Sudah hampir tiga bulan kota Alundris diteror oleh kasus penculikan yang mengincar para wanita pelancong. Garda kota bersama dengan prajurit garnisun juga sudah diturunkan untuk melacak sang penculik. Bahkan beberapa kesatria yang sempat singgah di kota Alundris banyak yang ikut andil dalam pemecahan kasus ini.
Sejak kasus pertama muncul, diketahui sudah terjadi lima kasus penculikan yang tercatat oleh pihak berwenang. Namun beberapa warga dan instansi berasumsi bahwa sang penculik telah menjalankan aksinya lebih dari dua puluh wanita muda, yang dimana kasus-kasus ini tidak tercatat atau diketahui karena mengingat sang penculik hanya mengincar pelancong.
Asumsi itu ada bukanlah tanpa alasan. Nyatanya di bulan pertama terdapat dua kasus di luar dari lima kasus yang tercatat telah dilaporkan oleh orang-orang yang mengenal mereka, seperti teman perjalanan dan pemilik penginapan. Teror ini semakin diperparah dengan sikap narsis dan mesum sang pelaku. Yang dimana di kasus terakhir yakni lima kasus terakhir yang tercatat, sang penculik melepaskan korbannya begitu saja dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
Diketahui bahwa tepat dua minggu lalu korban yang dilepaskan tubuhnya sudah kurus dan penuh dengan luka. Bagian ******** sang korban juga sudah rusak parah, serta mental korban juga ikut hancur. Yang dimana hal itu membuat korban tidak lagi bisa berbicara seakan hanya bisa bernafas.
Setelah melakukan pemeriksaan di sanatorium kota, korban pun akhirnya meninggal karena luka pada fisik dan mental yang sudah sangat fatal. Namun sebelum meninggal, korban sempat mengucapkan sebuah kata berkali-kali. Kata itu adalah Rey.
Maka sejak saat itu lah teror sang penculik, Rey menjadi bahan pembicaraan warga di kota sementara pihak yang ditugaskan masih terus berusaha untuk menghentikan teror tersebut.
….
Sementara itu di rumah gubernur kota Alundris, sang gubernur yang seorang baron bernama Undeil Andrelion sedang berada di meja kerjanya sedang menulis surat sambil ditemani oleh ajudannya, Dorian.
“Kenapa pihak kuil tidak ada yang mau membantu kita untuk menangkap Rey? Apakah kamu tahu alasannya, Dorian?”tanya Undeil sambil bersandar di meja kerjanya. “Jangan bilang kalau mereka sudah tahu kedok kita, oleh karena itu mereka tidak ada yang mau membantu.”
“Itu tidak mungkin, Tuanku. Namun saya dengar dari beberapa koneksi saya dari abdi dalam kuil, mereka memang pada dasarnya dilarang untuk ikut campur masalah di luar dari masalah agama dan kuil,” jelas Dorian yang duduk di kursi panjang di depan meja kerja.
“Kenapa begitu? Sejak kapan?”tanya Undeil kembali.
“Sejak Prophetess baru naik jabatan empat bulan yang lalu, Tuanku,” ucap Dorian.
“Hmmm, ini sungguh merepotkan. Seandainya kita punya penyihir seperti abdi kuil, mungkin kita akan cepat menemukannya,” keluh Undeil sambil menggaruk-garuk kepala nya.
**************
Sebelumnya … kemarin malam di saat Slatanis sedang kesulitan mencari tempat untuk tidur.
Rey yang seperti biasa sedang menjalankan aktivitasnya di rumah, melihat Slatanis yang sedang berdiri linglung dari balik jendelanya. Lalu tanpa basa-basi dan dengan niat yang jahat, ia pun membukakan pintu rumahnya dan langsung menghampiri Slatanis.
“Nona nona! Apakah ada sesuatu hal yang bisa saya bantu?”tanya Rey sambil menghampiri Slatanis.
“Ah, saya sedang mencari penginapan namun tak satupun dari mereka yang kosong, fuhhh, apakah anda tahu tempat penginapan yang kira-kira masih kosong?” Slatanis Kembali bertanya sambil tangannya masih memegang sebuah peta.
