Proposal Hati Untuk Cinta
"Rin Bulan depan jangan sampai telat ya. Aku ada acara keluarga soalnya. Bukannya aku nggak mau nolong kamu, tapi……” Ucap Bu Dyah terpotong.
“Iya mbak ndak papa. Aku ngerti kok. Insya Alloh aku usahain buat nggak telat ya mbak bayar kontrakannya. Nanti aku usahain bilang ke Rendy.” Ucap Bu Laras memotong pembicaraan Bu Dyah.
“Sekali lagi maaf lho ya. Soalnya aku ada perlu, uangnya untuk acara lamaran Galuh.’’ Ucap Bu Dyah.
Prang…
Segelas kopi hitam menjatuhkan badannya di bawah lantai. Tangan kekar yang semula menggengam erat pegangan tubuhnya mendadak bergemetar hebat tatkala menerima sinyal patah hati dari pikiran dan perasaannya.
Air panas yang memenuhi setiap ruang di gelas itu pun membasahi dinginnya lantai keramik berwarna putih susu.
Yang semula siap untuk di seruput oleh bibir pria berkumis tipis hal itu pun akhirnya tak terjadi.
Tidak sampai di situ saja, tumpahan air panas kopi itu pun mengenai kaki si pria kumis tipis dengan sedikit anak jenggot yang memoles wajah tampannya.
Dan ternyata sengatan tumpahan air panas kopi hitam itu pun tidak sebanding dengan sengatan yang menjalar ke ulu hati hingga jantung si pria kumis tersebut,
Deg….Deg…Deg…
Alunan detak jantung itu pun yang semula normal berubah menjadi detakan yang lebih kencang seperti genderang mau perang.
Hal itupun tak luput dari pandangan Bu Dyah dan Bu Laras. Mereka pun sadar betul situasi seperti apa yang sedang mereka hadapi sekarang.
“Iya Ren. Memang benar bulan depan Galuh akan lamaran. Semalam Gio sama kedua orangtuanya datang ke rumah dan….” Lagi-lagi ucap Bu Dyah terpotong.
“Dan akhirnya Galuh akan segera sold out ya Bu.’’ Ucap Rendy menimpali perkataan Bu Dyah.
“Em ii-iya Ren.” Jawab Bu Dyah salah tingkah dengan membenarkan posisi duduknya. Tangannya sesekali menggerakkan jari-jemarinya.
“Wah selamat ya Bu. Akhirnya Galuh mau membuka hatinya untuk seorang pria. Sampaikan rasa bahagia dan senang saya ke Galuh ya Bu.
Saya ikut senang sekali. Saya permisi dulu mau berangkat kerja.’’ Ucap Rendy dengan datarnya.
“Itu kaki kamu nggak kepanasan Ren?’’ Tanya Bu Laras.
“Ah sudah biasa Bu. Hati aja sering kali panas kuat kok. Masa gini aja nangis.’’ Beo Rendy berlalu menuju kamarnya hendak berganti pakaian.
“Hmmm. Rendy-Rendy. Padahal kan maksud Ibu kalau panas mau Ibu kasih salep biar nggak nyeri. Malah jawaban kamu kaya gitu.’’ Ucap Bu Laras dengan tersenyum menggoda sambil melirik Bu Dyah yang hanya menggelengkan kepala.
Bagaimana tidak mereka berdua cukup tahu sebenarnya Galuh dan Rendy bermain rasa. Namun, sikap Rendy yang tak mengakuinya al hasil keburu Galuh di pathok deh sama orang lain.
Sebenarnya Rendy hanya tidak percaya diri saja mengingat keadaan ekonomi keduanya yang sangat jauh berbeda bagaikan bumi dan langit, bagaikan kutub utara dan selatan, bagaikan api dan air dan bagaikan masih banyak lagi.
Rendy cukup sadar diri tak pantas untuk bersanding dengan keluarga Galuh yang notabene anak juragan kontrakan 100 pintu di kawasan Jakarta Selatan itu.
Ia lebih memilih menyimpan memendan dan mengubur perasaannya terhadap Galuh.
Meskipun Galuh mengetahui yang sebenarnya, sebagai perempuan ia gengsi untuk menyatakan perasaannya lebih dahulu.
***
Send.
Isi pesan whatsapp Rendy terhadap Galuh.
Balas Galuh galau merana.
Balas Rendy juga galau merana.
Balas lagi Galuh.
Tak ada lagi notifikasi mengetik…
Meski Online. Lalu terakhir di lihat Hari ini 09.12 a.m.
Rendy tak merespon balasan dari Galuh. Ia lebih memilih menghindar dari pada nanti Galuh semakin menjadi-jadi.
Ribet amat jadi cewek. Gumam Rendy.
“Ren. Yuk rapat. Diem bae lu. Abis broken heart lu ya.’’ Ucap Risky menggoda.
