau malah membuangnya begitu saja," ucap Brandon dengan tatapan penuh amarah dan dengki.

Sejak saat itu, ia pun mulai berusaha mencari cara agar Willem tidak bisa mendapatkan apapun yang ia mau lagi. Sampai akhirnya ia pun benar-benar memilih cara paling ekstrim, yakni dengan menggunakan Penyihir untuk mengutuk Willem.

*********

"Meh, Sinetron yang sangat membosankan," ucap Slatanis menatap remeh Sasha. "Ibuku pasti suka dengan cerita yang seperti ini."

"Sinetron?" Tanya Sasha menatap bingung.

"Jadi, dari sana ia mulai merencanakan segala hal demi menjatuhkan duke Willem, Lalu mengutuknya dengan kutukan kematian?" Tanya Slatanis sambil mulai menyimpan kedua senjatanya ke dalam Inventory.

"Benar," ucap Sasha mengangguk pasrah.

"Oke," ucap Slatanis mengangguk. "Lalu, kenapa kamu bisa menjadi pelayannya? Karena tidak mungkin seorang bangsawan memiliki seorang penyihir di Houlus, karena semuanya telah dimonopoli oleh kerajaan dan kuil."

Sasha pun membuang pandangannya ke samping seakan enggan untuk berbicara.

'Hmmm, apakah dia seorang pelarian dari kejaran keduanya? Aku sungguh beruntung karena pihak kerajaan tidak tahu akan kekuatanku, dan dari pihak kuil juga sudah kehilangan atas jejak-ku. Namun orang ini, dia harus lari seumur hidupnya dan menyamar menjadi seorang pelayan di rumah bangsawan karena tidak memiliki bekingan sama sekali,' pikir Slatanis mulai memunculkan rasa empati terhadapnya.

"Aku … aku sebenarnya adalah seorang pagan … atau begitulah pihak kuil menyebut kami … para penyihir luar kuil dan para non-Elahirim," ucap Sasha mulai mengangkat suaranya seraya ia masih memalingkan wajahnya.

"Apakah … apakah anda seseorang dari pihak kuil? Akankah anda membawaku?" Tanya Sasha kembali.

'Wow, fakta yang sama sekali tidak aku duga sepertinya baru saja diungkapkan oleh dirinya,' pikir Slatanis. 'Jika sebutan pagan untuk penyihir bebas yang berada di luar kuil, maka aku juga salah satunya.'

"Bukan … sebenarnya, aku juga seorang pagan," ucap Slatanis.

"Wah~," Sasha terpukau dengan matanya yang mulai bersinar menatap Slatanis seakan penuh harap. "Dengan kekuatan sebesar itu, dengan sihir yang belum pernah saya lihat sebelumnya, jika anda adalah seorang pagan juga, maka kita bisa membebaskan para penyihir yang sudah mereka tangkap bersama! Tapi … tapi kenapa anda berada disini? Kenapa anda tidak … kenapa anda tidak membantu kami?" Lanjutnya tiba-tiba mengeluarkan air mata.

Berbeda dengan air mata buaya yang sebelumnya, kini ia benar-benar terlihat apa adanya seakan sedang mengingat masa lalunya yang kelam.

Slatanis yang menyaksikan itu pun hanya bisa terdiam.

'Pagan? Apakah mereka yang memanggilku juga merupakan para Pagan? Dan apakah tujuan mereka memanggilku adalah demi untuk menyelamatkan saudara-saudara mereka dari incaran kuil?' Pikir Slatanis sambil mengingat-ingat kembali saat ia terpanggil dan ketika ia sedang diinterogasi di rubanah kuil agung.

"Apakah kamu tahu tentang sihir pemanggilan yang menggunakan banyak pengorbanan?" Tanya Slatanis.

Untuk sesaat Sasha terkejut seakan merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Hahhh~ bahkan anda tahu tentang sihir pemanggilan," ucap Sasha. "Ya, saya tahu. Dan ironisnya, kelompok khusus yang dibentuk oleh gerakan kami juga sempat merencanakan untuk memanggil entitas supreme, namun mereka tidak pernah kembali."

'Jadi mereka … hah~,' pikir Slatanis dan mulai menghela nafas.

Slatanis pun melepaskan seluruh sihirnya, termasuk [mirror dimension] dan [dimensional lock] yang memisahkan ruang mereka. Dengan begitu, semua yang telah rusak pun kembali seperti semula seakan tidak pernah terjadi apa-apa, karena memang pada dasarnya semua terjadi pada dimensi cermin.

Sasha pun terpukau melihat semua kembali seperti semula sesaat genggaman cakar besar telah menghilang dan melepaskan tubuhnya begitu saja.

"Kamu pergilah, dan lupakan tentang semua yang terjadi disini. Dan … usahakan untuk tidak mengatakan apapun tentangku kepada tuanmu, dan aku percaya kamu tidak akan mengatakan apapun tentang kekuatanku kepada siapapun, karena kita sama. Sementara untuk urusan duke willem dan marquis brandon, itu adalah urusan mereka, aku merasa tidak memiliki obligasi untuk ikut campur. Jadi, Pergilah!" Ucap Slatanis sambil berpaling.

"Ba-baik," ucap Sasha menunduk kemudian berdiri dengan tubuhnya yang sudah menjadi semula, bahkan pakaiannya yang robek-robek juga kembali seperti semula. "Sebenarnya ... saya bisa saja tidak mengatakan apapun kepada marquis Brandon jika anda mau, tapi kenapa anda membiarkan saya untuk tetap mengatakannya?"

