4. Niat tulus.

Bang Giras meringkuk tidur di kursi saat Bang Rey datang di waktu subuh.

"Gi.. kenapa tidur di luar??" Bang Rey membangunkan Bang Giras. "Ya ampun Gi, demam mu semakin tinggi saja" Bang Rey memapah Bang Giras sampai ke kamarnya.

:

"Astagfirullah hal adzim.. Nadiiiine..!!!!!!" Bang Rey membentak adiknya karena tidur di ranjang Bang Giras dengan keadaan sangat menyilaukan mata. Niatnya mengambil pakaian Giras yang basah terkena keringat tapi malah harus menemukan adiknya dengan keadaan begitu seksi.

Nadine membuka mata perlahan kemudian menatap wajah Abangnya yang penuh dengan amarah.

"Mas Gi dimana Bang?" tanya Nadine.

"Mas Giii??? Sejak kapan kamu panggil teman-teman Abang dengan sapaan Mas???" suara Bang Rey masih meninggi.

"Nadine sudah berpikir, mau menikah sama Mas Gi"

"Heehh sadar kamu Nadine..!! Ngelindur kamu ya?? Semalam di apakan saja kamu sama Giras??????" kepala Bang Rey rasanya mau pecah tak sanggup membayangkan apa yang terjadi pada adiknya dan Giras semalam.

-_-_-_-_-

"B******n kau Gi..!!!!!" bentak Bang Rey.

Papa Leo yang baru saja datang mencekal tangan putranya yang hendak menghajar Bang Giras. "Kamu duduk dulu Rey, dengarkan penjelasan Giras"

"Sejak Nadine datang memang sudah berpenampilan seperti itu" kata Bang Giras dengan tenang.

"Benar itu dek?" tanya Papa Leo juga mengintrogasi putrinya.

"Iya Pa"

"Lalu semalam Giras tidur dimana?" tanya Papa Leo lagi.

"Sepertinya Mas Gi tidur di kamar ini juga Pa" jawab Nadine dengan polosnya.

"Pantas saja kamu bilang mau menikah dengan Giras, ternyata kalian sudah paku tanam disini..!!" Bang Rey tak bisa membendung amarahnya.

"Sabar dulu Rey, diaam..!!!" Papa Leo kemudian menghubungi seseorang.

~

"Kita rencana berbesan malah anak kita mendekat sendiri."

"Jadi maksudmu bagaimana Leo?? Giras meniduri Nadine atau bagaimana?????" Papa Huda ikut tersulut emosi karena ulah sang putra yang tiada habisnya.

"Kurasa begitu Da." Papa Leo kemudian terduduk lemas tak menyangka putri kecilnya sanggup berbuat di luar batas karena ia meyakini sang putri sangat polos, dirinya pun membatasi ruang gerak Nadine.

"Nikahkan mereka leo. Saya kesana sekarang..!!"

-_-_-_-_-

"Demi Tuhan, demi wanita yang pernah melahirkan saya ke dunia.. tidak seujung kuku pun saya menyentuh Nadine. saya punya kakak dan adik perempuan yang saya jaga baik-baik agar tidak tersentuh pria manapun yang tidak halal baginya. Saya menyadari kekurangan saya, kelakuan saya yang terkadang di luar batas tapi demi Allah saya tidak pernah menitipkan bagian diri saya pada wanita manapun kecuali nanti dia telah berstatus sebagai istri saya."

Papa Leo menatap Bang Giras dengan tajam. Ketegasan pria ini menyerupai sang Papa. Ia tau tak salah pilih menantu tapi saat ini hal riskan sudah terjadi, Nadine pun masih sangat kecil untuk di nikahkan.

"Saya membawa Nadine kesini agar dia bisa melanjutkan kuliah sampai usianya tepat saat kami berencana menyatukan kalian berdua, tapi sebagai seorang ayah.. saya punya rasa takut tersendiri"

"Saya paham Om. Jika memang harus menikah.. saya siap" Jawab Bang Giras.

Papa Leo menoleh menatap Papa Huda. "Piye bro..?"

"Kalau kamu ikhlas ya lakukan saja" kata Papa Huda kemudian beralih menatap Bang Giras. "Menaikan status seorang wanita bukan perkara mudah. Papa tidak mau atas pikiranmu yang tidak panjang lantas kamu hanya membuat tangisan istrimu. Istrimu adalah pilihanmu, belahan jiwamu, cinta hidup dan mati mu"

Hati Bang Giras masih menyimpan nama Anne dalam hatinya, gadis cantik yang ia cintai pada pandangan pertama, tapi ia pun mengharapkan persahabatan yang kekal antara dirinya dan Rey. "Saya paham Pa. Saya pasrahkan diri saya sepenuhnya untuk mencintai dan menyayangi Nadine seumur hidup saya"

...