“Sialan. Sini gue tampol pake kemenyan dukun cabul.’’ Balas Rendy sambil mengejar Risky yang ketakutan di hajar Rendy. Mereka menuju ke ruang rapat. Hari ini ada rapat bulanan mengenai penjualan produk perusahaan.
Perusahaan tempat kerja Rendy bergerak di bidang makanan instant. Tepatnya mie instant Qwerty.
Rendy sendiri bertugas di Divisi Marketing. Ia sudah 2 tahun bekerja. Dengan gaji yang cukup tinggi. Maklum Rendy adalah salah satu karyawan kebanggaan di perusahaan.
Lalu mengapa Rendy masih mengontrak?
Bagaimana tidak, ia setiap bulannya harus membayar cicilan hutang bank. Sepeninggal ayahnya, ternyata ayahnya memeliki sangkutan utang-piutang dengan pamannya sendiri.
Dan pamannya pun tetap meminta Rendy dan ibunya membayar hutang almarhum ayahnya.
Sungguh teganya.
“Selamat pagi semuanya. Hari ini ada kabar yang mengemberikan untuk kita semuanya. Pewaris tunggal dari Pratama Group yang sebagaimana kita ketahui berada di Amerika Serikat untuk menimba ilmu berbisnis. Hari ini perdana ikut rapat dengan kita semua.”
Ucap Pak Michael. Direktur Utama Pratama Group.
“Wah bakal keren bener nih pagi ini.’’ Ucap Risky.
“Keren?. Emang lu tahu pewaris tunggalnya macam apa. Kalau macam singa kelaparan yang siap buat menerkam lu gimana.’’ Ucap Beni berbisik.
“Ehemm yang berisik bisa silahkan meninggalkan ruangan rapat direksi.’’ Seru Pak Michael merasa tidak nyaman dengan kebisingan yang diciptakan antara Beni dan Risky.
Tap
Tap
Tap
Tap
Semua mata tertuju dengan suara langkah kaki yang sepertinya menggunakan sepatu high heels.
Tanpa mereka sadari rupanya pintu ruangan rapat tersebut sudah terbuka sedari tadi.
Para pimpinan serentak berdiri dari posisi duduknya dan memberikan penghormatan begitu mengetahui ada seorang wanita muda nan cantik masuk ke ruangan rapat direksi.
Mereka mengira wanita itu ialah pewaris tunggal dari Pratama Group.
“Sudah cukup penghormatannya Bapak-Bapak. Saya bukan lah Nona Jihan Pratama. Perkenalkan nama saya Claudya Handoko. Assisten pribadi dari Nona Jihan Pratama. Disini saya mewakilkan Nona Jihan Pratama untuk pertemuan perdana dengan para direksi.
Sepertinya Pak Michael berhasil menjaga rahasia ini hingga sampai hari ini tiba. Terima kasih banyak Pak Michael.’’ Ucap Claudya di barengi anggukan dari Pak Michael.
“Maaf Pak Michael dan semuanya Nona Jihan tidak bisa datang pada pertemuan perdananya. Dikarenakan ada urusan mendadak yang tidak bisa diwakilkan.
Dan untuk langkah selanjutnya sebagaimana yang kita ketahui Nona Jihan Pratama adalah pewaris tunggal dari Pratama Group menggantikan Bapak Bambang Pratama yang saat ini tengah sakit. Untuk semua posisi jabatan tidak ada yang berubah hanya saja Nona Jihan Pratama belum menghendaki dirinya sebagai owner Pratama Group.
Untuk sementara ia lebih memilih posisi Manager Marketing. Meski begitu ia tetap membutuhkan assisten pribadi seperti saya. Demikian informasi yang bisa saya sampaikan, jika ada informasi lebih lanjut nanti bisa menghubungi Bapak Michael. Terima kasih.’’ Ucap Claudya menerangkan.
Di sisi lain Risky dan Beni yang sedari tadi memperhatikan Claudya merasa jatuh hati terhadap wanita cantik, pintar, elegan dan sangat menarik tersebut. Keduanya sama-sama melongo, mematung, sama sekali tak mengkedipkan mata.
Rupanya hal itu di sadari oleh Claudya. “Maaf, saya tahu saya cantik tapi bukan berati kalian bisa bebas mengekspresikan wajah kalian melihat kecantikan saya dengan wajah konyol seperti itu.’’ Ucap Claudya yang di tujukan kepada Risky dan Beni sembari melemparkan senyuman miringnya dan berlalu meninggalkan ruang rapat.
Risky dan Beni tak menghiraukan ucapan Claudya. Mereka masih menikmati pesona khas dari Claudya, bahkan Claudya berlalu pergi meninggalkan jejak wangi parfum yang menggoda dan mereka masih tetap asyik melihat Claudya beranjak pergi.
Dalam benak mereka sepertinya mereka akan segera menghubungi pihak surga, karena bidadarinya saat ini nyasar ke bumi. He he he.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments