Jam menunjukkan pukul 7 pagi Rizal belum juga pulang dari rumah ibunya. Lisa hanya menghela nafas berat, jika di telpon juga pasti akan marah-marah akhirnya Lisa mengurungkan niatnya untuk menelpon suaminya.
Lisa pagi ini sarapan berdua dengan Tiara biarpun pagi ini hanya lalu tempe dan naget ayam itu juga hanya 2 biji untuk Tiara. Ayam yang di belikan oleh Ipah juga sudah habis karena sudah di masak oleh Lisa dan di makan oleh Tiara dan dirinya dengan lahap.
Setelah selesai sarapan Lisa mengajak Tiara menonton televisi.
"Mama, sepatu Tiara sudah sempit, beliin yang baru dong Ma!" pinta Tiara dengan nada lembut.
Lisa terdiam, ia mengingat uang yang ada di dalam dompetnya hanya tinggal 15 ribu saja dan ini masih Jum'at. "Sabar ya Nak! Mama nanti akan cari uang untuk membeli sepatu baru buat kamu," batin Lisa dalam hatinya.
"Iya, tunggu Mama ada uang ya Nak!" titah Lisa dengan nada lembut.
Rizal yang baru saja pulang, ia langsung masuk rumah begitu saja bahkan tidak mengucapkan salam sama sekali. Dasar tidak punya akhlak.
"Mama, itu ada Papa. Tiara minta sama Papa ya Ma," kata Tiara antusias. Lisa tidak bisa mencegah Tiara karena Tiara sudah berlari ke papanya.
"Papa...!!" seru Tiara terdengar suaranya sangat bahagia saat melihat papanya pulang.
"Apa sih berisik sekali," sentak Rizal dengan tatapan tajam membuat Tiara takut dan langsung menundukkan kepalanya tak berani melihat sorot mata papanya.
"Papa sepatu Tiara sudah sempit, belikan Tiara sepatu baru Pa!" dengan nada takut Tiara mencoba mengatakan kepada papanya akan keinginannya.
Rizal duduk di kursi yang ada di ruang tengah, ia kembali menatap Tiara tapi kali ini tatapannya cuek.
"Sudahlah jangan banyak mau Tiara! Beban papa banyak, lagian papa juga tidak ada uang," jawabnya dengan nada cuek.
Padahal beberapa hari lalu Rizal mengajak Mona ke toko perhiasan untuk membeli cincin yang Mona inginkan, tapi di saat anaknya minta sepatu hanya dapat bentakan saja.
Tiara mengangguk paham, biarpun hatinya merasa sedih tapi Tiara tidak apa-apa. Ia berlalu pergi dari hadapan Rizal, dengan langkah pelan Tiara masuk ke dalam kamarnya.
Biarpun Tiara baru 5 tahun tapi Tiara sudah cukup pintar, mungkin karena keadaan yang membuat ia harus mengerti kondisi kedua orang tuanya.
Lisa yang dari tadi hanya diam, ia beranjak dari tempat duduknya lalu menyusul Tiara masuk ke dalam kamarnya.
Melihat Tiara duduk di atas ranjang sambil menangis rasanya hati Lisa seperti diiris-iris, malangnya nasib anakku. Mas kamu tega sekali, kamu boleh berbuat tidak baik dan jahat padaku tapi jangan kepada anakmu.
"Mama," lirihnya dan Lisa langsung memeluk Tiara dengan penuh kasih sayang.
"Nak, nanti Mama belikan sepatu baru buat kamu tapi kamu tidak boleh sedih lagi," hibur Lisa di sela-sela pelukannya.
"Iya Ma, maafin Tiara. Tadi kirain Tiara, Papa bakal beliin sepatunya tapi ternyata Papa malah kesal pada Tiara," dengan polosnya bocah kecil itu minta maaf di pelukan Lisa. Hati Lisa begitu tersayat dan rasanya marah sekali kepada suaminya.
"Tidak apa-apa Nak, sudah kamu istirahat saja ya!" titah Lisa, Tiara membaringkan tubuhnya di atas kasur dan ia memilih untuk tidur.
Lisa keluar dari dalam kamar Tiara, ia berjalan ke ruang tengah, lalu mengecek ponselnya, saat Lisa melihat penghasilan novelnya hari ini sungguh ia sangat bersyukur sekali karena pembacanya naik dratis dan ia mendapatkan 500 ribu pembaca dalam satu hari. "Allahamdulilah, ini rejeki Tiara. Saat aku gajian novel aku bisa belikan sepatu untuk Kiara, lalu sisanya bisa aku tabung dan aku gunakan untuk keperluan aku dan Tiara juga," batin Lisa dalam hati.
