#13 - Pengalaman Pertama Roland Bellwyne

(Roland Bellwyne : diilustrasikan menggunakan Playground AI)

Di Istana yang besar dengan genteng yang berwarna biru, serta dinding dan pilar yang memiliki banyak ukiran. Istana ini tampak begitu megah dengan arsitektur eropa abad pertengahannya. Dikatakan bahwa ini adalah sebuah Istana , namun tembok tinggi sebagai benteng tetap mengelilingi Istana ini bagaikan sebuah kastil.

Hanya saja, tembok-tembok ini tidak terlalu kompleks layaknya kastil yang dibangun demi pertahanan juga. Kekurangan pada tembok yang mengelilingi Istana ini adalah tidak memiliki jembatan angkat dan parit, serta tidak memiliki menara pengawas yang cukup tinggi. Sehingga bangunan yang tertinggi di dalam komplek ini hanyalah Istana dengan atap biru. Meskipun begitu, dari bawah bukit, Istana ini tak ada bedanya dengan kastil yang kokoh.

Keuntungan satu-satunya untuk Istana ini jika digunakan sebagai pertahanan adalah tempatnya yang berada di dataran tinggi.

Selain itu, di halaman depan Istana ini juga terdapat sebuah taman yang luas. Gazebo dan air mancur di taruh dengan begitu sempurna di antara tanaman dan pepohonan hias. Di antara taman-taman, mengalir pula sungai kecil yang mengalir dari gunung yang berada di belakang Istana ini.

Istana Bellwyne memang terkenal akan kemegahannya, apalagi dengan pemandangan indah dari dataran tinggi tempat Istana ini berpijak yang benar-benar memanjakan mata. Di dekat Istana ini pula terdapat kota kecil yang mengelilinginya. Kota kecil ini bernama Bellhive. Salah satu kota kecil milik keluarga Bellwyne yang berada di dalam wilayahnya, Bellhaven.

Kota ini sangat tertata dan bersih dengan arsitektur campuran gothic dan yunani, serta aliran parit bawah tanah yang terus menjaga kota ini tetap bersih dan kering. Bahkan jika seseorang mengatakan ini adalah sebuah ibukota kepada para pelancong, mereka mungkin akan percaya.

(Pemandangan Istana Bellwyne dari kota Bellhive)

Sementara itu Slatanis bersama dengan Roland dan beberapa pendampingnya sedang berjalan di lorong Istana di lantai empat menuju ruang kerja Roland. Ia, Slatanis berjalan di belakang Roland sambil menoleh keluar jendela, melihat pemandangan indah kota bellhive.

‘Eurgh, aku lapar, sudah enam hari aku belum makan,’ pikir Slatanis menahan rasa lapar namun tetap menjaga ekspresi anggunnya.

Beberapa detik kemudian, mereka pun sampai di dalam ruang kerja Roland. Slatanis dan Roland pun masuk, sedangkan pendamping Roland pergi tidak ikut masuk. Roland pun duduk di sebuah kursi panjang sambil mengisyaratkan Slatanis untuk duduk di kursi yang ada di seberangnya.

“Ahem,” dehem Roland dengan pipi memerahnya. “Aku akan mengatakan kepadamu apa yang aku perlukan. Namun sebelum itu, mintalah sesuatu untuk bayarannya.”

‘Luar biasa, dia bahkan belum memberitahuku apa pekerjaannya,’ pikir Slatanis menatap Roland penuh dengan kekaguman. ‘Aku harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.’

“Baiklah,” ucap Slatanis sambil tersenyum sejuk. “Pertama aku ingin meminta keamanan dengan otoritasmu, tentu saja, dari kuil yang di masa depan mungkin saja akan mencari keberadaanku.”

“Sepertinya kamu sedang memiliki masalah dengan kuil …, tapi tenang saja, di bellhive bahkan tidak ada kuil, dan hanya ada di perkampungan. Itupun kecil tanpa adanya orang dalam yang lebih dari priest cendekiawan,” ucap Roland memberikan ketenangan.

“Lalu yang kedua adalah, bolehkah aku tinggal disini? Apapun akan kulakukan … selama … selama itu masih di bawah persetujuanku dan sampai batasan tertentu … kecuali … kecuali hubungan kita benar-benar berkembang,” ucap Slatanis dengan memberikan kesan lugu dan malu-malu.

