Tamu undangan yang semakin banyak membuat pesta pernikahan outdoor itu semakin meriah saja. Banyak sekali teman-teman kerja Hamid yang dulu datang untuk memberikan doa restu. Sama halnya dengan Lisa, Hamid juga orang yang sangat baik dan suka menolong, maka tak heran yang datang ke pesta pernikahannya sangat banyak.
"Pak, kok tamu undangan Hamid dan Marni banyak banget?" tanya Ayu pada Hasan. Kini mereka sedang duduk sambil menyantap makanan.
"Halah, palingan juga karena kasihan, Bu, mereka kan miskin. Pasti yang ngasih nggak jauh beda sama kita. Atau mungkin ada yang kasih sepuluh ribu," sahut Hasan.
"Bener juga, ya, Pak. Mereka kan miskin, memang pantes dikasihani," ucap Ayu sambil memasang wajah tidak sukanya.
Tak berselang lama, pasangan suami istri yang diketahui datang dari luar kota, duduk di depan mereka. Terlihat suami istri itu sesekali tertawa dan memuji Lisa yang terlihat sangat cantik.
"Lisa cantik, ya, Pak. Sayang, anak kita masih kuliah, kalau nggak, pasti udah Ibu jodohin sama Lisa," ucap si ibu.
"Iya, Bu, dari dulu Bapak sering bilang sama Hamid supaya anaknya jangan dinikahkan dulu, biar berhodoh sama Evan, tapi apa mau dikata, jodoh sudah diatur," sahut si bapak.
Ayu menepuk pundak si ibu hingga ia menoleh.
"Eh, Bu, masih kenal saya nggak?" tanya Ayu sok akrab.
"Oh, kakak iparnya Hamid sama Marni, ya, ingat, apa kabar?" tanya si ibu dengan senyum ramah.
"Baik, Bu. Wah Bapak dan Ibu datang jauh-jauh dari luar kota, pasti capek, ya. Maaf, ya, Hamid emang suka gitu, agak ngerepotin kalau bikin hajatan," ucap Ayu sambil tertawa.
"Nggak papa, Bu, saya dan suami juga seneng datang ke sini. Memberi doa restu sekaligus silaturahmi," ucap si ibu yang masih menghadap belakang.
"Iya, Bu, tapi kan pasti capek juga datang jauh-jauh, kan? Sampai sini pun hidangan hanya seperti ini, seadanya." Ayu mencoba memprovokasi lagi.
Si Ibu mengerti maksud dari Ayu, ia juga sudah tahu bahwa Hamid dan Hasan memang tidak cocok.
"Saya datang ke sini bukan untuk makanan, saya hanya ingin melihat Lisa dan juga teman kami." Tersenyum, mencoba membuat Ayu diam.
"Ya tetap aja bikin repot, Bu."
"Saya nggak merasa direpotkan, kalau boleh saya katakan, saya ke sini karena saya sangat menyayangi Lisa, anak baik dan suka menolong, bukan anak malas yang sombong."
Setelah mengatakan hal itu, si ibu langsung membenarkan posisi duduknya. Ie kembali menyantap makanannya yang terjeda gara-gara Ayu.
Ayu kembali menyenderkan tubuhnya ke bangku. Ia terlihat kesal dengan ucapan si ibu tadi yang jelas sekali bahwa ia menyindir Mela yang terkenal sebagai gadis pemalas dan juga sombong.
"Bu, kado buat Lisa udah di kasih?" tanya si bapak yang tentu ucapannya kembali didengarkan oleh Ayu.
"Udah, Pak, tapi langsung Ibu taroh di dalam kamar Lisa. Habisnya berat dan besar, maklum, kan isinya televisi."
Mata Hasan dan Ayu membeliak saat mendengar ucapan pasangan suami istri itu. Televisi bukanlah barang yang murah.
"Amplop gimana, Pak? Udah Bapak masukin uangnya?" tanya si ibu.
"Udah, Bu, tapi Bapak nggak usah kasih nama, ya, Bapak nggak mau membebani Hamid kalau-kalau dia berpikir mau mulangin. Bapak udah masukin satu juta."
Mata Hamid dan Ayu kembali membeliak. Satu juta? Yang benar saja? Bahkan mereka mendapatkan amplop terbanyak berisi lima puluh ribu.
Merasa semakin panas, Hasan dan Ayu pun bergegas pergi ke tempat lain.
Sementara itu,,
"Mas, ayo dong jalan-jalan kok malah tidur." Mela terlihat menggoyangkan tubuh Rafli yang sedang tertidur lelap di kamar.
"Mas capek, Sayang. Tadi malah bergadang," ucap Rafli dengan suara parau khas orang bangun tidur.
"Kamu kan bergadang sambil main game." Mela terlihat sangat kesal.
"Ya maaf, Sayang, habisnya Mas bosan."
"Makanya biar nggak bosen kita jalan-jalan."
"Mas capek, Minggu depan deh. Emangnya kamu nggak kondangan ke tempat Lisa?"
"Males ah, nggak ada duit."
"Nggak ada duit kok jalan-jalan?"
"Ya sekedar numpang foto aja, biar keren."
"Ya ampun, Mel." Rafli mengusap wajahnya kasar. "Jangan kebiasaan deh, Mas nggak suka."
"Biarin aja, kamu sih nggak mau kasih uang sama aku dikit aja. Makan sehari-hari juga dari ibu. Gimana sih." Mela mulai menggerutu.
"Sabar, Sayang, ini demi pesta pernikahan mewah kita."
Mela menghela nafas berat, namun tiba-tiba, ia merasakan mual. Ia pun segera berlari ke kamar mandi dan bersuara khas orang hendak muntah. Sedangkan Rafli kembali memejamkan matanya di tengah bisingnya suara Mela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Rafli suami pemalas .....Mela hamil tu...
2024-04-10
0
pengayom
hohooo kobong kobong
2024-03-26
1
zahraky
Panasssss 🔥🔥
2024-03-10
0