Rey pun melirik peta yang sedang digenggam Slatanis lalu berkata, “wah sungguh disayangkan nona, karena ini adalah musim transaksi, anda akan kesulitan mencari tempat penginapan. Kecuali anda rela tidur di pinggir bangunan dengan hanya menggunakan tenda.”
“Hahh~ sudah kuduga,” keluh Slatanis membungkukkan punggungnya. “Apakah anda memiliki tenda?”
“Hmmm bagaimana jika anda tidur di kamar saya?” Saran Rey sambil tersenyum.
‘What?!’ Pikir Slatanis dengan wajah agak terkejut.
“Tidak tidak … itu pasti akan sangat merepotkan, hehehe. Namun jika anda ada tempat lain, selain dari kamar anda tentunya, apakah ada tempat lain yang bisa saya gunakan untuk tidur? saya pasti akan membayarnya,” ucap Slatanis dengan tawa canggungnya.
“Ohhh~ ada sih, mari,” ucap Rey sambil mulai berjalan untuk menunjukkan suatu tempat kepada Slatanis.
Beberapa langkah dari rumahnya, tepat nya di samping rumahnya terdapat sebuah kandang kuda yang di dalamnya terdapat sekat-sekat tempat penyimpanan kuda.
“Sebenarnya tempat ini saya sewakan untuk kuda, dan juga setiap hari tempat ini selalu saya bersihkan setiap kali kuda dikeluarkan,” ucap Rey sambil mulai menunjukkan setiap sekat.
Dari dua belas sekat yang terdapat kuda, sepuluh telah terisi.
“Iya bersih sekali,” ucap Slatanis sesaat melihat betapa bersihnya tempat tersebut.
“Anda bisa menggunakannya secara—”
“Ini!” ucap Slatanis sambil memberikan 15 shill kepada Rey secara tiba-tiba.
“Ah ba-baiklah,” ucap Rey gugup. “Mari,” lanjutnya menunjukkan sekat yang kosong.
‘Apakah dia seorang OCD? Tempat ini bersih sekali,’ pikir Slatanis sesaat sampai di sekat yang ia sewa.
“Selamat bermalam, nona,” ucap Rey sambil tersenyum aneh.
Sementara Slatanis mulai menikmati sekat tersebut, Rey pun keluar dari kandang tersebut dan kembali masuk ke rumahnya.
“Hehehe akhirnya ada mangsa baru dengan tubuh yang sangat seksi dan aroma yang begitu harum,” ucap Rey sambil mengintip dari jendela rumahnya, melihat ke arah kandang kuda. “Aku jadi tidak sabar … hmmm apakah aku harus mencobanya malam ini ya? Terkadang memang hidangan yang lezat itu akan lebih nikmat jika dimakan terakhir, namun jika dari luar saja sudah sangat menggoda, mana ada yang tahan untuk menunggu.”
Rey pun menoleh ke belakang, ke arah pintu yang menghubungkan rubanah nya. “Tunggulah, kamu akan menjadi koleksi ku yang ke tiga puluh, kekekek.”

(Rey)
**************
Pagi hari disaat baru saja selebaran sketsa wajah Slatanis disebar ke seluruh Alundris oleh pihak kuil, pihak garda kota justru baru saja menemukan tiga mayat di dalam sebuah gang. Hal ini langsung membuat heboh warga kota, apalagi cara tewas tiga mayat ini berhubungan dengan sihir, yang dimana pihak kuil juga ikut turun tangan dalam kasus ini.
Terlihat di pagi hari di antara kerumunan penduduk, beberapa templar dan paladin serta seorang priest sedang dikerahkan untuk memeriksa tiga mayat yang baru saja ditemukan itu. Dari tiga mayat yang mati dalam keadaan mengenaskan dan tidak wajar itu pun mereka menyimpulkan bahwa sang pembunuh adalah pengguna sihir.
Fretlen sang Priest lah yang berhasil mendeduksikan kasus tersebut.
“Mereka baru mati kemarin sore,” ucap Fretlen sambil jongkok memperhatikan mayat setelah pemeriksaan yang cukup lama. “Dan sudah pasti perbuatan ini adalah perbuatan seorang penyihir tingkat tinggi, jika dilihat dari bagaimana tubuh mereka terbakar … dan dari jejak Mana yang tertinggal.”