Roland yang melihat tingkah Slatanis pun hanya bisa terdiam sementara dadanya terus berdegup kencang. “Ba-baiklah,” dan tanpa basa-basi ia pun langsung menyetujuinya.

“Waahh, benarkah?” Ucap Slatanis dengan bersemangat sambil langsung memegang tangan Roland yang duduk di seberangnya, dan Roland pun hanya bisa menahan rasa panas di tubuhnya sambil berusaha memalingkan pandangannya.

‘Dia … dia seksi sekali … dan … dan harum,’ pikir Roland sambil berusaha menjauhkan pandangannya.

“Be-be-be-benar! Tapi … tolong tenanglah dan kembali duduk,” ucap Roland gugup.

Slatanis pun duduk kembali di kursinya.

‘Hah~ aman,’ pikir Slatanis.

“Apakah kamu bilang tadi kamu akan melakukan apapun asal itu masih di bawah persetujuanmu?” Tanya Roland dengan tatapan yang masih malu-malu menatap Slatanis.

“Tentu,” angguk dan senyum Slatanis.

‘Melihat tingkahnya yang seperti ini, seharusnya sejak perjalanan kesini dia sudah terbiasa dengan keberadaanku, namun tidak disangka dia masih malu-malu kucing. Kalau begini jadinya, terpaksa aku harus lebih berusaha lagi demi mengamankan sumber makananku,’ pikir Slatanis sambil menatap Roland dengan senyuman kecil.

Roland pun kembali terdiam canggung sambil menahan rasa panas pada tubuhnya.

‘Selama lima hari ini, aku selalu mencari tempat sepi untuk menghilangkan hasrat besarku terhadapnya, lalu tiba-tiba hari ini dia bilang akan melakukan apapun? Apakah itu termasuk— tidak tidak, aku sudah dijodohkan oleh ayahku, dan umurku sudah 22 tahun. Aku tidak bisa terus begini,’ pikir Roland sambil menggelengkan kepalanya.

Slatanis terus menatap heran Roland di dalam diam.

“Apakah … ahem, apakah yang kamu maksud dengan melakukan—” ucap Roland terpotong.

“Tentu, Tuan Roland,” ucap Slatanis memotong dengan suara lembutnya. “Tapi kamu harus izin dulu padaku,” tambahnya dengan gelagat menggoda.

“Ta-tapi … tapi aku sudah dijodohkan oleh ayahku,” ucap Roland.

“Oho, apakah itu penting, tuan Roland?” Tanya Slatanis dan mulai berdiri, lalu duduk di sebelahnya.

Slatanis lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Roland, lalu kembali berbisik, “apakah itu penting, tuan Roland?” Dengan suara yang sangat menusuk hasrat.

“Kuh—” desau Roland seperti sedang menahan sesuatu.

‘Wow, dia sangat kuat, apakah dia memiliki resistansi mental yang cukup tinggi?’ Pikir Slatanis.

“Ti-tidak … itu … itu tidak penting,” ucap Roland sambil memejamkan mata.

‘Huhh~ baiklah kalau begitu,’ pikir Slatanis dan langsung duduk bersimpuh di antara paha Roland. Lalu perlahan Slatanis pun menyentuh bagian bawahnya, lalu menurunkannya.

“Ap-apa yang kamu … euughhh,” pejam Roland menahan dengan sekuat tenaga.

Sesaat menara Roland meninggi, Slatanis pun hanya bisa memicingkan matanya sambil mulai menyentuhnya secara langsung. Secara perlahan, ia pun mulai menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah.

Roland terus menahan suaranya untuk keluar.

‘Ohhh, Ini luar biasa! Mohon maafkan aku wahai tunangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya!’ Pikir Roland sambil matanya menatap langit-langit, sementara Slatanis terus melakukan kegiatannya di bawah.

‘Hmmm aku tidak menyangka kamu bisa menahannya sampai selama ini,’ pikir Slatanis di dalam benaknya sambil terus melakukan kegiatannya kemudian mendongak melihat ekspresi kenikmatan Roland. 'Apakah senikmat itu? Ah, aku jadi ingin melakukannya juga--- gawat! apa yang baru saja aku pikirkan?' lanjutnya berpikir sesaat mengingat sebulan yang lalu ia mencoba untuk melakukannya sendiri.

Sebulan yang lalu, tepat tiga hari setelah ia sampai di Fishsyre, Slatanis sempat melakukannya sendiri di dalam kamar yang ia sewa, dan itu membutuhkan 2 jam untuk benar-benar membuatnya puas dan berhenti.

