7. Sakit.

"Siapa nama sahabatmu itu?" tanya Bang Galar setelah selesai menjenguk adik iparnya.

"Apa sih Bang. Biar saja. dia sudah menikah." jawab Niken.

"Kalau kamu memang sudah mengikhlaskan semua.. lalu kenapa kamu masih berniat bunuh diri???" tegur Bang Giras.

Papa Huda sudah lebih menekan emosinya, dua putranya sudah cukup mewakili garangnya seorang Huda, terutama Giras yang memiliki sifat tanpa ampun.

Niken terdiam. Masih terbayang wajah Bang Rey tapi ia menepis dari benaknya, pria itu tidak akan pernah menjadi miliknya.

"Jangan tanya lagi Bang, Niken sedang berusaha melupakan semuanya."

....

Bang Rey duduk menyendiri di belakang teras rumahnya, kepalanya terus berputar tak hentinya memikirkan Niken.

"Abang mikir apa?" tegur Anne.

"Nggak ada, Abang hanya kasihan sama Niken. Sejak kecil Abang sudah mengenalnya. Melihat dia menangis seperti itu rasanya hati Abang tidak tega. Dia juga seperti adik khan buat Abang."

"Bisakah Abang melupakan Niken. Abang kha sudah punya Anne" rengek Anne kemudian memeluk Bang Rey.

Bang Rey menyadari pasti saat ini istrinya sedang cemburu dan itu merupakan hal yang wajar. Ia pun memendam sendiri perasaannya agar Anne tak tau isi hatinya yang terdalam.

"Bang, Anne ngantuk" kata Anne sembari tangannya bermain cantik di dada bidang Bang Rey.

"Ngantuk apa ngantuuukk???" ledek Bang Rey. Bang Rey tau istrinya tersipu malu. Melihat sang istri mengajaknya kembali bercinta, suami mana yang sanggup menolak ajakan istri. Bang Rey pun membawa Anne ke dalam kamar.

\=\=\=

Bang Giras mondar-mandir di depan kamar. Sejak kejadian itu, Bang Giras sungguh berusaha menahan diri untuk tidak berdekatan dengan Nadine. Tapi di hari ke dua puluh dua ini batinnya sungguh tersiksa. Ia sangat merindukan hangatnya derita ranjang, menginginkan suara desah manja Nadine dan sikap manja khas seorang wanita.

'Kenapa Nadine nggak memintanya dariku, apa aku kasar? atau tidak enak? atau dia masih ingat mantan pacarnya?' ucapnya membatin

Pintu kamar terbuka, Nadine melihat Bang Giras berjalan kesana kemari seperti setrika.

"Mas kenapa mondar-mandir, mau masuk ke kamar?" tanya Nadine.

"Ehmm.. Mas mau ambil seragam loreng untuk besok" jawab Bang Giras.

"Ya sudah, ambil saja" kata Nadine kemudian melenggang santai sembari membawa bolpoin di tangannya, sejak tadi ia hanya berkutat dengan tugas-tugas di kampus.

"Tunggu..!!!" Bang Giras meraih tangan Nadine. Sungguh ia sudah kelabakan, ubun-ubun nya sudah memanas menahan rindu, tubuhnya menegang dan terhimpit meminta pertolongan.

"Apa Mas?" Nadine menatap kedua bola mata sayu Bang Giras.

"Mas..... la_par" entah kenapa kata lapar yang keluar dari bibir pria itu. Ingin mengatakan A tapi keluar B.

"Mas mau makan apa? Mas khan tau Nadine nggak bisa masak" kata Nadine.

"Kita beli sate di depan Batalyon yuk..!!" ajak Bang Giras.

Nadine mengangguk menurut.

:

"Hhhkkk.." Nadine meremas perutnya juga meremas pinggang Bang Giras.

"Kamu kenapa dek?"

"Nggak tau Mas, Nadine nggak suka bau nasi ini" keringat dingin memenuhi wajah Nadine sampai tidak sadar menyandarkan keningnya pada bahu Bang Giras.

"Oya?? Jadi seharian ini kamu makan apa?"

"Apa saja asal jangan nasi"

"Ya sudah lah, satenya di bungkus saja. Mas makan di rumah" kata Bang Giras.

"Mas makan saja, Nadine tunggu di luar"

"Nggak, biar di bungkus saja." Bang Giras meminta bapak penjual sate untuk membungkus satenya plus tiga lontong untuk mengisi lambungnya yang punya enam kotak brangkas.

***

"Bang coba lihat ini..!!" kata Anne membawa benda kecil untuk Bang Rey.

"Apa ini?" Bang Rey menerimanya kemudian melihatnya baik-baik. "Garis dua.. kamu hamil dek???"

Anne mengangguk dengan senyumnya.

"Alhamdulillah.. Abang senang sekali dek." Bang Rey memeluk dan menciumi wajah Anne dengan sayang. Wajahnya terlihat berbinar bahagia.

