"Rin Bulan depan jangan sampai telat ya. Aku ada acara keluarga soalnya. Bukannya aku nggak mau nolong kamu, tapi……” Ucap Bu Dyah terpotong.
“Iya mbak ndak papa. Aku ngerti kok. Insya Alloh aku usahain buat nggak telat ya mbak bayar kontrakannya. Nanti aku usahain bilang ke Rendy.” Ucap Bu Laras memotong pembicaraan Bu Dyah.
“Sekali lagi maaf lho ya. Soalnya aku ada perlu, uangnya untuk acara lamaran Galuh.’’ Ucap Bu Dyah.
Prang…
Segelas kopi hitam menjatuhkan badannya di bawah lantai. Tangan kekar yang semula menggengam erat pegangan tubuhnya mendadak bergemetar hebat tatkala menerima sinyal patah hati dari pikiran dan perasaannya.
Air panas yang memenuhi setiap ruang di gelas itu pun membasahi dinginnya lantai keramik berwarna putih susu.
Yang semula siap untuk di seruput oleh bibir pria berkumis tipis hal itu pun akhirnya tak terjadi.
Tidak sampai di situ saja, tumpahan air panas kopi itu pun mengenai kaki si pria kumis tipis dengan sedikit anak jenggot yang memoles wajah tampannya.
Dan ternyata sengatan tumpahan air panas kopi hitam itu pun tidak sebanding dengan sengatan yang menjalar ke ulu hati hingga jantung si pria kumis tersebut,
Deg….Deg…Deg…
Alunan detak jantung itu pun yang semula normal berubah menjadi detakan yang lebih kencang seperti genderang mau perang.
Hal itupun tak luput dari pandangan Bu Dyah dan Bu Laras. Mereka pun sadar betul situasi seperti apa yang sedang mereka hadapi sekarang.
“Iya Ren. Memang benar bulan depan Galuh akan lamaran. Semalam Gio sama kedua orangtuanya datang ke rumah dan….” Lagi-lagi ucap Bu Dyah terpotong.
“Dan akhirnya Galuh akan segera sold out ya Bu.’’ Ucap Rendy menimpali perkataan Bu Dyah.
“Em ii-iya Ren.” Jawab Bu Dyah salah tingkah dengan membenarkan posisi duduknya. Tangannya sesekali menggerakkan jari-jemarinya.
“Wah selamat ya Bu. Akhirnya Galuh mau membuka hatinya untuk seorang pria. Sampaikan rasa bahagia dan senang saya ke Galuh ya Bu.
Saya ikut senang sekali. Saya permisi dulu mau berangkat kerja.’’ Ucap Rendy dengan datarnya.
“Itu kaki kamu nggak kepanasan Ren?’’ Tanya Bu Laras.
“Ah sudah biasa Bu. Hati aja sering kali panas kuat kok. Masa gini aja nangis.’’ Beo Rendy berlalu menuju kamarnya hendak berganti pakaian.
“Hmmm. Rendy-Rendy. Padahal kan maksud Ibu kalau panas mau Ibu kasih salep biar nggak nyeri. Malah jawaban kamu kaya gitu.’’ Ucap Bu Laras dengan tersenyum menggoda sambil melirik Bu Dyah yang hanya menggelengkan kepala.
Bagaimana tidak mereka berdua cukup tahu sebenarnya Galuh dan Rendy bermain rasa. Namun, sikap Rendy yang tak mengakuinya al hasil keburu Galuh di pathok deh sama orang lain.
Sebenarnya Rendy hanya tidak percaya diri saja mengingat keadaan ekonomi keduanya yang sangat jauh berbeda bagaikan bumi dan langit, bagaikan kutub utara dan selatan, bagaikan api dan air dan bagaikan masih banyak lagi.
Rendy cukup sadar diri tak pantas untuk bersanding dengan keluarga Galuh yang notabene anak juragan kontrakan 100 pintu di kawasan Jakarta Selatan itu.
Ia lebih memilih menyimpan memendan dan mengubur perasaannya terhadap Galuh.
Meskipun Galuh mengetahui yang sebenarnya, sebagai perempuan ia gengsi untuk menyatakan perasaannya lebih dahulu.
***
Send.
Isi pesan whatsapp Rendy terhadap Galuh.