'Yaps, meskipun aku mencapai puncak puluhan kali waktu itu hanya dalam rentang waktu 2 jam dan hanya dengan menggunakan jari-jemariku, aku pasti tidak akan melakukan itu lagi, setidaknya untuk waktu dekat,' pikir Slatanis seraya dirinya hilang fokus dari apa yang sedang ia lakukan sekarang pada menara milik Roland yang sedang mengeras itu. 'Aku yang dulu bahkan hanya membutuhkan lima menit ... ahem, apa yang aku pikirkan!?' lanjutnya kembali fokus.

Beberapa menit kemudian.

“Ayo, sedikit lagi Tuan!” Ucap Slatanis sambil mendekatkan mulutnya ke ujung menara tersebut.

Spruuuuuut!!!!!

Itu menyembur deras ke dalam mulut Slatanis.

“Sllrrrpppph! Glek, ahh~,” Slatanis tidak meninggalkan setetes pun.

‘Ahn~ ini nikmat sekali, akhirnya setelah enam hari--- ups, hampir tumpah, ’ pikirnya sementara ia menadahkan sisa tetesan yang jatuh dari bibir dengan tangannya. 'Entah ini diriku sebagai putri yang menikmati, atau diriku sebagai Slatanis.'

Roland hanya bisa bersandar lemas di kursi panjangnya, sementara Slatanis terus mengelap sisa-sisa di bibirnya dengan lidahnya.

“Oh iya, ngomong-ngomong kamu belum memberitahuku tentang pertolongan apa yang kamu butuhkan,” ucap Slatanis sambil kembali duduk di sebelahnya.

‘Dia langsung lemas sekali, aku jadi tidak tega melihatnya,’ pikir Slatanis melihat Roland hanya bisa bersandar lemas dengan nafas memburunya. ‘Well, yang penting aku sudah kenyang untuk tiga hari kedepan.’

‘Luar biasa, aku hampir mati karena pikiranku terbang terlalu tinggi. Dan ternyata pengalaman ini benar-benar berbeda dengan bermatur*basi,’ Pikir Roland masih menatap langit-langit dengan lemas.

“Ya … aku lupa itu,” ucap Roland lemas, sambil menoleh menatap Slatanis yang duduk di sampingnya. “Ayahku … tolong ayahku, dia sedang sakit parah, sementara kami tidak tahu cara menyembuhkannya.”

“Baiklah, mari kita lakukan sekarang,” ucap Slatanis.

“Ah … itu karena … sepertinya saat ini …,” ucap Roland berusaha melirik ke bawah. “Aku tidak bisa menggerakan kakiku sama sekali karena terlalu lemas.”

“Hmmm,” gumam Slatanis melihat ketidakberdayaan Roland. “Aku bisa saja mengembalikan vitalitas mu.”

“Apakah kamu benar-benar bisa melakukannya Dengan kekuatan penyembuhan itu?” Tanya Roland.

‘Ya … namanya juga [potent heal], bahkan ini bisa menumbuhkan anggota tubuh yang hilang,’ pikir Slatanis sambil menaruh pipinya di sandaran kursi dan menatap Roland.

“Tentu bisa,” ucap Slatanis.

“Baiklah kalau begitu,” ucap Roland.

Dan Slatanis pun langsung menggunakan sihir [potent heal] nya kepada Roland, seraya cahaya emas menerangi seluruh ruangan. Kemudian tak berselang lama, Roland pun kembali segar bersamaan dengan hilangnya cahaya emas.

“Wow, ini benar-benar kembali … dan aku menjadi sangat segar,” ucap Roland langsung berdiri seketika.

Setelah itu, mereka pun langsung menuju kamar Willem Bellwyne yang saat ini sedang di kasur kesakitan.

************

Potent heal (n.) tidak hanya mampu mengisi kembali HP, namun juga energi fisik, kecuali energi fisik tertentu seperti aphrodis, dark energy ataupun miasma.

Bersambung ....