Fretlen pun berdiri, lalu mulai mengucapkan mantra dengan berkomat-kamit. Setelah itu, jejak biru di tanah pun mulai terlihat.
“Mari kita ikuti kemana ia pergi,” perintah Fretlen sambil menoleh ke belakang, ke arah anggota templar dan paladin.
“Siap!” ucap kedua ordo kesatria itu berbarengan.
“Ya,” jawab Rodrik terlambat dan terlihat tidak semangat.
Fretlen pun memandang Rodrik, kemudian menggelengkan kepalanya.
Skuad yang dibentuk untuk menyelidiki kasus pembunuhan itu pun langsung bergegas mengikuti Fretlen dari belakang. Disaat mereka terus berjalan mengikuti jejak Mana, Fretlen pun membagikan penglihatannya ke salah satu Paladin untuk memimpin pencarian. Setelah itu, Fretlen pun memperlambat jalannya lalu berjalan bersamaan di samping Rodrik yang berjalan di belakang barisan.
“Saudara Fretlen, jika anda tidak—”
“Tentang kasus ini,” potong Rodrik. “Apakah ini ada hubungannya dengan orang yang sedang kita kejar? Jika tidak, lebih baik kita serahkan saja kepada garda kota. Menurutku ini hanya membuang-buang waktu saja.”
“Anda benar, jika ini tidak ada hubungannya. Masalahnya adalah ini benar-benar berkaitan dengan orang yang sedang kita cari, Saudara Rodrik,” terang Fretlen, kemudian berjalan lebih cepat ke depan. “Saya tahu anda adalah seorang bangsawan dan saya adalah penduduk biasa yang bahkan asal-usulnya tidak jelas. Namun kembali saya peringatkan sekali lagi, jika anda tidak berkenan untuk mengikuti perintah orang biasa yang asal-usulnya tidak jelas, maka anda saya dipersilahkan untuk undur diri, saudara Rodrik.”
Fretlen pun berjalan lebih cepat dan meninggalkan Rodrik di belakang. Sementara Rodrik langsung mengerutkan kening dan mengerat gerahamnya erat-erat sambil menatap kesal punggung Fretlen yang telah berjalan di depannya.
***********
Di saat yang bersamaan di dalam rubanah, Rey masih terus mencoba membuka pakaian Slatanis dengan segala alat yang ia punya di rumahnya sementara Slatanis tak bisa bergerak sama sekali karena lumpuh sekaligus dirinya yang dirantai.
“Bereng*sek!! Kenapa ini tidak bisa dirusak sama sekali!??” Teriak Rey membentak. “Aku sudah tidak tahan … aku sungguh sudah tidak tahan.”
Rey pun mulai menciumi wajah Slatanis sembari menyentuh dirinya sendiri.
“Harum … hahh harum,” ucap Rey sambil menciumi aroma tubuh Slatanis.
‘Aku harus lepas dari sini, lalu … lalu membunuhnya dengan cara yang paling menyakitkan!’ Gerutu Slatanis di dalam benaknya.
Rey terus bersenang-senang dengan dirinya sambil terus menyentuh tubuh Slatanis yang masih berpakaian itu. Slatanis yang saat ini sedang lumpuh secara fisik, secara sihir ia juga lumpuh. Ia tidak bisa merasakan Mana dan sama sekali tidak bisa menggunakan sihir. Bahkan beberapa skill dan efek pasif nya juga seakan hilang.
‘Kenapa aku tidak terpikirkan akan kemungkinan hal seperti ini yang bisa terjadi kapan saja kepadaku sejak awal! Dasar bodoh! Naif sialan!’ Pikir Slatanis dengan penuh kekesalan dan penyesalan, sementara sensor tubuhnya yang sudah mati sama sekali tidak bisa merasakan sentuhan Rey yang menjijikan itu.
Rey yang berada di depan dirinya sambil terus menggerayangi tubuhnya dan bersenang-senang dengan dirinya sendiri, tampak begitu memuakkan. Namun karena sifat pada tubuhnya, ia tidak merasakan mual itu secara fisik. Akhirnya ia pun hanya bisa memejamkan mata sambil terus berusaha merasakan Mana-nya.
