Biang Gosip

Dan keesokan paginya, tersiar lah berita tentang hubungan Lisa dan Amar yang jelas menjadi topik hangat Bu Nina yang sedang membeli sayuran ke tukang sayur keliling. Berkumpulnya ibu-ibu yang berbelanja di sana, menjadi kesempatan emas untuk Bu Nina menyalurkan hobinya, yaitu mengurusi kehidupan orang apalagi yang sedang susah.

Selain Bu Nina dan tukang sayur, di sana juga ada Bu Dea, Bu Eva, dan Bu Lastri.

"Eh, Buk ibu, nggak nyangka, ya, Lisa anaknya Pak Hamid mau nikah sama Amar," ucap Bu Nina.

"Iya, sayang banget, ya, padahal Lisa itu anaknya rajin dan cantik, tapi kenapa mau sama Amar. Dia kan yatim piatu, terus cuma kuli bangunan, mana ada masa depannya." Bu Dea menimpali.

"Kenapa rezekinya jelek, ya. Nggak kayak sepupunya si Mela. Dia malah dapet manager," sahut Bu Lastri.

"Ya jelas dong, Bu ibu, Mela kan anak orang punya, jelas harus dapat jodoh yang mapan. Saya sempet bersyukur waktu Mela putus sama Amar, tapi ternyata malah sama Lisa," sahut Bu Nina.

"Apa jangan-jangan Mela putus sama Amar karena Lisa, ya?" Bu Eva bertanya.

"Bisa jadi, Bu. Aduh malang banget sih nasib Lisa. Udah dapet calon suami hasil ngerebut, eh malah yang miskin juga sama kayak dia. Saya feeling pasti hidup mereka sengsara. Kayak bapak ibunya, sejak dulu mana pernah tuh saya lihat punya mobil, sawah, atau barang-barang mahal." Bu Nina terlihat antusias bercerita.

"Meskipun saya sejak dulu nggak bisa beli barang-barang mewah, tapi Alhamdulillah, saya nggak punya hutang sepeserpun dan dimanapun."

Tiba-tiba Bu Marni datang dan membuat mereka menjadi kikuk. Kecuali Bu Nina yang terlihat masih belum puas kalau belum melihat orang lain kalah.

"Ibu nyindir saya?" tanya Bu Nina dengan nada agak meninggi.

"Saya nggak nyindir. Saya bicara kenyataan. Kalian nggak perlu menjadikan Lisa sebagai objek gosip kalian. Pikirkan saja anak-anak kalian, apa sudah benar atau belum kalian mendidiknya?" Bu Marni melangkah ke dekat gerobak tukang sayur. "Bang, cabenya sekilo."

Tukang sayur mengangguk lalu menimbang cabe yang dipesan Bu Marni.

"Bu Marni ini, kok kayaknya sensian terus? Apa kalah malu ya sama Pak Hasan dan Bu Ayu. Mereka punya menantu manager, sedangkan calon mantu Ibu hanya kuli bangunan." Bu Nina masih tidak mau kalah.

"Oh ya, Bu Nina, saya dengar Dira, anak Ibu sudah lahiran ya, seminggu yang lalu?" tanya Bu Marni.

Bu Nina terlihat gugup.

"Kalau saya hitung, Dira nikahnya kan baru lima bulan, kok udah lahiran, ya? Jangan bilang deh nikah siri duluan, alasan klasik," ucap Bu Marni. "Bang, sama tomat sekilo, bawang merah setengah kilo, terus ikannya sekilo, ya."

"Heh, Bu Marni, udahlah jangan mengalihkan pembicaraan supaya berita Lisa dan Amar nggak naik ke permukaan. Semua orang juga udah tau kalau Lisa mau nikah sama Amar. Kan saya bilang apa adanya, udah miskin, ketemu orang miskin, sengsara dong."

"Bu Nina, kita nggak boleh menjengkali hidup orang. Mungkin hari ini ibu menghina Amar, namun mungkin suatu hari nanti, ibu butuh bantuan Amar ataupun Lisa."

"Bantuan apa? Oh iya, mungkin nanti saya akan minta bantuan Lisa untuk jadi pembantu saya. Dan Amar menjadi kuli ketika saya renovasi rumah." Bu Nina masih mengotot, sedangkan ibu-ibu yang lain hanya mendengarkan perdebatan sengit mereka.

"Bang total berapa?" tanya Bu Marni.

Setelah tukang sayur menyebutkan nominalnya, Bu Marni langsung membayar.

"Bu Nina, jangan bermimpi terlalu tinggi. Ibu uang darimana mau renovasi rumah atau menggaji Lisa? Ibu sendiri kan punya hutang di bank dengan agunan rumah. Oh ya, barang-barang di dalam rumah ibu juga kan hasil kreditan, awas ditarik kalau nggak bisa bayar, nanti malu. Dan satu lagi buat kalian semua. Jangan keseringan ngutang sama kang sayur, nggak modal banget, malu-maluin. Masa kalah sama saya yang miskin ini."

Setelah mengatakan hal itu, Marni pun langsung pergi meninggalkan Bu Nina yang kebakaran jenggot.

"Benar kata Bu Marni, coba ibu-ibu semua bayar hutangnya, jadi nggak nyusahin saya buat jualan terus," ucap kang sayur.

"Berisik banget sih, Bang. Nih saya bayar." Bu Nina meninggalkan uang seratus ribu dan pergi begitu saja.

"Bu, makasih, ya, hutangnya masih delapan puluh ribu lagi," teriak kang sayur yang membuat Bu Nina semakin emosi.

"Nah, ibu ibu yang lain, kapan nih bayar hutang?" Kang sayur menoleh ke arah Bu Dea, Eva, dan Lastri.

"Eh, besok ya, Bang."

Serentak mereka pun pergi meninggalkan kang sayur yang hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Dasar manusia jaman sekarang. Suka menceritakan keburukan orang lain, tapi lupa berkaca pada diri sendiri."

Terpopuler

Comments

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

mantap bu Marni👍🏻

2024-06-04

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

mereka buruk² kan Amar dan Lisa.... tunggu masa kebangkitan mereka....

2024-04-10

0

pengayom

pengayom

hohhoooo

2024-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!