Episodes
1 #1 - Transmigrasi
2 #2 - Putri Menjadi Slatanis
3 #3 - Keputusan dari Kesatria Ordo Templar
4 #4 - Menuju Kota Dagang Alundris
5 #5 - Balada sang Pemilik Kandang Kuda
6 #6 - Gelap
7 #7 - Rubanah Kuil Agung
8 #8 - Rencana Tiga Grand Cleric
9 #9 - Menjadi 100% Slatanis
10 #10 - Slatanis Menjalin Koneksi
11 #11 - Slatanis dan Lilith
12 #12 - Slatanis dan Raphaela dan Lilith
13 #13 - Pengalaman Pertama Roland Bellwyne
14 #14 - Kesepakatan Baru dengan Bellwyne
15 #15 - Perpustakaan Bellwyne
16 #16 - Perbedaan Kejadian Di Antara Dua Rumah
17 #17 - Semua Orang Memiliki Rencana
18 #18 - Hari Membosankan Yang Berubah Menjadi ....
19 #19 - Interogasi Sang Penyihir Mata-mata
20 #20 - Waktu Senggang
21 #21 - Sebelum Perhelatan
22 #22 - Informasi dari Bawahan
23 #23 - Latihan Dansa dan Menyambut Keluarga Kerajaan
24 #24 - Slatanis dan Rodrik
25 #25 - Roland Blunder
26 #26 - Acara Syukuran I
27 #27 - Acara Syukuran II
28 #28 - Acara Syukuran III
29 #29 - Acara Syukuran IV
30 #30 - Acara Syukuran V
31 #31 - Acara Syukuran VI
32 #32 - It Should've Been His First
33 #33 - Awal dari Sebuah Masalah
34 #34 - Monster di Neverhive
35 #35 - Bertemu dengan Samuel dan Amy
36 #36 - Patroli dan Rasa Lapar
37 #37 - Dicken Dorton
38 #38 - Die A Hero
39 #39 - Pasca Pembersihan Monster
40 #40 - Crying Lady
41 #41 - Ladies Time
42 #42 - Hutan Gloria I
43 #42 - Hutan Gloria II
44 #43 - Dua Mata Koin
45 #44 - Bottleneck Operation : Initiated
46 #45 - Bellwyne vs Waldengrace
47 #46 - Bellwyne vs Waldengrace II
48 Pengumuman cuti sebentar
Episodes

Updated 48 Episodes

1
#1 - Transmigrasi
2
#2 - Putri Menjadi Slatanis
3
#3 - Keputusan dari Kesatria Ordo Templar
4
#4 - Menuju Kota Dagang Alundris
5
#5 - Balada sang Pemilik Kandang Kuda
6
#6 - Gelap
7
#7 - Rubanah Kuil Agung
8
#8 - Rencana Tiga Grand Cleric
9
#9 - Menjadi 100% Slatanis
10
#10 - Slatanis Menjalin Koneksi
11
#11 - Slatanis dan Lilith
12
#12 - Slatanis dan Raphaela dan Lilith
13
#13 - Pengalaman Pertama Roland Bellwyne
14
#14 - Kesepakatan Baru dengan Bellwyne
15
#15 - Perpustakaan Bellwyne
16
#16 - Perbedaan Kejadian Di Antara Dua Rumah
17
#17 - Semua Orang Memiliki Rencana
18
#18 - Hari Membosankan Yang Berubah Menjadi ....
19
#19 - Interogasi Sang Penyihir Mata-mata
20
#20 - Waktu Senggang
21
#21 - Sebelum Perhelatan
22
#22 - Informasi dari Bawahan
23
#23 - Latihan Dansa dan Menyambut Keluarga Kerajaan
24
#24 - Slatanis dan Rodrik
25
#25 - Roland Blunder
26
#26 - Acara Syukuran I
27
#27 - Acara Syukuran II
28
#28 - Acara Syukuran III
29
#29 - Acara Syukuran IV
30
#30 - Acara Syukuran V
31
#31 - Acara Syukuran VI
32
#32 - It Should've Been His First
33
#33 - Awal dari Sebuah Masalah
34
#34 - Monster di Neverhive
35
#35 - Bertemu dengan Samuel dan Amy
36
#36 - Patroli dan Rasa Lapar
37
#37 - Dicken Dorton
38
#38 - Die A Hero
39
#39 - Pasca Pembersihan Monster
40
#40 - Crying Lady
41
#41 - Ladies Time
42
#42 - Hutan Gloria I
43
#42 - Hutan Gloria II
44
#43 - Dua Mata Koin
45
#44 - Bottleneck Operation : Initiated
46
#45 - Bellwyne vs Waldengrace
47
#46 - Bellwyne vs Waldengrace II
48
Pengumuman cuti sebentar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!