Balas Galuh galau merana.
Balas Rendy juga galau merana.
Balas lagi Galuh.
Tak ada lagi notifikasi mengetik…
Meski Online. Lalu terakhir di lihat Hari ini 09.12 a.m.
Rendy tak merespon balasan dari Galuh. Ia lebih memilih menghindar dari pada nanti Galuh semakin menjadi-jadi.
Ribet amat jadi cewek. Gumam Rendy.
“Ren. Yuk rapat. Diem bae lu. Abis broken heart lu ya.’’ Ucap Risky menggoda.
“Sialan. Sini gue tampol pake kemenyan dukun cabul.’’ Balas Rendy sambil mengejar Risky yang ketakutan di hajar Rendy. Mereka menuju ke ruang rapat. Hari ini ada rapat bulanan mengenai penjualan produk perusahaan.
Perusahaan tempat kerja Rendy bergerak di bidang makanan instant. Tepatnya mie instant Qwerty.
Rendy sendiri bertugas di Divisi Marketing. Ia sudah 2 tahun bekerja. Dengan gaji yang cukup tinggi. Maklum Rendy adalah salah satu karyawan kebanggaan di perusahaan.
Lalu mengapa Rendy masih mengontrak?
Bagaimana tidak, ia setiap bulannya harus membayar cicilan hutang bank. Sepeninggal ayahnya, ternyata ayahnya memeliki sangkutan utang-piutang dengan pamannya sendiri.
Dan pamannya pun tetap meminta Rendy dan ibunya membayar hutang almarhum ayahnya.
Sungguh teganya.
“Selamat pagi semuanya. Hari ini ada kabar yang mengemberikan untuk kita semuanya. Pewaris tunggal dari Pratama Group yang sebagaimana kita ketahui berada di Amerika Serikat untuk menimba ilmu berbisnis. Hari ini perdana ikut rapat dengan kita semua.”
Ucap Pak Michael. Direktur Utama Pratama Group.
“Wah bakal keren bener nih pagi ini.’’ Ucap Risky.
“Keren?. Emang lu tahu pewaris tunggalnya macam apa. Kalau macam singa kelaparan yang siap buat menerkam lu gimana.’’ Ucap Beni berbisik.
“Ehemm yang berisik bisa silahkan meninggalkan ruangan rapat direksi.’’ Seru Pak Michael merasa tidak nyaman dengan kebisingan yang diciptakan antara Beni dan Risky.
Tap
Tap
Tap
Tap
Semua mata tertuju dengan suara langkah kaki yang sepertinya menggunakan sepatu high heels.
Tanpa mereka sadari rupanya pintu ruangan rapat tersebut sudah terbuka sedari tadi.
Para pimpinan serentak berdiri dari posisi duduknya dan memberikan penghormatan begitu mengetahui ada seorang wanita muda nan cantik masuk ke ruangan rapat direksi.
Mereka mengira wanita itu ialah pewaris tunggal dari Pratama Group.
“Sudah cukup penghormatannya Bapak-Bapak. Saya bukan lah Nona Jihan Pratama. Perkenalkan nama saya Claudya Handoko. Assisten pribadi dari Nona Jihan Pratama. Disini saya mewakilkan Nona Jihan Pratama untuk pertemuan perdana dengan para direksi.
Sepertinya Pak Michael berhasil menjaga rahasia ini hingga sampai hari ini tiba. Terima kasih banyak Pak Michael.’’ Ucap Claudya di barengi anggukan dari Pak Michael.
“Maaf Pak Michael dan semuanya Nona Jihan tidak bisa datang pada pertemuan perdananya. Dikarenakan ada urusan mendadak yang tidak bisa diwakilkan.
Dan untuk langkah selanjutnya sebagaimana yang kita ketahui Nona Jihan Pratama adalah pewaris tunggal dari Pratama Group menggantikan Bapak Bambang Pratama yang saat ini tengah sakit. Untuk semua posisi jabatan tidak ada yang berubah hanya saja Nona Jihan Pratama belum menghendaki dirinya sebagai owner Pratama Group.
Untuk sementara ia lebih memilih posisi Manager Marketing. Meski begitu ia tetap membutuhkan assisten pribadi seperti saya. Demikian informasi yang bisa saya sampaikan, jika ada informasi lebih lanjut nanti bisa menghubungi Bapak Michael. Terima kasih.’’ Ucap Claudya menerangkan.
