Slatanis saat ini ikut berjalan bersama dengan sekelompok karavan yang dikawal oleh tentara bayaran bernama elang merah. Terlihat jelas dari mantel mereka yang melambangankan seekor elang berwarna merah yang sedang melebarkan sayap, dan bertengger di atas sebilah pedang.
“Siapa nama anda nona? Jika boleh tahu itu pun,” tanya sang kusir, seorang catfolk sekaligus manajer dari sebuah serikat dagang.
“Oh, nama saya adalah Slatanis,” ucap Slatanis sambil tersenyum. “Dan anda?” Lanjutnya kembali bertanya.
‘Sepertinya aku tidak perlu bermain peran layaknya succubus deh, karena aku merasa caraku bersikap saat ini setidaknya mirip denganku jika saja saat itu aku tidak canggung secara sosial,’ pikir Slatanis.
Slatanis tampak bisa berkomunikasi dengan lancar entah bagaimana, tidak seperti dirinya dulu yang selalu gugup, canggung dan kikuk setiap kali bersosialisasi di dunia nyata. Mungkin hal ini dikarenakan oleh penampilannya sekarang, atau oleh mentalnya yang beradaptasi.
“Rafos, saya adalah seorang manajer serikat dagang raflesia, saya pun,” ucap sang catfolk dengan ramah dan dengan cara bicaranya yang aneh sambil tersenyum. “Apakah anda seorang semi-minotaur? Hmmm, jarang sekali ras kalian berkeliaran di bagian tengah benua itu pun.”
‘Hah? Semi-minotaur? Half-minotaur kah? Ini adalah ras yang tidak ada di dalam woc,’ pikir Slatanis seketika. ‘Kalau begitu, aku akan menggunakan itu sebagai identitasku.’
“Hmm ya, itu karena aku memang suka berpetualang, hehehe,” kekeh Slatanis dengan tawa canggung.
'Berpetualang dengan dada terbuka seperti ini apakah normal di dunia ini?' pikir Slatanis menunduk menatap belahan dadanya yang terbuka.
“Ahhh~ jadi anda adalah seorang petualang, anda pun,” ucap Rafos merasa terpukau.
“Hei, apakah kamu tahu bahwa para paladin sedang memburu daemon di gunung saendorin?” tanya seorang pria manusia ke teman lizardmannya. Sementara Slatanis berjalan di belakang mereka, dan di samping gerobak karavan milik Rafos.
“Hm, aku sungguh kasihan dengan mereka, para daemon yang selalu diburu oleh para kuil suci, apakah sikap mereka memang dibenarkan—” ucap sang lizardman tertahan.
“Ssstt, singkirkan pikiran negatif mu terhadap mereka!” ucap sang manusia berbisik ke lizardman.
“Hah! Aku dengar para daemon jelek-jelek, mereka bahkan bersisik sepertimu Dorgon! Hahahah,” ejek sang dwarf yang berjalan di belakang mereka.
“huhh huh huh, Aku juga sempat mendengar bahwa mereka jelek sekali, bahkan suku liar ku dari pedalaman sama sekali tidak tertarik dengan mereka. Padahalkan ras ku suka sekali dengan kawin silang,” ucap sang orc.
“Itu sih memang ras mu saja yang mesum!” ucap sang manusia.
“Hahahaha!” Sang orc pun tertawa lepas.
‘Hah? Gimana gimana? Jadi di dunia ini ada daemon juga, dan lebih daripada itu, mereka juga diburu oleh kelompok keagamaan? Fuuhh untung saja mereka salah mengira jika aku adalah seorang semi-minotaur, atau setidaknya si kucing ini,’ pikir Slatanis sambil agak melirik ke arah Rafos.
Kemudian Slatanis pun berjalan bersebelahan dengan sang manusia dan lizardman.
“Hei, kita tadi belum sempat berkenalan bukan?” tanya Slatanis.
“Oh ya, namaku adalah Dorgon, kalau kamu?” Jawab sang lizardman, Dorgon.
“Oh aku Slatanis, seorang semi-minotaur,” balas Slatanis sambil tersenyum.
Tiba-tiba Dorgon memalingkan wajahnya saat melihat senyuman Slatanis.
“Y-ya, salam kenal,” ucap Dorgon gugup.
“Hah?! Apakah ini pertama kalinya kamu bertemu dengan wanita? Ahahah,” ejek sang manusia, kemudian berjalan menyelak Dorgon di sebelahnya agar dekat dengan Slatanis. “Oh halo nona, perkenalkan, saya adalah Ivan,” lanjutnya memperkenalkan diri dengan menunduk ala bangsawan sambil berdiri di depan Slatanis. Ia juga mengulurkan tangannya kedepan dan menengadah.
“Oh, salam kenal, namaku adalah Slatanis,” ucap Slatanis tersenyum sambil menaruh tangannya di atas tangan Ivan.
Ivan pun mencium tangan Slatanis, kemudian terdiam. Mereka berdua pun terhenti, sementara karavan sudah mulai mendahului mereka.
'Seingat ku, aku tidak membuat karakter Slatanis terlihat tua deh--- eh, kenapa tiba-tiba dia berhenti?' pikir Slatanis sesaat Ivan mencium tangannya lalu terdiam di posisi tersebut.
“Ivan? Ada apa?” tanya Slatanis dengan tatapan bingung.
Ivan terlihat berkeringat, lalu dengan tangannya yang agak gemetar, ia pun melepaskan genggamannya.
“Ti-ti-tidak apa-apa,” ucap Ivan yang kemudian langsung berbalik, dan kemudian berjalan menjauhi Slatanis.
Dari kejauhan, Dorgon terlihat meledek kembali Ivan yang berlari menghampirinya sambil memegang bagian bawahnya.
“Hmm, nona, kau sungguh harum sekali,” ucap sang orc yang sedari tadi ikut berhenti di belakangnya. “Ayo kita kawin,” lanjutnya tiba-tiba dengan tatapan mesum.
Slatanis pun menoleh dan mendapati sang orc sudah menurunkan celananya, dan terlihat belalai berwarna hijau sudah menggantung disana.
“Kyaaaaaaaaaah!” Slatanis berteriak sekencang-kencangnya.
Para anggota pengawal bayaran pun langsung berlari ke belakang untuk memisahkan sang orc dengan Slatanis.
“Hei hei Gnark, sadarlah!” ucap sang dwarf dan beberapa anggota pengawal lainnya sambil berusaha memeganginya.
“Huhh huhh aku ingin mengawininya segera, dia sangat seksi dan harum,” ucap sang orc, Gnark dengan penuh nafsu di matanya.
Slatanis pun langsung menjauh dan berdiri di dekat gerobak karavan Rafos.
“Masuklah ke dalam gerobak, anda pun! Saya khawatir dia akan semakin menggila semakin dia melihat anda, itu pun,” ucap Rafos menyarankan Slatanis yang terlihat seperti ketakutan.
“Te-terimakasih, Rafos,” ucap Slatanis dan mulai naik ke dalam gerobaknya yang di dalamnya berisi dengan kain-kain.
‘Fuhhh, belum apa-apa sudah mau dilecehkan saja,' lanjutnya berpikir sambil mulai duduk dan bersandar di dalam gerobak karavan.
Setelah para pengawal menenangkan Gnark, karavan pun kembali berjalan sebagaimana mestinya.
“Hei Ivan, ada apa denganmu? Sedari tadi hanya terdiam dengan tatapan kosong,” tanya Dorgon.
“Ti-ti-tidak apa-apa,” ucap Ivan mengelak dengan tatapan kosongnya, sementara celananya terlihat basah.
“Apakah kamu mengompol?” tanya Dorgon, namun Ivan tidak menjawabnya.
Karavan pun terus melaju tanpa adanya jawaban dari Ivan yang terus melamun.
**********
Selama di perjalanan, Rafos pun memberitahu Slatanis tentang banyak hal, seperti eksis nya serikat-serikat di dalam kota-kota besar, khususnya kota dagang. Untuk serikat dagang sendiri terdapat puluhan di kerajaan ini, yakni kerajaan houlus. Sedangkan ada juga serikat lainnya, yaitu antara lain : serikat artisan, serikat petani, serikat tentara atau pengawal bayaran dan serikat alkimia.
Dari banyaknya serikat-serikat, Rafos juga mengatakan bahwa di dalam serikat-serikat itu juga terdapat serikat-serikat lain yang bergerak di bawahnya. Seperti contohnya serikat artisan yang dimana di dalam serikat itu terdapat pula serikat pandai besi, pematung, pelukis, penjahit dan lain-lain.
