Tok
Tok
Tok
“Jihan. Itu ada orang yang nyariin. Katanya orang dari Pratama Foods.’’ Ucap Bu Darmi yang memberi tahu Jihan bahwa ada seseorang yang mencarinya.
“Siapa Bu? Lagi ganti baju nih.’’ Teriak Jihan yang sedang mengenakan baju.
“Ibu juga nggak tahu Ji.’’ Jawab Bu Darmi
“Huft. Laki-laki apa perempuan Bu?’’ Tanya Jihan mulai penasaran
“Laki-laki. Orangnya ganteng, putih, tinggi dan…’’ Ucap Bu Darmi yang terpotong oleh Jihan karena Jihan membukakan pintu kamarnya.
“Dannn hidup kan Bu?’’ Timpal Jihan yang mulai kesal dengan tingkah Bu Darmi.
“He he he. Kalau nggak hidup berarti mati dong, kalau mati berarti itu yang dateng arwah. Hiii Ibu jadi takut Ji. Udah ya Ibu mau nerusin masak buat makan malam, kalau nggak kelar-kelar bisa-bisa seisi rumah ini mati kelaparan. He he he. Udah sana temuin di ruang tamu’’ Ucap Bu Darmi lalu bergegas menuju ke dapur kembali untuk memasak.
Siapa sih yang datang. Kalau memang benar dari Pratama Foods masuk akal juga sih Pak Joko ngebolehin dia masuk.
Gumam Jihan penasaran. Lalu Ia menuju ke ruang tamu untuk segera menemui orang yang di maksud oleh Bu Darmi.
Saat telah sampai di ruang tamu, Jihan nampak terkejut dengan laki-laki yang datang ke rumahnya malam-malam begini.
Terlihat dari belakang pria itu mengenakan setelan celana dan jas hitam. Ia ragu-ragu untuk menyapanya. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menyapa pria itu.
“Ehem’’. Jihan berdehem ia tak tahu harus di mulai dengan apa untuk menyapa pria tersebut.
“Oh selamat malam Nona Jihan Pratama. Saya Mario Dirgantara. Saya di tugaskan untuk menjaga Nona Jihan mulai mala mini.’’ Ucap Mario memperkenalkan dirinya. Jihan seketika terkejut dan penasaran. “Paman Joe?’’ Tanya Jihan yang menduga Mario adalah orang suruhan dari Pama Joe. “Benar Nona.’’ Jawab Mario. “Oh’’. Ucap Jihan yang tiba-tiba kehabisan kata-kata karena tanpa di sadari Jihan cukup terpesona oleh ketampanan Mario. Berwajah oval, poni yang maskulin, mata yang super tajam, kulit yang putih, badan yang tinggi dan kekar. Siapa saja gadis yang melihatnya pasti akan langsung menyatakan cinta kepadanya.
Mario yang mendengar pernyataan Jihan yang terkesan cuek ia hanya bisa menerima dan terdiam. Ia juga bingung untuk mencairkan suasana pertemuan pertama.
“Hei Jihan. Im coming.’’ Seru CLaudya yang tiba-tiba membuyarkan suasana canggung antara Jihan dan juga Mario.
Saat hendak mendekati Jihan, tiba-tiba Claudya terkejut melihat keberadaan Mario. Sontak barang bawaannya terjatuh ke lantai karena keterkejutan Claudya melihat pesona dari Mario. “Si-siapa ini Jihan?’’ Tanya Claudya kepada Jihan dengan terbata-bata.
“Kenalin dia Mario Dirgantara. Mulai mala mini dia resmi menjadi pengawalku.’’ Jelas Jihan sembari menuju ke sofa panjang untuk duduk. Di ikuti Claudya yang bertanya-tanya kebingungan. “Huft. Dia orang suruhan nya Paman Joe Clau. Sama seperti kamu.’’ Jelas Jihan kepada Claudya yang sudah tahu maksud dari kebingungan Claudya.
“Terus aku gimana? Aku di pecat gitu . Ahhh hu hu hu.’’ Tanya Claudya dengan tangis bombaynya.
“Oh ya Mario. Jadi ini tuh Claudya Handoko. Sebenarnya dia juga di tugasin sama Paman Joe untuk menjagaku.’’ Jelas Jihan yang mulai kebingungan bagaimana mungkin dirinya di jaga oleh dua orang sekaligus. Rasanya ia seperti burung dalam sangkar yang tidak bisa terbang bebas sebebas keinginannya sendiri.
“Ya sudah kalau seperti ini memang kemauannya Paman Joe apa boleh buat. Kita bagi job desk aja kalau gitu. Kamu Claudya mulai sekarang kamu jadi assisten pribadiku. Dan kamu Mario….’’ Ucap Jihan yang terpotong karena setiap menatap wajah Mario, Jihan menjadi salah tingkah sendiri seperti ada magic dalam diri Mario. “Kamu jadi pengawal saya tapi, dengan batasan. Saya perempuan dan kamu laki-laki kita berdua harus mengerti satu sama lain batasannya.’’ Sambung Jihan.
“Baik Nona saya mengerti.’’ Jawab Mario.
“Kok kaya rapat pleno aja sih serius amat. Mending sekarang kita semua makan malam. Ibu udah siapin makan malam yang special.’’ Ucap Bu Darmi dari arah dapur.
“Eh iya. Kebetulan tadi Claudya abis beres-beres ngemasin baju di kos jadi laper banget.’’ Ucap Claudya.