Ditengah dirinya yang berusaha tenang tanpa menghiraukan keadaan sekitar untuk merasakan kembali Mana-nya, tiba-tiba suara dobrakan pintu terdengar keras.
“Sial!” ucap Rey berhenti seketika dari aktivitas menjijikannya. “Sepertinya mereka telah menemukanku! si garda sialan itu!”
Rey pun berdiri dan langsung berlari keluar penjara dan hendak membuka pintu rahasia yang tersamar di dinding. Sesaat pintu rahasia itu terbuka, seorang kesatria berzirah emas keluar dari sana.
Brak!
Sang kesatria menendang Rey dengan keras.
“Tetaplah disana!” Bentak sang kesatria sambil mengacungkan pedangnya ke leher Rey yang duduk terjengkang.
“Bereng*sek! Kenapa paladin ada—-”
Duk!
Kepala Rey di tendang oleh sang kesatria hingga pingsan.
Kemudian tak berselang beberapa detik, seorang priest keluar dari tempat yang sama.
“Siapa dia?”tanya sang Priest, Fretlen.
“Sepertinya dia adalah ….” ucap sang paladin tertahan sesaat melihat ke sekelilingnya dipenuhi dengan penjara berisikan wanita-wanita yang terbelenggu. “Entahlah, tapi lebih baik kita serahkan saja orang ini ke garda kota, karena saya mendengar mereka sedang mencari seorang mesum yang membuat teror di kota sejak tiga bulan belakangan ini. Mungkin saja dialah orangnya.”
“Baik, ikat dia,” ucap Fretlen.
Dan sang paladin pun mematahkan kedua kaki dan tangan Rey kemudian mengikatnya.
Brak!
Pintu utama rubanah pun terbuka, dan itu adalah Rodrik bersama dengan anggota Templar lainnya.
“Berhenti!” Teriak Rodrik. “Oh,” lanjutnya sesaat melihat Fretlen dan beberapa paladin sudah berada di dalam.
Sementara itu, Fretlen membuka pintu penjara Slatanis kemudian mendekatinya.
“Hmmm, saudara Rodrik, kita telah mendapatkannya,” ucap Fretlen sambil menatap Slatanis yang wajahnya sudah basah dengan air liur. “Tch, menjijikan.”
Rodrik pun bergegas untuk mengecek. Lalu sesampainya di dekat Slatanis yang sudah lumpuh tak berdaya ia pun berkata, “ya, benar. Tapi kenapa dia bisa tidak seberdaya ini?”
“Saudara Fretlen, saya menemukan sesuatu,” ucap salah satu templar menemukan beberapa botol penuh dengan racun pelumpuh raksasa.
Fretlen pun bergegas menghampiri kesatria templar itu untuk mengecek apa yang telah ditemukan olehnya, sementara Rodrik tanpa sadar terus menatap wajah Slatanis yang memelas seakan minta pertolongan.
Rodrik pun tanpa banyak bicara langsung merobek kain mantel nya dengan belati, lalu menggunakannya untuk mengelap wajah Slatanis.
“Aghh aku tidak tahu apa yang telah orang itu lakukan kepada kamu, tapi … ini … ini sungguh menjijikan,” ucap Rodrik berempati sambil mengelap wajah Slatanis dengan lembut.
Fretlen pun kembali ke dalam penjara sambil membawa satu vial berisikan racun pelumpuh raksasa bersamanya.
“Hmmm sepertinya si mesum itu melumpuhkannya dengan ini,” ucap Fretlen sambil memperlihatkannya ke Rodrik.
‘Siapa mereka? Apakah mereka kesini untuk menolongku?’ Pikir Slatanis dengan tatapan penuh harap.
“Ini … bukankah ini pelumpuh raksasa?”tanya Rodrik.
“Apakah begitu?”tanya Fretlen kembali.
“Iya benar,” angguk Rodrik.
“Hmmm, racun sekuat ini … aku tidak mengerti kenapa si mesum itu memberikan dirinya racun sekuat ini, apakah dia tahu akan identitas wanita ini? Dan tahu seberapa kuat dia?” ucap Fretlen bertanya-tanya.