Di sisi lain Risky dan Beni yang sedari tadi memperhatikan Claudya merasa jatuh hati terhadap wanita cantik, pintar, elegan dan sangat menarik tersebut. Keduanya sama-sama melongo, mematung, sama sekali tak mengkedipkan mata.
Rupanya hal itu di sadari oleh Claudya. “Maaf, saya tahu saya cantik tapi bukan berati kalian bisa bebas mengekspresikan wajah kalian melihat kecantikan saya dengan wajah konyol seperti itu.’’ Ucap Claudya yang di tujukan kepada Risky dan Beni sembari melemparkan senyuman miringnya dan berlalu meninggalkan ruang rapat.
Risky dan Beni tak menghiraukan ucapan Claudya. Mereka masih menikmati pesona khas dari Claudya, bahkan Claudya berlalu pergi meninggalkan jejak wangi parfum yang menggoda dan mereka masih tetap asyik melihat Claudya beranjak pergi.
Dalam benak mereka sepertinya mereka akan segera menghubungi pihak surga, karena bidadarinya saat ini nyasar ke bumi. He he he.
Disisi lain Rendy sangat terkejut saat mengetahui bahwa pewaris tunggal akan bekerja di divisi yang sama dengannya. Apalagi menempati posisi Manager Marketing. Seperti yang semua orang tahu bahwa jabatan itu milik Rendy Sudibjo. Lantas apakah Rendy akan di depak dari jabatannya. Mustahil satu jabatan di isi dua orang. Apalagi selama ini kinerja Rendy sudah tak di ragukan lagi.
Drrtt
Drrtt
Drrtt
“Ya hallo Ren.” Ucap Pak Michael.
“Pak bisa tolong jelaskan mengenai sang pewaris tunggal yang akan bergabung di divisi marketing. Bapak kan tahu itu jabatan saya. Saya menggali harta karun di divisi marketing. Come on lah Pak jangan buat lelucon seperti ini.’’ Jawab Rendy kesal setelah Pak Michael menjawab telepon darinya.
“Ha ha ha. Come on too lah Rendy. Yang benar saja kamu kan juga tahu dia itu siapa. Bahkan dia mau mengisi jabatan cleaning service pun kita nggak bisa menolak.’’ Ucap Pak Michael.
Sial. Bisa apa aku sekarang. Argghhh. Amuk Rendy dalam benaknya.
Ia berpikir keras mengenai situasi sulit yang harus ia hadapi ke depannya.
Tiba-tiba saat Rendy tengah berbincang dengan Pak Michael di telepon seseorang mengetuk pintu.
Tok
Tok
Tok
Sebelum Rendy menanyakan siapa yang mengetuk pintu, pintu terbuka.
Gadis asing yang belum pernah ia lihat wajahnya di perusahaan.
Badannya tinggi, berkulit putih, leher jenjang dengan rambut bervolume berwarna pirang. Lesung pipinya menghiasi senyuman indah di wajahnya.
“Selamat siang Pak Rendy. Saya Jihan Pratama. Mulai sekarang saya mengambil alih posisi Manager Marketing disini. Oh ya apa jabatan anda disini?’’ Tanya Jihan sembari memiringkan kepalanya dan memerhatikan Rendy mulai dari bawah hingga atas dengan senyuman smirknya. Hmmm pria yang cute. Gumam Jihan diam-diam mengagumi Rendy.
“Saya Manager Marketing disini. Tapi jika anda ingin mengambil alih jabatan saya, saya tidak mempermasalahkannya. Saya siap mutasi jabatan bahkan mutasi divisi pun jika itu perlu saya sama sekali tidak keberatan. Nona Jihan.’’ Ucap Rendy datar sembari menatap lekat wajah cantik Jihan bahkan tanpa berkedip sekalipun. Hmmm Gadis yang cute juga. Gumam Rendy yang diam-diam juga mengagumi pesona Jihan.
“Oh maaf saya tidak tahu sebelumnya Manager Marketing disini kamu yang menempati. Saya rasa harus bicara lagi dengan Pak Michael. Permisi. Maaf. Sampai jumpa. Bye. Dah.’’ Ucap Jihan dengan salah tingkahnya berlalu meninggalkan ruangan Manager Marketing. Ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri kenapa ia malah jadi salah tingkah begini.