//

"Hhhkk.." Nadine kembali mual saat mengambilkan Bang Giras nasi untuk sarapan Bang Giras sebelum berangkat kerja. "Maaf Mas..!!" Nadine berlari ke wastafel dan mulai memuntahkan isi perutnya.

Bang Giras menghampiri Nadine kemudian memijat tengkuk istrinya itu.

"Ayo Abang kerokin saja. Pasti masuk angin"

Nadine mengangguk karena memang merasakan tidak enak badan.

Bang Giras mengambil ponselnya.

"Ijin Abang, saya nggak ikut apel pagi. Istri sakit..!!" alasan Bang Giras.

:

Baru setengah jalan pekerjaan Bang Giras, jantungnya sudah berdesir tak karuan. Punggung Nadine membuatnya kembali tak tenang.

"Dek.. balik badan..!!" pinta Bang Giras.

Nadine menurut sambil menarik selimutnya menutup tubuhnya sebatas dada.

"Mas Gi kenapa?" tanya Nadine melihat wajah Bang Giras tidak seperti biasanya.

"Apa kamu nggak kangen di sayang Mas Gi seperti waktu itu?" tanya Bang Giras.

"Mas kok tanyanya begitu?" pipi Nadine memerah tak menyangka suaminya akan bertanya hal itu padanya.

"Suami istri khan wajar melakukannya. Kamu nggak pernah minta apa kamu nggak kangen sama Mas Gi?"

Nadine mengalihkan pandangan dan memalingkan wajah tak sanggup menatap wajah Bang Giras. Ia pun rindu tapi tidak berani mengatakannya.

"Kalau memang rindu ya katakan saja, jangan di tahan. Mas malah senang kalau kamu memintanya dari Mas" kata Bang Giras kemudian perlahan menindih Nadine dan mengecup bibirnya.

"Kalau Mas Gi, rindu nggak sama Nadine?"

"Setengah mati rindu kamu" Bang Giras ******* bibir manis Nadine. Kali ini kesadarannya utuh, tak ada lagi bayang Anne ataupun Rachel dalam pikirannya. Ia hanya menginginkan pelepasan bersama Nadine.

-_-_-_-

"Segar sekali bro. Siang bolong begini.. mengkilat amat rambutmu" ledek Bang Rey usai mengarahkan anggotanya.

"Habis nyenengin istri tipis-tipis" jawab Bang Giras dengan senyum nakalnya.

"Dasar.. nggak bisa kesenggol dikit lu" Bang Rey tertawa menanggapi Bang Giras. Hatinya masih berbunga-bunga.

"Ngomong-ngomong senyum aja lu dari tadi"

"Anne hamil, gimana gue nggak senang" jawab Bang Rey.

Bang Giras cukup kaget, tapi hatinya tidak sesakit sebelumnya.. bahkan jauh di lubuk hatinya menginginkan Nadine bisa segera mengandung buah hatinya.

"Selamat bro, mudah-mudahan Nadine mau aku bujuk untuk hamil, sebenarnya nggak tega juga minta Nadine hamil sekarang.. tapi gimana ya.... kadang pengen juga gendong anak" Bang Giras ikut tertawa sendiri merasakan dirinya.

"Do'a terbaik aja buatmu bro" kata Bang Rey.

...

"Begini saja ya penataannya dek..!!" kata Bu Danyon mengarahkan Nadine di kebun toga belakang Batalyon.

"Baik mbak, nanti saya tata ulang" jawab Nadine.

"Kamu sakit dek? Kalau sakit jangan bantu bereskan taman deh. Mbak takut suamimu marah. Om Giras khan galak banget" ucap Bu Danyon.

"Ijin Mbak, Nggak apa-apa. Aku sehat aja kok" jawab Nadine.

Tak lama Bang Rey datang bersama anggotanya membawa nasi kotak, Bang Giras pun ikut di belakangnya.

"Makan dulu ibu-ibu..!!" sapa Bang Rey.

"Istirahat dulu Bu, nanti kami bantu menata tamannya..!!" imbuh Bang Giras.

"Waah.. ini nasi ayam kremes warung pojok ya Om?" tanya Bu Danyon kemudian membuka nasi kotak tersebut.

"Iya mbak" jawab Bang Giras.

"Hhkkkk.. Mas Gi..!!" Nadine berpegangan pada penyangga pohon anggur yang tidak mungkin bisa menopang tubuhnya.

"Eeehh.. mual lagi dek??" tanya Bang Giras secepatnya menghampiri Nadine.

Nadine berpegangan pada Bang Giras, kepalanya terasa berat, nafasnya sesak, pandangannya kabur. "Nadine nggak suka bau nasi..!!"

"Lho om, dek Nadine kenapa?" tanya Bu Danyon bingung.

"Saya juga nggak tau mbak, setiap bau nasi ya begini ini"

bruugghh..

"Bu Giraass..!!!!" pekik ibu-ibu disana.

"Astagfirullah.. dek..!!!!" Bang Giras kaget dan panik melihat Nadine tumbang ke arahnya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

jatuh Nadine

2022-11-13

2

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

lanjuuut

2022-11-11

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

ngelunjak deh si anne

2022-11-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!