"Mulai sekarang kamu harus nurut sama Mas Gi. Mas Gi sudah jadi suamimu. Jangan membuat masalah dan berusaha jadi istri yang baik untuk suamimu..!!" pesan Papa Leo untuk putri bungsunya.

"Sebenarnya Giras gampang-gampang susah menanganinya. Asal kamu tau cara meluluhkan hatinya, dia pasti anteng di tanganmu. Mudah-mudahan kamu dan Giras bahagia." ada hati seorang Abang yang tidak tega melihat adik kesayangannya harus menikah secepat ini

Tak ada jawaban dari bibir Nadine. Hanya tangisan yang mengungkapkan perasaannya. Ia bersandar di kedua paha Bang Rey. "Nadine takut nggak bisa jadi istri yang baik. Nadine nggak bisa masak, nggak tau bagaimana caranya menyenangkan suami"

Tangan Bang Rey mengusap air mata Nadine. "Nanti pengalaman akan mengajarkanmu banyak hal. Manusia terlahir tidak lantas langsung berjalan, dia akan merangkak untuk bisa berdiri kemudian berjalan.. begitu juga rumah tangga. Jika imam mu mampu mengarahkan pada hal baik, rumah tangga mu akan tenang" kata Bang Rey kemudian melirik Bang Giras. "Aku titip adik ku. Sempat kamu menyakitinya.. lupakan bahwa kita pernah menangis dan berdarah bersama" ancam Bang Rey.

"Aku mengerti. Insya Allah aku akan menjaganya baik-baik" jawab Bang Giras.

...

Siang itu Bang Giras membawa Nadine ke kontrakan barunya. Tidak mungkin bagi dirinya untuk membawa Nadine ke Mess karena statusnya masih melajang.

"Kamu bisa sabar khan dek. Abang akan urus status kita secepatnya" kata Bang Giras memulai percakapan di antara mereka.

Nadine mengangguk, ia menyetujui pernikahan ini tapi masih setengah hati menerima Bang Giras dalam hidupnya. "Mas, besok Nadine mau daftar kuliah. Apa boleh?" tanya Nadine.

"Boleh..!! Kamu mau ambil jurusan apa?"

"Otomotif" jawab Nadine.

"Haaahh.. kamu perempuan mau ambil jurusan yang biasa di pegang laki-laki????" Bang Giras hampir tidak percaya dengan pendengarannya.

"Emansipasi wanita donk Mas, jangankan mesin. Instalasi listrik saja Nadine paham" kata Nadine dengan nada meyakinkan.

Bang Giras mengangguk meskipun batinnya tidak yakin sedikitpun dengan gadis cantik yang kini sudah menjadi istrinya. "Ya sudah tolong ambilkan tang di kotak perkakas punya Mas. Ada di depan tuh..!!" pinta Bang Giras.

Nadine pun berjalan menuju kotak si depan pintu ruang tamu dan mengambil salah satu alat di antaranya.

"Ini Mas"

Mata Bang Giras melirik Nadine. "Mas tadi bilang apa dek??"

"Tang"

"Lalu ini apa??" tanya Bang Giras lagi sembari menunjukan benda di tangannya.

"Tang..!!"

"Ini nih yang buat Mas curiga. Ambil alat saja salah. Bisa-bisa sampai di asrama kamu malah meledakan rumah kita. Ini namanya obeng. Tang yang itu" tunjuk Bang Giras.

"Apa namanya sudah berubah?" tanya Nadine.

"Kamu yang nggak paham dek. Sudahlah jangan ambil jurusan otomotif.. tata boga saja..!!" kata Bang Giras.

"Iihh.. Nggak mau Maas. Nadine nggak suka dekat dengan gas" rengek Nadine karena memang dirinya tidak terlalu akrab dengan kompor.

"Kalau di gas sama Mas Gi mau nggak?" canda Bang Giras.

"Mas Gi juga kuliah jurusan otomotif??" Tanya Nadine dengan lugunya.

"Nggak, Mas cuma suka sama bagian engkol mesin" jawab Bang Giras dengan santai sembari menahan tawa gemas sendiri melihat ekspresi wajah polos Nadine.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Bu Fitri

Bu Fitri

Ya Allah mbak Nara ku temukan lagi kisah novelmu yg lain tentang persahabatan, semangat Mbak Nara memang semua cerita novelmu tak kan lekang oleh waktu, salam sehat selalu🙏🙏👍🏼🌹

2022-12-26

1

Karmila

Karmila

siapa ya yg dulu juga ambil jurusan mesin...bisa bongkar motor tapi ga bisa balikin lagi🤔🤔🤔

2022-11-25

1

Any Anthong

Any Anthong

engkol nya tumpul kah bang gi 😁😁😁

2022-11-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!