“Ayo Clau bantu Ibu siapin makan malamnya.’’ Ajak Bu Darmi yang memang sudah mengenali Claudya. Waktu itu Claudya datang ke rumah untuk mengambil berkas yang Paman Joe kirim dari Amerika untuk Claudya berikan kepada Pak Michael. Disaat itulah Bu Darmi sudah mulai langsung akrab sama Claudya. Karena memang Claudya adalah gadis yang sangat ramah, meski ia jago bela diri dan sangat pintar lantas ia tidak menjadi pribadi yang sombong dan angkuh. Hal itulah yang membuat Paman Joe memilih Claudya untuk melindungi dan menjaga Jihan dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan menghampiri Jihan.
“Oh jadi sekarang ada anak baru. Ibu udah nglupain aku.’’ Ucap Jihan yang cemburu melihat kedekatan Bu Darmi dan Claudya.
“Iya lah. Kan Ibu sayangnya sama aku. Week.’’ Goda Claudya sembari memeluk erat Bu Darmi dari belakang.
“Eh awas ya seenaknya ngatain atasan sini kamu.’’ Ucap Jihan sembari mengejar Claudya.
“Ahh awas singa lepas singa lepas.’’ Teriak Claudya yang takut di tangkap hidup-hidup oleh Jihan.
Di sisi lain Mario yang hanya jadi penonton hanya bisa tersenyum melihat kekonyolan antara Jihan dan Claudya.
“Ayo Mario biarkan mereka berdua. Jihan yang merupakan anak tunggal sering merasa kesepian tidak ada teman main sejak kecil, dan sejak bertemu dengan Claudya mereka langsung seperti kakak beradik. Karena yang Ibu tahu Claudya itu yatim piatu dan juga tidak punya saudara kandung. Sama seperti Jihan. Makanya mereka cepat akrab. Mungkin sudah jalannya Tuhan.’’ Ucap Bu Darmi sembari mempersilahkan Mario untuk ikut bergabung makan malam bersama.
“Huh huh huh. Capek. Ampun Nona Jihan Pratama. Saya nyerah.’’ Ucap Claudya yang kelelahan karena berlarian menghindari amukan dari Jihan.
“Pengawal kok segitu nyerah. Katanya jago bela diri.’’ Timpal Jihan.
“Kan sekarang aku jadi assisten pribadi. Turun pangkat lah aku. Mana dari siang aku belum makan.’’ Bela Claudya sembari menatap hidangan yang tersaji. “Sudah-sudah. Rasanya malam ini Ibu seperti memiliki tiga orang anak.’’ Ucap Bu Darmi terharu.
“Aku kan memang anak Ibu.’’ Ucap Claudya sembari mengunyah makanannya dan mengelus-elus punggung tangan Bu Darmi.
Bu Darmi membalasnya dengan senyuman. Makan malam kali ini terasa sangat nikmat sekali bagi Bu Darmi. Setelah 6 tahun rumah sebesar ini sunyi sepi akhirnya terasa hangat kembali meski Bu Roshinta dan Pak Abdi belum kembali ke Indonesia.
“Oh ya Mario apa kamu juga akan tinggal disini?’’ Tanya Jihan setelah menghabiskan makanannya.
“Sesuai arahan Paman Joe. Benar Nona. Disini masih ada kamar kosong kan? Kalau bisa yang berdekatan dengan kamar Nona’’ Tanya Mario.
Mendengar hal itu Jihan tersedak dari minumnya. “Uhuk uhuk. Yang benar saja. Apa kamu lupa apa yang aku ucapkan barusan. Ada batasannya.’’ Ucap kesal Jihan. “Tapi sesuai arahan Pa…’’ Ucap Mario terpotong.
“Sesuai arahan Paman Joe-Sesuai arahan Paman Joe gitu aja terus kamu. Denger ya tidak semua itu harus sesuai arahan Paman Joe. Memangnya kalau aku mau ke kamar mandi kamu juga mau ikut.’’ Kesal Jihan.
Bu Darmi dan Claudya yang sedari tadi menjadi pendengar hanya bisa saling lempar pandangan dan tertawa kecil melihat kepolosan Mario.
Mario menelan salivanya ia mengutuk dirinya sendiri.
Akhirnya setelah selesai makan malam perdana yang memberikan kesan emosional ini Jihan merasakan kehangatan dalam rumah ini. Ada rasa bahagia tersendiri. Mengingat sekarang ia belum bisa berkumpul bersama kedua orang tuanya karena kondisi papahnya belum juga sadar dari koma. Karena kecelakaan pada enam tahun silam yang harus mengakibatkan Papahnya untuk di bawa ke Amerika untuk pengobatan. Beruntung kala itu Jihan dan Mamahnya tidak ikut serta dalam kecelakaan naas itu. Bagaimana tidak Papahnya mengalami koma dan sopir pribadi Papahnya harus merenggut nyawa.
Kecelakaan maut itu membuat Papah Jihan mengalami gagar otak serta kakinya harus di amputasi. Beruntungnya nyawanya masih bisa di selamatkan meski sekarang 10 bulan terakhir Papahnya mengalami koma. Sebelumnya Papahnya masih bisa di ajak berbicara dan merespon setiap ucapan. Namun 10 bulan akhir ini ia koma. Menurut dokter yang menangani Papahnya Jihan, benturan keras pada kecelakaan 6 tahun silam mengakibatkan adanya pendarahan hebat pada otak Abdi Pratama. Ajaibnya selama 5 tahun Abdi Pratama masih bisa sadar bahkan setelah kakinya di amputasi pun ia tahu.
“Saya permisi dulu mengambil koper saya yang masih di luar.’’ Ucap Mario kepada Jihan, Claudya dan Bu Darmi.
“Hemm. laki-laki yang sopan.’’ Puji Bu Darmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments