Sejak pagi hari, Bar Crimstone telah buka, namun baru ramai ketika mendekati siang hari. Khususnya di siang hari, para nelayan dan pelaut banyak yang berkumpul untuk makan siang dan minum-minum di sana. Ditambah, tiga minggu belakangan ini bar tersebut telah semakin ramai karena kehadiran pelayan baru mereka, Si Nona Merah mereka memanggilnya.
“Silahkan,” ucap Slatanis tersenyum sambil menaruh segelas mead di atas meja pelanggan.
“Hei, apakah kamu pelayan yang dirumorkan itu?” tanya sang pelanggan dengan pakaian pelautnya.
“Iya, apakah anda membutuhkan sesuatu?” tanya Slatanis dengan sopan.
'Syukurlah dulu aku pernah magang di suatu kafe, sehingga sekarang ... aku setidaknya bisa mengatasi mereka sedikit,' pikir Slatanis.
“Hmmm, ya … aku membutuhkanmu untuk memuaskanku,” ucap sang pelaut dan mulai memegang tangan Slatanis.
‘Ngomong-ngomong mereka semua bisa tertarik untuk terus kembali ke bar ini karena berkat [charm of succubae]-ku yang entah bagaimana justru membuat hasrat mereka menjadi puas, dan bukannya semakin melemah karena energi fisik mereka yang aku hisap secara perlahan. Jika mengikuti sistem di dalam game, sejam saja mereka berada di bar ini, mereka sudah pasti tidak ada yang bisa berdiri. Selain itu, kemampuan pasif ku ini juga bisa ditingkatkan efeknya dengan sedikit melakukan provokasi. Semisal dengan yang satu ini,’ pikir Slatanis menatap sinis sang pelaut yang memegang tangannya.
“Oh, benarkah?” tanya Slatanis sambil mulai mendekat ke telinga sang pelaut kemudian berbisik dengan suara lembut dan seksi, “kamu punya berapa, kapten?”
“Kuh—” tiba-tiba sang pelaut tersendat-sendat dengan wajah mesumnya. “Ahhhh~,” dilanjutkan dengan desahannya, ia juga langsung tak sadarkan diri di mejanya.
'Dari yang hanya menghisap energi fisik, kini bahkan bisa sampai membuat mereka Eja*kulasi dini hanya dengan sedikit provokasi,' pikir Slatanis.
“Hei, bawa keluar kapten mu itu, dan pastikan ia membersihkan ***********,” ucap Slatanis dengan judesnya memerintah kawan-kawan semeja pelaut itu.
“Ba-baik,” dengan keadaan yang masih tertegun karena melihat aksi Slatanis, kawan-kawannya itu pun langsung membawa pelaut itu keluar.
“Yeaaaaah! Makanya jangan macam-macam dengan nona merah kami! Hahahaha!” Seru pelanggan lain sambil mengangkat gelas berisi mead mereka.
“Luar biasa, dia baru saja menggunakan keahliannya lagi untuk membuat pria langsung ejakulasi dini,” kata beberapa pelanggan lain mulai menggosip.
Sementara itu Slatanis pun lanjut berjalan dengan bangganya kembali ke meja bar.
‘Fuhhh, dan dengan sedikit provokasi juga, aku bisa membuat Aphrodis ku langsung terisi penuh secepat ini jika mereka kubuat eja*kulasi seperti itu,’ pikir Slatanis menghela nafas panjang.
Dengan sedikit provokasi dan selama [Charm of Succubae]-nya sedang terpicu untuk aktif, Slatanis bisa membuat pria manapun yang ia tahu, langsung mengalami eja*kulasi dini. Tetapi jika kemampuan pasifnya itu sedang tidak aktif, maka dia perlu membutuhkan usaha lebih untuk benar-benar bisa mencapai tujuan tersebut.
Seperti halnya yang sudah terjadi di waktu-waktu belakangan ini, ketika ia sedang lapar namun Aphrodisnya masih berada di jumlah 100%. Maka ia harus melakukan usaha lebih untuk mendapatkannya melalui Bernard, yakni satu-satunya sumber makanan baginya.
Lalu jika ia sedang enggan melakukannya, maka ia akan menggunakan Spell Sustain-nya yang bernama [Sluttony] untuk membuat Bernard mencampai puncak. Kemudian mengkonsumisnya secara langsung atau dimasukkan ke dalam wadah terlebih dahulu.
Ia melakukan ini semata-mata hanya karena kebutuhan pokoknya yakni rasa lapar. Walaupun berkali-kali sebagai wanita normal ia sempat ikut terprovokasi selagi melakukannya, namun ia berhasil menahannya.