Dug Dug Dug. Jantungnya mendadak berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia menambah kecepatan langkah kakinya untuk segera menemui Pak Michael.
Tok
Tok
Tok
“Permisi Pak Michael bisa kita bicara empat mata.’’ Ucap Jihan sembari melirik karyawan disamping Pak Michael tanda ia menyuruhnya untuk segera keluar.
“Oh tentu Nona. Anda butuh bantuan saya?’’ Tanya Pak Michael.
Yang sudah memutuskan sambungan telepon dengan Rendy. Ia tahu Jihan akan ke ruangannya dari Rendy.
“Ya. Saya rasa untuk jabatan Manager Marketing terlalu berlebihan untuk saya sebagai pemula. Saya lebih memilih jabatan yang tepat berada di bawah seorang Manager Marketing ?” Ucap Jihan.
“Assistant Manager Marketing?.’’ Tanya Pak Michael.
“That’s right. Saya akan menempati posisi itu. Atur baiknya saja Pak Michael. Dan saya sudah menyiapkan hadiah untuk Bapak. Sebentar lagi Claudya akan membawa kemari. Saya permisi.’’ Ucap Jihan lalu meninggalkan ruangan Direktur Utama.
Harusnya Jihanlah yang menempati ruangan Direktur Utama namun ia lebih memilih belajar dari bawah. Dia gadis yang berbeda.
***
Drrtt
Drrtt
Drrtt
“Ya Ji gimana?’’ Ucap Claudya menjawab telepon dari Jihan.
“Pastikan apa yang aku minta kemarin segera kamu kasih ke Pak Michael ya. Aku udah nggak sabar bagaimana reaksi nya saat menerima hadiah terindah yang pernah aku berikannya. Jangan lupa pastikan keamanannya.’’ Ucap Jihan dengan senyum smirknya.
“Kayak nggak ngerti aku aja kamu Ji. Aku kan di bayar untuk ini. He he he. Setengah jam lagi aku ke perusahaan kamu ya. Soalnya aku masih ada latihan bela diri.’’ Jawab Claudya.
“Ok. Oh ya don’t forget pastikan CCTV di ruangan Pak Michael bekerja sebagai mana mestinya. Aku akan mantau reaksinya dari ruangan keamanan.’’ Ucap Jihan.
“86 Nona.’’ Jawab Claudya.
Jihan memutuskan panggilannya kepada Claudya. Ia tersenyum puas. Sebentar lagi perlahan misinya akan berjalan. Pelan namun pasti.
Ia harus membereskan tikus-tikus bodoh yang berkeliaran di perusahaan yang sudah Ayahnya dirikan.
Tok
Tok
Tok
“Permisi. Saya kembali lagi. Oh ya tenang saja. Saya tidak akan menggeser bangku kamu yang tertulis Manager Marketing. Tapi saya akan meminta divisi HR untuk membuatkan papan tulis Assistant Manager Marketing untuk saya.’’ Ucap Jihan kepada Rendy.
Dengan sedikit meregangkan dasi dan menggelengkan kepala meski kepalanya tak pegal sama sekali Rendy mencoba tenang.
Ia tahu yang ia hadapi saat ini pewaris tunggal di perusahaan tempatnya bekerja.
Berjaga-jaga adalah yang terbaik.
“Baik Nona. Saya akan menghubungi divisi HR sekarang untuk menyiapkan segela keperluan Nona.’’ Jawab Rendy berusaha tenang.
Dengan senyum Jihan melangkahkan kakinya menghampiri Rendy yang masih duduk di meja kerjanya.
“Wajah yang tampan. Kusuka.’’ Ucap Jihan dengan percaya dirinya sembari menatap Rendy.
Sontak Rendy sangat terkejut dengan perkataan atau pujian atau rayuan dari Jihan.
Hal itu membuat Rendy menjadi salah tingkah.
“Ehem. Sepertinya saya harus segera pergi ke ruang rapat Nona. Sebentar lagi ada rapat perencanaan penjualan akhir bulan. Permisi.’’ Ucap Rendy gugup sembari menuju kearah pintu lalu tiba-tiba
“Tunggu.’’ Sergah Jihan.