"Kamu punya tanggung jawab untuk tetap melaporkannya, jadi daripada itu akan memberatkan kamu, lebih baik katakan saja namun tidak semuanya. Katakan bahwa aku sama sepertimu," ucap Slatanis menyarankan.

"Te-terimakasih Nona, anda sungguh baik hati," ucap Sasha sambil menunduk dengan rasa syukurnya.

"Pergilah," ucap Slatanis memalingkan pandangannya. Dan Sasha pun keluar kamar.

"Ini sungguh memusingkan," Ucap Slatanis sembari menghela nafas. "Penyihir Sosialis, Kuil ekstrimis, kerajaan Otoriter, hahh~ dunia ini sungguh membuatku pusing."

*******

Bersambung …..

Episodes
1 #1 - Transmigrasi
2 #2 - Putri Menjadi Slatanis
3 #3 - Keputusan dari Kesatria Ordo Templar
4 #4 - Menuju Kota Dagang Alundris
5 #5 - Balada sang Pemilik Kandang Kuda
6 #6 - Gelap
7 #7 - Rubanah Kuil Agung
8 #8 - Rencana Tiga Grand Cleric
9 #9 - Menjadi 100% Slatanis
10 #10 - Slatanis Menjalin Koneksi
11 #11 - Slatanis dan Lilith
12 #12 - Slatanis dan Raphaela dan Lilith
13 #13 - Pengalaman Pertama Roland Bellwyne
14 #14 - Kesepakatan Baru dengan Bellwyne
15 #15 - Perpustakaan Bellwyne
16 #16 - Perbedaan Kejadian Di Antara Dua Rumah
17 #17 - Semua Orang Memiliki Rencana
18 #18 - Hari Membosankan Yang Berubah Menjadi ....
19 #19 - Interogasi Sang Penyihir Mata-mata
20 #20 - Waktu Senggang
21 #21 - Sebelum Perhelatan
22 #22 - Informasi dari Bawahan
23 #23 - Latihan Dansa dan Menyambut Keluarga Kerajaan
24 #24 - Slatanis dan Rodrik
25 #25 - Roland Blunder
26 #26 - Acara Syukuran I
27 #27 - Acara Syukuran II
28 #28 - Acara Syukuran III
29 #29 - Acara Syukuran IV
30 #30 - Acara Syukuran V
31 #31 - Acara Syukuran VI
32 #32 - It Should've Been His First
33 #33 - Awal dari Sebuah Masalah
34 #34 - Monster di Neverhive
35 #35 - Bertemu dengan Samuel dan Amy
36 #36 - Patroli dan Rasa Lapar
37 #37 - Dicken Dorton
38 #38 - Die A Hero
39 #39 - Pasca Pembersihan Monster
40 #40 - Crying Lady
41 #41 - Ladies Time
42 #42 - Hutan Gloria I
43 #42 - Hutan Gloria II
44 #43 - Dua Mata Koin
45 #44 - Bottleneck Operation : Initiated
46 #45 - Bellwyne vs Waldengrace
47 #46 - Bellwyne vs Waldengrace II
48 Pengumuman cuti sebentar
Episodes

Updated 48 Episodes

1
#1 - Transmigrasi
2
#2 - Putri Menjadi Slatanis
3
#3 - Keputusan dari Kesatria Ordo Templar
4
#4 - Menuju Kota Dagang Alundris
5
#5 - Balada sang Pemilik Kandang Kuda
6
#6 - Gelap
7
#7 - Rubanah Kuil Agung
8
#8 - Rencana Tiga Grand Cleric
9
#9 - Menjadi 100% Slatanis
10
#10 - Slatanis Menjalin Koneksi
11
#11 - Slatanis dan Lilith
12
#12 - Slatanis dan Raphaela dan Lilith
13
#13 - Pengalaman Pertama Roland Bellwyne
14
#14 - Kesepakatan Baru dengan Bellwyne
15
#15 - Perpustakaan Bellwyne
16
#16 - Perbedaan Kejadian Di Antara Dua Rumah
17
#17 - Semua Orang Memiliki Rencana
18
#18 - Hari Membosankan Yang Berubah Menjadi ....
19
#19 - Interogasi Sang Penyihir Mata-mata
20
#20 - Waktu Senggang
21
#21 - Sebelum Perhelatan
22
#22 - Informasi dari Bawahan
23
#23 - Latihan Dansa dan Menyambut Keluarga Kerajaan
24
#24 - Slatanis dan Rodrik
25
#25 - Roland Blunder
26
#26 - Acara Syukuran I
27
#27 - Acara Syukuran II
28
#28 - Acara Syukuran III
29
#29 - Acara Syukuran IV
30
#30 - Acara Syukuran V
31
#31 - Acara Syukuran VI
32
#32 - It Should've Been His First
33
#33 - Awal dari Sebuah Masalah
34
#34 - Monster di Neverhive
35
#35 - Bertemu dengan Samuel dan Amy
36
#36 - Patroli dan Rasa Lapar
37
#37 - Dicken Dorton
38
#38 - Die A Hero
39
#39 - Pasca Pembersihan Monster
40
#40 - Crying Lady
41
#41 - Ladies Time
42
#42 - Hutan Gloria I
43
#42 - Hutan Gloria II
44
#43 - Dua Mata Koin
45
#44 - Bottleneck Operation : Initiated
46
#45 - Bellwyne vs Waldengrace
47
#46 - Bellwyne vs Waldengrace II
48
Pengumuman cuti sebentar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!