Setelah penjelasan tentang serikat, Slatanis juga sempat bertanya tentang keberadaan serikat petualang. Namun Rafos justru malah tertawa mendengar pertanyaan Slatanis. Selain tertawa juga Rafos mengomentari pertanyaan Slatanis.
Ia menjelaskan bahwa, tujuan orang-orang berpetualang adalah untuk mencari kebebasan dan pengalaman baru, oleh karena itu jika mereka masuk ke dalam atau membuat serikat untuk petualang yang dimana mau tidak mau itu akan penuh dengan peraturan, maka mereka bukanlah petualang lagi namanya.
Setelah menjelaskan logika sederhana seperti itu, Rafos pun kembali menjelaskan hal lain. Yakni tentang negara-negara. Pada awalnya Rafos merasa aneh dengan Slatanis yang menanyakan nama-nama negara, namun ia menghiraukan hal itu karena ia pikir Slatanis datang dari pedalaman utara yang membuatnya tidak tahu apa-apa.
Rafos pun memberitahu Slatanis tentang negara-negara itu. Untuk saat ini, ia mengatakan bahwa Slatanis sedang berada di kerajaan houlus. Sedangkan di utara ada flanderis, di barat ada hutan yang besar yang dihuni oleh para elf yang disebut sebagai hutan agung hinan. Di sebelah selatan ada kerajaan eclea raya dan di timur adalah laut lerian. Adapun benua ini disebut sebagai benua sentral. Sementara terdapat dua benua lagi, yakni benua timur dan barat. Dan keduanya adalah benua yang baru terjamah dan tercatat oleh penduduk benua sentral. Rafos percaya bahwa ada benua-benua lain di samudera sana yang belum terjamah oleh makhluk beradab.
Setelah memberitahu tentang negara-negara secara singkat, Rafos akhirnya memberikan peta benua sentral yang dimana disana memiliki gambaran yang lebih lengkap kepada Slatanis.
Di tengah perbincangan, Rafos memberitahu Slatanis tentang keuangan. Ia mengatakan sambil agak meledek Slatanis yang tampak tidak tahu apa-apa tentang nilai-nilai uang. Yang pertama adalah koin tembaga yang disebut sebagai shill. Koin ini memiliki nilai setara satu roti besar (sebesar baguette) per 10 sampai 12 koin tergantung kualitas rotinya. Uang kedua adalah koin perak yang disebut sebagai kren, koin ini memiliki nilai setara dua sampai tiga ekor ayam tergantung ukurannya, atau jika dikonversikan ke dalam shill, maka satu kren setara 120 shill.
Adapun koin emas yang disebut sebagai krun. Koin ini memiliki nilai setara satu ekor domba besar per koinnya, dan jika dikonversikan ke dalam kren maka satu krun setara 10 kren.
Setelah menjelaskan tentang keuangan kepada Slatanis, Rafos pun memberikan dua kren kepada Slatanis karena merasa kasihan melihatnya. Di mata Rafos, Slatanis terlihat sangat malang apalagi sebagai wanita yang berkelana sendirian tanpa membawa apapun bersamanya. Namun secara bersamaan, Rafos merasa kagum karena melihat Slatanis yang tetap bersih dan sehat meskipun sudah menempuh jarak yang sangat jauh. Tak hanya itu, bahkan di mata para anggota rombongan karavan termasuk Rafos juga merasa sangat kagum akan kecantikan Slatanis. Ia bahkan sempat menawarkan Slatanis untuk menikahi putranya yang baru berumur 12 tahun.
Ditengah perbincangan yang panjang dan penuh dengan informasi, akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang kota alundris.
Sesampainya di depan gerbang kota alundris, para prajurit garnisun pun menghampiri kelompok karavan Rafos. Mereka pun menanyakan banyak hal, seperti dokumen-dokumen dan tanda pengenal. Lalu ketika salah satu penjaga hendak menanyakan tanda pengenal Slatanis, Rafos pun berkata akan menjaminnya kepada prajurit tersebut.
Dengan begitu, karavan pun berhasil memasuki kota alundris.
Sesaat kelompok karavan masuk ke dalam kota, terlihatlah keramain serta hiruk pikuk kota. Para pedagang, penyair, petualang, prajurit dan orang-orang dengan berpakaian mewah pun ikut berkerumun di jalanan utama kota. Ras-ras yang ada di dalam kota ini pun sangat beragam. Namun ada satu hal yang terlihat sangat kontras, yakni para kesatria berzirah emas yang ikut berjalan di antara mereka.
Slatanis pun bergeser dari tempat duduk mendekati sang kusir, Rafos, kemudian bertanya. “Siapa mereka? Para kesatria berzirah emas itu.”
“Ah, anda tidak tahu? Hmmm, mereka adalah kesatria ordo paladin, mereka pun,” ucap Rafos menoleh ke belakang.
“Biar kutebak. Apakah mereka para kesatria di bawah pimpinan kuil suci yang sempat dibicarakan oleh Dorgon?” tanya Slatanis sambil menongolkan kepalanya ke depan, ke samping Rafos.
“Iya dan seharusnya mereka tidak berkeliaran di kota-kota seperti ini. Mereka seharusnya lebih sering berada di dalam kuil, atau di alam liar berburu monster dan daemon, itu pun.” ucap Rafos menjelaskan.
“Dengan kata lain, alasan mereka berada disini masihlah berkaitan dengan daemon?” tanya Slatanis.
“Bisa jadi. Karena memang dalam beberapa kesempatan, daemon suka menyamar di antara para penduduk kota, itu pun,” ucap Rafos menekankan.
‘Bahaya … ini sungguh bahaya. Ditambah mereka adalah paladin, yang dimana sihir dan kemampuan suci mereka sangatlah berbahaya terhadap spesies supernatural jahat. Aku harus lebih berhati-hati kalau begitu,’ pikir Slatanis kemudian kembali duduk terdiam dan melamun.
Beberapa saat kemudian, setelah melewati jalan utama kota yang dipenuhi oleh hiruk pikuk penduduk kota, karavan pun berhenti di depan sebuah bangunan yang di depannya terdapat plakat yang berlambangkan perisai dan koin emas.
“Sudah sampai, anda pun,” ucap Rafos menoleh ke arah Slatanis.
“Oh ya, maaf, aku akan turun disini,” ucap Slatanis. “Terimakasih Rafos karena sudah memberikanku tumpangan,” lanjutnya sebelum akhirnya ia mulai beranjak dari bangku panjangnya.
“Iya dengan senang hati, saya pun,” ucap Rafos tersenyum. “Oh iya, jika anda membutuhkan sesuatu, datanglah—”
“Tidak, aku tidak akan menikahi putramu, wahai Rafos,” ucap Slatanis sambil terus turun dari gerobak karavan.
“Hahaha, kalau begitu, berhati-hatilah anda pun,” ucap Rafos melambaikan tangannya.
Slatanis membalas dengan tersenyum dan melambaikan tangan.
‘Aku harus segera turun dan menjauh dari orang-orang jika tidak mau ras asli ku terbongkar,’ pikir Slatanis sesaat ia mulai beranjak.
Slatanis pun mulai berjalan untuk menelusuri kota, sementara hari sudah sore dan langit pun sudah berwarna jingga. Matahari yang terlihat indah pun seakan mengintip di antara gang-gang di kota fantasi tersebut.
“Indahnya,” ucap Slatanis berhenti sejenak dan tersenyum untuk menikmati pancaran matahari senja dari sela-sela jalanan kota yang dihimpit oleh bangunan-bangunan abad pertengahan.
**************
Bersambung ….
Spesies di dalam WoC (n.) terdapat lima spesies, yakni Humanoid, Humanoid Monster, Beastfolk, Shapeshifter, dan Supernatural. Di dalam spesies-spesies tersebut terdapat pula ras-ras yang beberapa dari mereka masing-masing memiliki evolusi ras.
Humanoid :
Human, Half-Elf, Elf, Wood Elf, Dwarf, Mountain Dwarf, Giant, Fairy dan Dragonoid.
Humanoid Monster :
Goblin, Orc, Ogre, Red Ogre, Troll, dan Cave Troll.
Beastman :
Minotaur, Tigra, Catfolk, Rabbitfolk, Harpy, Lizardman, Yeti dan Naga (manusia berbadan ular, atau sebaliknya).
Shapeshifter :
Fox, Werewolf, Centaur dan Doppelganger.
Supernatural :
Undead, Vampire, Daemon, Devil, Golem, Dryad, Insectoid, Angel, Slime, Spirit dan Homunculus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
SDull
bagus gambarnya dan alurnya thor, ada kemajuan dari versi sebelum remakenya
2022-12-21
1