Sembunyi

Sementara itu, Mela terus saja menelepon Rafli yang tak kunjung kembali setelah menerima telepon tadi.

Beberapa kali ia menelepon, namun tak ada satupun jawaban. Membuatnya merasa sangat khawatir karena takut suaminya dilirik wanita lain. Maklum saja, Rafli kan manajer, pasti banyak yang mau, begitu pikirnya.

"Duh, Mas Rafli kemana, sih, makanan udah keburu dingin gini!" gerutu Mela kesal.

Ting, tiba-tiba ada pesan masuk dari Rafli.

[Maaf, Sayang, Mas ada panggilan mendadak dari bos, kamu makan aja duluan, terus pulang naik angkot, ya, Mas masih lama.]

[Ya ampun, Mas, bilang dong dari tadi. Ya udah, kamu hati-hati, ya. Jangan pulang kemaleman.]

[Oke, Sayang.]

Mela menggelengkan kepalanya. "Mas Rafli, Mas Rafli. Ternyata lagi kerja toh. Ya beginilah kalau punya suami manager, pasti super sibuk, sampai lagi cuti pun dipanggil kerja. Ya udah, deh, sebagian nanti aku bungkus aja, bawa pulang."

Mela langsung memakan makanan yang ia pesan.

Selesai makan, ia meminta pelayan membungkus makanannya untuk dibawa pulang. Sayang juga, kan? Makanan mahal kalau dibiarkan, begitu pikirnya.

***

Sebuah taksi berhenti di depan rumah Mela. Mela pun turun dengan paper bag berisi barang-barang belanjaannya tadi.

Rumahnya sudah tampak sepi, sepertinya, orang-orang yang ikut bantu beres-beres sudah pulang.

Mela memasuki rumah dengan lenggak lenggok orang sombong. Itu karena beberapa tetangga sedang memperhatikannya sejak turun dari taksi. Ia bahkan menenteng paper bag dengan begitu anggunnya.

Setelah masuk ke dalam rumah, Mela melihat kedua orang tuanya sedang menulisi nama-nama pengirim amplop dan juga hadiah di pesta pernikahan kemarin.

"Pak, Buk, ngapain ditulis, bikin capek apa," ucap Mela seraya mendudukkan dirinya ke atas sofa dekat orang tuanya.

"Mel, uang hasil pesta kemarin nggak balik modal, cuma dapat tiga puluh juta," ucap Ayu.

"Kok dikit, Buk, kan yang dateng banyak?" tanya Mela.

"Banyak, tapi isi amplopnya nggak banyak."

"Pelit banget, sih orang-orang di sini." Mela mendengkus kesal.

"Ya mau gimana lagi, Mel, ibumu ini jarang pergi kondangan, jadi pada nggak mau kasih amplop yang banyak." Hasan menimpali.

"Temen aku juga ngasihnya dikit banget, Buk, padahal akrab, aku jadi nyesel kasih hidangan mewah kemarin."

"Makanya, Mel, kapan Rafli mau ganti uang Bapak dan Ibu. Kalau sawahnya tinggal sebagian, penghasilan bulanan nggak akan sebanyak dulu." Hasan memegangi kepalanya.

"Bapak sama Ibu tenang aja, kata Mas Rafli, nanti pas orang tuanya pulang dari luar negeri, dia mau ganti semuanya. Terus Mela akan diajak tinggal di rumah mewahnya. Kami juga bakalan menggelar pesta mewah. Makanya, gaji Mas Rafli jangan diganggu dulu. Buat ngumpulin sampai hari H. Tabungannya juga udah diinvestasikan, nanti begitu hasilnya keluar, aku bakalan minta Mas Rafli beliin kita mobil," ucap Mela bersemangat.

"Wah, beneran, Mel? Ya udah Ibu tunggu janjinya. Makanya kamu harus mulai belajar masak, biar suamimu makin semangat kerjanya," ujar Ayu.

"Iya ,buk, ya udah aku mau ke kamar dulu. Mau coba baju-baju baru aku." Mela bergegas pergi ke kamar dengan senyum riang di wajahnya.

Sementara itu, Rafli masih berada di tempat persembunyiannya sampai malam tiba. Ia akan pulang ketika hari sudah gelap, dengan begitu, tidak akan ada rentenir yang akan mengenalinya dalam kegelapan.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Rafli takut kebusukan nya terbongkar...

2024-04-10

0

pengayom

pengayom

kara orang jawa bilang, ojo pilih pilih temu pas ditebang dapat yang bongkeng

2024-03-26

0

TATI PUTRISOLO

TATI PUTRISOLO

nahlo..... ketipu kan mknya jgn sombong jd manusia hahaaaa

2024-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!