"Lis, buatkan aku kopi!" suruh Rizal dengan nada kasar.
Lisa mengangguk, ia ke dapur untuk membuatkan kopi untuk suaminya. Setelah beberapa lama Lisa kembali dengan secangkir kopi hitam di tangannya.
Lisa menaruhnya di meja kecil dekat suaminya duduk, Rizal langsung meraih secangkir kopi itu dari atas meja lalu menyeruputnya dengan nikmat.
"Kami tidak tanya aku darimana?" sindir Rizal, biasanya Lisa sudah bawel ini tumben hanya diam saja.
"Kan kamu menginap di rumah ibu," sahutnya dengan cuek..
"Kamu tidak marah, aku tidak membelikan sepatu untuk Tiara?" tanya Rizal, ia cukup heran dengan sikap Lisa pagi ini yang lebih banyak diam dan cuek.
"Tidak, kan kamu tidak punya uang. Lisa kan bukan Lita atau Ibu yang keluargamu Mas. Tiara dan aku hanyalah orang lain bagimu, maaf kalau anakku sudah merepotkanmu," jawab Lisa yang begitu santai tidak seperti biasanya naik pitam.
"Baguslah kalau kalian sadar," cetus Rizal dengan nada agak tinggi.
Laki-laki macam apa Rizal ini? Anak dan istrinya hanya di anggap orang lain baginya. Lalu untuk apa dia menikahi Lisa? Jika hanya untuk di sakiti hati dan perasaannya.
"Oh iya, kamu tumben tidak ribut masalah jatah uang lagi?" Rizal lagi-lagi heran kepada Lisa.
"Ribut juga tetap 50 ribu satu minggu tidak akan ada yang berubah. Mungkin jika Lita yang minta di belikan sepatu kamu juga akan langsung berangkat beli," sindir Lisa secara halus.
Dalam hati Rizal, Lisa sekarang sudah mulai berani, dasar wanita sok kuat. Dia saja tidak kerja dan jika dia tidak bergantung padaku? Dia mau bergantung kepada siapa? Jemuran baju, kan itu tidak mungkin.
Tring satu pesan masuk.
Melihat itu kiriman pesan dari Mona, Rizal senyam-senyum sambil membuka pesan dari Mona.
"Sayang, aku masih kangen. Lihat ini aku bengkak karena kamu semalam terus ngedot seperti anak bayi yang kehausan." Di balik pesan itu, Mona juga menunjukkan foto bagian gunung kembarnya yang bengkak karena ulah Rizal tadi malam.
Senyum Rizal semakin lebar, ingin rasanya ke rumah Mona lalu mengajak Mona ehem-ehem lagi.
"Sayang, bilang saja kamu masih pinginkan! Bengkak juga kamu keenakan, minta terus lagi tadi malam," balas Rizal menggoda.
Mona juga senyam-senyum melihat balasan pesan dari Rizal.
"Habisan enak Mas, apalagi kalau keluar di dalam Mas tambah enak," balas Mona semakin menggoda.
Rizal tertawa kecil, ia mengingat beberapa kali saat melakukan hubungan suami istri dengan Mona, selalu keluar di luar agar Mona tidak sampai hamil pikir Rizal begitu.
"Nanti kalau keluar di dalam kamu tekdung sayangku," balas Rizal dengan emoticon senyum penuh cinta.
Mona senyumannya semakin lebar, dasar ikan asin tidak punya malu.
"Mas aku pingin, kamu datang dong ke rumah! Aku tungguin di kamar," balas Mona dengan foto selfie seski yang menunjukkan lekuk tubuhnya.
Hasrat Rizal sebagai laki-laki bergejolak, apalagi saat melihat bagian tengah-tengah ************ Mona, pikirannya sudah terbayang-bayang kesana dan mengingat milik Mona itu begitu enak.
Lisa menatap suaminya penuh curiga, sedikitpun Rizal tidak melihat kearah Lisa dan hanya fokus dengan ponselnya..
"Mas, apa yang membuatmu senyam-senyum?" tanya Lisa penasaran.
"Biasa, Mas menang tender dan Mas harus segera datang ke kantor," jawab Rizal asal saja.