Untuk setiap aphrodis yang berkurang, ia tidak perlu mengkonsumsi cairan dari pria, melainkan ia hanya perlu menghisap energi fisik mereka melalui kemampuan pasif [charm of succubae]-nya itu atau [Sluttony] jika ingin meng-cover area yang besar (AoE). Berbeda dengan rasa lapar yang tidak ada hubungannya dengan jumlah parameter Aphrodis, tentu ia memerlukan hal tersebut untuk dikonsumsi.
********

(Bernard)
Siang hari, di tengah keramaian para pelaut dan nelayan yang makan dan minum-minum di bar crimstone, seseorang dengan berpakaian mewah pun memasuki bar tersebut.
“Sh*t! Orang yang tadi,” gumam Slatanis. “Oh iya, aku kembali dulu ya ke dapur,” lanjutnya izin ke bernard dan langsung berjalan masuk ke dapur.
“Oke,” ucap Bernard sambil menuangkan minuman ke pelanggan yang ada di depannya.
Sesaat Slatanis masuk ke dalam dapur yang tertutup hordeng, sang pria muda pun langsung berjalan ke depan Bernard.
“Apakah aku bisa bertemu dengan wanita berambut merah?” tanya sang pria muda bangsawan itu.
Bernard pun menaruh botol berisi mead di meja di depan pria muda itu dengan cukup keras sambil menatapnya dengan tajam.
“Setidaknya pesanlah dulu, jika kau ingin—” ucap bernard tertahan sesaat pria muda itu menaruh sekantung penuh berisi 10 krun.
“Hmmm, apa yang coba kau—” ucap bernard kembali tertahan sesaat sekantung berisi 100 krun di banting di depannya.
“Silahkan tuan, wanita itu ada di belakang,” ucap Bernard seketika sambil menunjuk ke arah dapur.
Sementara itu Slatanis terus berpikiran negatif sambil memegang dagu dan ber mondar-mandir.
‘Siapa dia sebenarnya? Apakah dia berasal dari kuil? Apakah dia sama kuatnya dengan para paladin itu? Jika benar di berasal dari kuil, maka dia bisa saja lebih kuat, apalagi aku sampai tidak bisa merasakan keberadaan dan Mana-nya.’
Sampai saat ini, Slatanis masih mengira taraf kekuatan Paladin di dunia ini sama kuatnya dengan yang ada di woc. Apalagi mereka yang berhubungan dengan kuil agung. Slatanis berpikir bahwa jika mereka memiliki kelas-kelas dan ras-ras yang mirip dengan woc, maka tidak menutup kemungkinan kekuatan mereka juga sebanding dengan player ataupun NPC di woc.
Tak sampai disitu, kesalahpahaman dirinya tentang dunia ini pun semakin menjadi-jadi mengingat di woc ada sebuah High Tier Skill tipe sustain bernama [Life Secrecy] dengan efek mampu menutupi seluruh informasi player. Padahal melihat informasi player adalah hal biasa di game, yakni hanya tinggal di-klik saja. Dan karena skill ini pula, telah banyak player yang menjadi korban oleh para PK-er.
Selain dari skill itu, ada juga skill lain dengan tingkat dan tipe yang sama, yaitu [Info Manipulation] yang dimana skill ini mampu memanipulasi informasi player. Kefrustasian dirinya pun semakin menjadi-jadi setelah mengingat bahwa dirinya sebagai Slatanis tidaklah memiliki kedua skill itu, melainkan malah dua karakter lainnya yang justru memiliki kedua skill ini, yakni Kerasius dan Dronovampus.
‘Huwaaaa! Meskipun sudah pakai item artefak dewa, Slatanis masih saja sampah build-nya! Aku ingin mati saja kalau begini jadinya!’ Teriak Slatanis di dalam benaknya.
Tiba-tiba hordeng pun bergeser, dan pria muda itu masuk ke dalam dapur. Dengan tatapan dingin, ia pun mulai menatap Slatanis.
“A-ada yang bisa saya bantu, tuan pelanggan?” tanya Slatanis mulai gugup.
‘Sh*t, aku harap ada tempat respawn di dunia ini,’ pikir Slatanis sambil mulai memejamkan mata.
Sang Pria muda pun mulai mendekat, lalu mulai berkata.
“Ahem, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?” ucapnya dengan wajah melas dan agak tersipu sambil memegang kedua bahu Slatanis.
‘Lah?’ Pikir Slatanis melihat tatapan melas pria muda itu.
“Ah mohon maaf atas kelancanganku,” ucap Pria muda itu sambil melepas genggamannya. “Sebelum itu, perkenalkan, aku adalah Roland Bellwyne, satu-satunya pewaris duke Bellwyne.”