‘Identitas? Kuat? Apa yang kalian bicarakan? Hei! Cepatlah lepaskan aku dan berikan penawarnya kepadaku!’ Pikir Slatanis sambil masih terus menatap keduanya dengan tatapan penuh harap.
Namun hanya Rodrik lah yang kembali menatap Slatanis, walaupun dengan tatapan empati.
“Apakah ini memiliki batas waktu?”tanya Fretlen.
“Ah, iya?” Rodrik Merespon dengan terkejut.
“Apakah ini memiliki batas waktu? Racun ini,”tanya Fretlen sambil menatap heran Rodrik.
“Iya … itu memiliki batas waktu, kira-kira racun ini mampu melumpuhkan raksasa selama dua hari,” ucap Rodrik menjelaskan.
“Hmmm,” gumam Fretlen sambil melihat-lihat vial tersebut, kemudian tanpa diduga Fretlen memegang dagu Slatanis dan langsung membuka mulutnya.
“Tunggu! Saudara! Apa yang ingin anda lakukan?”tanya Rodrik sambil memegang tangan Fretlen.
“Saudara Rodrik … jangan membuatku mengatakannya lagi,” ucap Fretlen menatap Rodrik dengan intense.
Rodrik pun langsung ragu sambil terus menoleh ke arah keduanya secara bergantian.
“Saudara Rodrik? Maukah anda melepaskan tangan saya?” Sekali lagi Fretlen berkata. “Ini hanyalah untuk jaga-jaga, saya tidak mau dia tiba-tiba sembuh dan malah membunuh kita semua. Anda sudah lihat seberapa kuat dirinya bukan?”
‘Jangan jangan jangan! Tolong jangan!’ Pikir Slatanis sambil hanya bisa menatap dengan melas.
Rodrik kembali menatap Slatanis dengan empati, kemudian berbalik menatap Fretlen dengan rasa ragu.
“Baiklah,” ucap Rodrik sambil melepaskan genggamannya dengan berat hati.
Fretlen pun langsung menuangkan racun tersebut ke mulut Slatanis. Racun tersebut pun mengalir ke tenggorokan Slatanis tanpa perlawanan.
‘Tidak tidak tidak! Hentikan! Tolong siapapun!’ Slatanis Berteriak sekuat tenaga di dalam pikirannya sambil berusaha mengatakannya, sampai akhirnya matanya pun mulai menjadi berat dan akhirnya semua menjadi gelap.
‘Hen-ti-kan ....' pikirnya berusaha berucap.
**********
Bersambung ….
Prajurit Garnisun (n.) prajurit atau tentara yang ditempatkan di pos-pos tertentu, dan bertugas untuk melindungi pos mereka.
Garda (n.) Guard atau law reinforcement atau polisi. Tugas mereka adalah untuk mengayomi dan melindungi penduduk di tempat mereka ditugaskan, sekaligus bertugas untuk menegakkan hukum seperti menangkap pelaku kriminal dll.
Kesatria (n.) semacam prajurit namun dengan kemampuan individu yang tinggi. Mereka biasanya one man army dengan zirah yang hampir menutupi seluruh tubuh mereka. Para kesatria biasanya diambil dari kalangan bangsawan, kecuali kesatria yang berada di ordo-ordo tertentu. Seperti paladin dan templar.
Kesatria tanpa tuan (n.) seorang kesatria dituntut untuk bersumpah setia kepada tuan atau nyonya mereka. Namun berbeda dengan kesatria tanpa tuan yang tidak beraliansi dengan siapapun. Mereka biasanya sering berpetualang mencari pengalaman di luar, seperti menangkap bandit dan melawan monster. Meskipun begitu, kode Kekesatriaan (code of chivalry) mereka tidaklah pernah tanggal dari diri mereka.
Code of Chivalry (n.) yakni sebuah kode dan sumpah yang dibuat semenjak masa koronasi mereka yang isinya adalah : selalu melindungi yang lemah dan menumpas yang jahat, selalu lemah lembut dalam bertutur kata dan berperilaku sopan, tidak pernah menunjukkan sikap keras kepada yang lemah dan rela berkorban demi tuan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
SDull
mantap thor perubahan alur ceritanya, jadi lebih seru
2022-12-22
1