"Mas bukannya ini tanggal merah," tatapan Lisa semakin curiga membuat Rizal agak gusar.
"Sudahlah Lis, kamu bisa tidak sih tidak usah banyak omong!" sentak Rizal tanpa perasaan.
Lisa kembali diam, ia cukup malas jika terus bertengkar dengan suaminya..
Setelah menghabiskan satu cangkir kopi buatan istrinya, Rizal beranjak dari tempat duduknya dan dia pergi begitu saja.
Lisa tidak mencegahnya percuma, di cegah juga tidak akan mau.
Padahal baru pulang belum lama tapi sudah pergi lagi, semakin hari Rizal semakin aneh.
"Tok...tok....."
"Masuk....!!"
Lisa tahu kalau Ipah yang datang jadi langsung menyuruhnya untuk masuk.
"Lis, suamimu mau kemana?" tanya Ipah yang tidak sengaja berpapasan di jalan dengan Rizal.
"Katanya menang tender, mau nemuin klien," jawab Lisa terlihat cuek.
Ipah duduk di sebelah Lisa, hari ini ia datang sendirian karena Tasya di bawa oleh nenek dan kakeknya jalan-jalan.
"Tapikan ini tanggal merah, oh iya suamimu semalam tidak pulang lagi?" Ipah semakin penasaran dan ingin tahu.
"Aku juga sudah bilang Pah, semalam tidur di rumahnya Ibunya," jawab Lisa dengan jujur.
Ipah tahu beberapa hari ini Rizal sering kali menginap diluar karena Lisa menceritakan semua itu padanya.
"Lis, apa kamu tidak curiga sedikitpun dengan suamimu?" tanya Ipah, menatap Lisa dengan lekat.
"Sebenarnya ada rasa curiga," jawab Lisa membuat Ipah mengangguk. "Harusnya memang ada rasa curiga Lis," sambung Ipah yakin.
"Mungkin kamu selidiki semuanya saja biar jelas dan ingat jangan mau di injak-injak menjadi wanita," titah Ipah dengan geram. Jika Rizal sampai nyakiti hati Lisa sebagai seorang sahabat Ipah tidak akan diam saja.
Lisa terdiam, ada benar juga apa yang di katakan oleh Ipah. Tapi mungkin tidak sekarang-sekarang tunggu Rizal lalai dulu agar lebih mudah untuk menyelidiki semuanya, itu pikir Lisa.
"Ipah, novel aku pembacanya naik dratis 500 ribu lebih pembacanya," kata Lisa antusias dan sangat senang.
"Sungguh, Lisa ini adalah awal perjuanganmu. Kamu harus tetap semangat biar makin naik, biar Rizal tidak seenaknya padamu!" kata Ipah menggebu-gebu, terlihat Ipah itu sangat tidak suka dengan Rizal.
"Iya Pah, aku harus buktikan pada Mas Rizal kalau ini adalah wanita hebat," pungkas Lisa dengan yakin.
"Wanita jangan mau di tindas oleh laki-laki!" sorak Ipah dengan semangat.
"Ipah, suamimu itu sangat baik, dia tidak mungkin sampai menindasmu. Bahkan kebahagiaanmu saja selalu suamimu dahulukan, beda denganku yang selalu di anggap orang lain oleh suamiku sendiri," kata Lisa putus asa dan Ipah langsung memeluk Lisa dengan erat.
Persahabatan mereka yang begitu hangat, bahkan saat Ipah sudah sukses saja Ipah tidak lupa akan Lisa dan ia selalu membantu Lisa agar Lisa bisa menjadi wanita hebat dan suaminya itu tidak akan sewenang-wenang lagi padanya.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Rumini Parto Sentono
jarak rumah mereka dekat lhoo, kenapa gak kamu ikutin suami mu Lisa... tetangganya gak ada yang kasih tau ya...
2023-10-07
0
Puji Lestari
baguus Lisa bersikap cueklah terus Ama Rizal biar gak terlalu sakit hati nantinya klo tau bahwa si Rizal udah mabuk janda, hanya sepatu 100rb aja gak mampu beliin giliran ikan asin basi dibeliin cincin...
siap2 kau menyesal Rizal,,
karena penyesalan pasti datang nya belakangan klo diawal namanya pendaftaran 🤭😝🚴🚴
2022-12-05
3
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Alina dong Thor, wanita hebat
2022-11-29
1