‘Oh bukan dari kuil toh, fuuhhhh,’ pikir Slatanis merasa begitu lega.
“Bolehkah saya mengetahui namamu?” tanya Roland kembali.
“Y-ya tentu saja, namaku adalah Slatanis, senang berkenalan denganmu,” ucap Slatanis.
“Senang berkenalan denganmu juga,” balas Roland, sambil mengulurkan tangannya.
“Ada apa?” tanya Slatanis tidak mengerti apa maksudnya.
Roland pun kembali menarik tangannya dengan canggung, kemudian berdiri dengan tegak.
“Jadi … kamu mau minta tolong apa?” tanya Slatanis berusaha mengkonfirmasi dengan tatapan menyorot.
“Hmm, sebelum itu, apakah anda berkenan ikut saya ke Istana Bellwyne di Bellhive?” tanya Roland dengan sopan.
‘Hmmm, seperti di bumi, mungkin aku bisa menjalin koneksi dengan orang-orang penting di dunia ini demi masa depanku, atau setidaknya demi mendapatkan legitimasi di segi apapun. Karena aku tidak tahu, masa depan macam apa yang akan menungguku. Oh iya, ngomong-ngomong bagaimana ya dengan keadaan Raphaela dan Lilith? Sedang dimana mereka sekarang? seharusnya sekarang aku bertemu dengan mereka,’ pikir Slatanis sambil menunduk.
Slatanis untuk sesaat mengingat dua makhluk hasil summon-nya yang ia perintahkan untuk tidak mendekati kota manusia dan meninggalkannya di hutan kecil di sekitar, sebelum akhirnya ia datang ke Fishsyre. Selama tinggal di Fishsyre pula Slatanis sering kembali untuk bertemu dengan mereka berdua setiap tiga hari sekali.
“Baiklah, aku akan ikut denganmu. Namun dengan satu syarat, aku ingin jaminan,” ucap Slatanis mendekatkan wajahnya dekat dengan Roland.
Sontak Roland pun memalingkan wajahnya sambil pipinya mulai memerah, “ba-ba-baiklah, katakan apa jaminannya.”
“Lindungi aku jika kuil berusaha mencariku,” ucap Slatanis semakin dekat wajahnya.
“Ba-baik, aku akan melakukan itu,” ucap Roland sementara nafasnya mulai memburu.
“Oke,” ucap Slatanis. “Sekarang kamu tunggulah di luar.”
Roland terpaku dengan wajah Slatanis untuk sesaat.
“Tunggu apa lagi? Cepatlah keluar,” ucap Slatanis.
“Ah, baik,” ucap Roland dan langsung keluar menuju kereta kudanya.
“Fuhhh, seenggaknya untuk sekarang aku memiliki koneksi seorang bangsawan. Tunggu, ngomong-ngomong dia minta tolong apa ya? Apakah dia ingin menikahiku seperti cerita-cerita di manhwa? Hehehe, ya dia memng ganteng sih, jadi tidak ada salahnya juga,” Gumam Slatanis dan mulai berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua bar.
Sesampainya di kamar, kemudian ia pun mengeluarkan dua buah cincin yang telah ia ciptakan tiga hari yang lalu. Dua cincin ini berguna untuk menteleportasi siapapun atau apapun yang sudah ditandai ke dekat sang pemilik cincin.
“Hmmmm, oke, aku belum pernah menggunakan cincin ini sebelumnya. Kalau begitu bagaimana cara kerjanya?” ucap Slatanis bertanya-tanya. “hmmm, apakah dengan ... Raphaela, Lilith, Jika kalian mendengarku, datanglah!”
Vhoozzz!
Tiba-tiba dua sosok wanita, muncul di depan Slatanis.
'Wow, itu berhasil!!!' Pikir Slatanis dengan ekspresi semangat.
“Huwaaaa, nyonya! Kenapa kamu tidak memanggilku? Ini sudah lama sekali … hiks hiks hiks,” wanita berambut hitam, kekar dan lebih tinggi dari Slatanis serta bertanduk ke atas dan bersayap iblis memeluk Slatanis tiba-tiba sambil menangis.
'Kan setiap tiga hari sekali kita bertemu?' Pikir Slatanis sambil memeluk Lilith.
“oke oke,” ucap Slatanis sambil menepuk-nepuk pundak bersayap lilith.
“Baginda, akhirnya anda memanggil saya,” wanita dengan kulit putih, berambut pirang panjang dan berzirah emas, bersayap malaikat putih dan memiliki lingkaran putih di atas kepalanya berdiri dengan sopan di depan Slatanis.
“Sebelum itu, bisakah kalian memasukkan kembali sayap kalian?” Pinta Slatanis melihat kamarnya menjadi tambah sempit dengan sayap lebar mereka.
“Ah iya,” ucap keduanya hampir bersamaan, dan memasukkan sayap hampir bersamaan pula.
“Aku mau bilang ke kamu, bahwa aku ingin pergi dari kota ini … apakah ada cara untuk tetap membawa kalian? Aku tidak bisa secara terus-terusan setiap tiga hari sekali terus kembali bertemu dengan kalian karena tempat ini akan berbeda, jadi kupikir lebih baik kalian ikut saja,” ucap Slatanis.
“Jadi, dimana tempatnya?” tanya Lilith yang masih bergelendotan di pelukan Slatanis.
“Di Bellhive, di istana duke Bellwyne, apakah kalian tahu?” tanya Slatanis dan Lilith pun melepaskan pelukannya itu.
Keduanya pun menggelengkan kepala sambil menggembungkan pipi mereka.
"Apakah kalian tahu caranya agar kalian tetap bisa ikut?" tanya Slatanis. "Secara bersamaan aku juga tidak bisa membuat kalian terlihat oleh orang-orang yang ada di istana Bellwyne."
"Hmmm setelah sebulan tinggal terpisah dari anda, saya sebenarnya telah memikirkan beberapa hal, tapi saya ragu untuk melakukannya," ucap Raphaela menunduk tampak berpikir dalam.
"Apa itu?" tanya Slatanis.
"Yakni dengan masuk ke inventory anda," saran Raphaela, kemudian menoleh ke arah Lilith. "Lilith, coba deh kamu masuk ke dalam Inventory Baginda," pintanya.
"Hah? Tu-tunggu! apakah kamu yakin kita tidak akan mati membeku di dalam?" tanya Lilith tampak terkejut dan agak jengkel.
"Saya pernah memasukkan makhluk hidup ke dalam Inventory saya sebelumnya, berupa rusa beberapa serigala, dan sesaat mereka saya keluarkan, mereka tidak mati sama sekali, bahkan mereka tidak mengalami trauma atau apapun itu," jelas Raphaela.
“Baiklah, coba bukan inventroy mu, Nyonya,” pinta Lilith.
“Oh, oke,” ucap Slatanis sambil membuka inventorynya.
'Apakah itu benar-benar bisa dilakukan?' Pikir Slatanis sementara itu.
“Hiyaat~!” Lilith Masuk ke dalam lubang hitam itu dan langsung menghilang begitu saja.
“Lilith! Apakah kamu tidak apa-apa?” tanya Slatanis.
"Iya, aku tidak apa-apa," ucap Lilith dari dalam Inventory dengan suara bergema. "Disini sangat nyaman sekali, sejuk walaupun gelap gulita. Aku bahkan tidak bisa menyentuh apapun disini, hanya bisa berjalan ke dalam kegelapan yang tak berujung," lanjut jelasnya.
“Kalau begitu, saya akan masuk kesana juga,” ucap Raphaela langsung melompat ke dalam Inventory yang masih terbuka.
"Hmmm, Lilith, kamu dimana?" tanya Raphaela.
"Aku mendengar suaramu dengan begitu dekat, tapi aku tidak bisa melihat kamu," balas Lilith.
"Sepertinya setiap barang yang masuk akan memiliki ruang mereka sendiri deh," ucap Raphaela berpendapat.
"Ya, sepertinya sih begitu," ucap Slatanis. "Kalau begitu, aku akan menutup Inventory, kemudian kalian berbicara lah dari dalam."
Setelah itu, beberapa percobaan pun dilakukan. Ketika Inventory ditutup mereka tetap bisa berbicara keluar dengan suara yang bergema, dan juga mereka bisa berkomunikasi melalui telepati setelah beberapa kali percobaan.
Setelah percobaan singkat itu, Slatanis pun turun ke bar dan mulai berpamitan dengan Bernard dan juga para pengunjung. Lalu siang itu, Bernard dan para pelanggan pun mengantar Slatanis keluar sambil mengucapkan ucapan selamat jalan mereka kepada Slatanis, dengan Bernard yang terdiam tak mengatakan apa-apa dengan wajah yang murung.
‘Hmmm, sepertinya aku akan membutuhkan sumber makanan baru,’ pikir Slatanis sambil melihat keluar jendela kereta kuda, kemudian menatap Roland yang duduk di kursi seberangnya sambil sibuk membaca buku. ‘Dia boleh juga,’ pikirnya sambil tersenyum.
**********
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
SDull
smangat thor
2022-12-24
0