“Kenapa kamu meninggalkan aku sendirian di sini. Kamu lupa kalau aku ini Assistant Manager Marketing. Sudah tentu aku harus ikut rapat yang tadi kamu sebutkan itu.’’ Ucap Jihan dengan sedikit kesal.
“Oh. Maaf Nona. Saya lupa.’’ Jawab Rendy.
“Baru semenit yang lalu aku bicarakan kepadamu. Masa semudah itu kamu melupakan. Sudah ayo. Time is money.’’ Ucap Jihan sembari menepuk bahu Rendy.
Deg Deg Deg
Seketika jantung Rendy berdetak kencang dari sebelumnya. Getaran hebat berhasil melumpuhkan sejenak pikiran Rendy. Seperti ia sedang berdiri di atas awan sembari melihat bidadari cantik yang menemaninya.
Tepukan lembut dari tangan Jihan di bahunya seakan memberikan sengatan listrik rasa yang selama ini belum pernah ia rasakan.
Perasaan apa ini? Tanya Rendy dalam benaknya.
***
Saat di ruang rapat semua orang kaget dan terpana akan kehadiran Jihan yang disusul Rendy.
Mereka saling bertanya siapa gerangan gadis asing yang seenaknya masuk ke ruangan rapat VVIP perusahaan Pratama Foods Group.
Rendy tak menghiraukan sikap para pimpinan dari setiap divisi. Ia malah mempersilahkan Jihan untuk ikut duduk bersama.
“Maaf. Terlambat saya memperkenalkan kepada semua. Beliau adalah pewaris tunggal dari Pratama Foods Group. Nona Jihan Pratama.’’ Ucap Rendy sembari melirik kearah Jihan dengan melontarkan senyum manisnya.
“Mulai hari ini Nona Jihan Pratama bergabung dalam divisi Marketing. Dengan jabatan Assistant Manager Marketing. Saya harap…”
Belum selesai Rendy berbicara Jihan menyela.
“Pertama. Perkenalkan nama saya Jihan Pratama. Saya lulusan dari Universitas Oxford jurusan Marketing Bussines. Dan kini saya kembali ke Indonesia untuk meneruskan perusahaan Papah saya. But, saya ingin memulai karir saya dari bawah. Jadi saya tidak mau langsung menyabet gelar Owner/CEO/Direktur Utama.
Saya menyerahkan itu semua kepada Pak Michael dalam kurun waktu tak terhingga, hingga diri saya sudah siap menjadi nahkoda kapal dari Pratama Foods Group .’’ Ucap Jihan menyela pembicaraan Rendy sembari menatap lekat kearah Pak Michael.
Pak Michael membalas dengan senyum yang terpaksa.
Hmmm. Mana mungkin anjing kecil menang melawan singa jantan yang sedang kelaparan. Benak Michael memikirkan lelucon yang sedang Jihan perankan.
Tunggu hingga waktunya tiba anjing kecil. Pratama Foods Group akan jatuh kedalam genggamanku. Dan kamu beserta kedua orang tuamu bersiaplah untuk menjadi gelandangan di jalan dan mengiba belas kasihan dari orang lain. Ha ha ha. Gumam Michael dengan obsesi nya yang ingin menguasai Pratama Foods Group.
Ha ha ha kamu kira aku tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan tikus licik. Setelan jas mu itu tak pantas kau kenakan.
Aroma busuk perbuatanmu itu tak mampu kau tutupi dengan semua pakaianmu. Gumam Jihan dengan masih tetap menatap lekat Pak Michael.
Rendy yang menyadari ada yang tidak beres antara Pak Michael dan Jihan mencoba mencairkan suasana.
“Ehem. Baiklah silahkan langsung di mulai saja rapat kali ini. Sandra bisa kamu pimpin rapat sekarang juga.’’ Ucap Rendy
“Baik Pak Rendy.’’ Jawab Sandra selaku sekretaris dari Pak Michael sembari menghidangkan senyuman manis di wajahnya kepada Rendy.
Tak terasa rapat berlangsung selama satu jam penuh. Penjualan produk bulan ini mengalami penurunan 17% dari bulan kemarin.
Hal ini membuat Rendy sedikit terganggu. Semua divisi menyalahkan kinerja dari divisi marketing.
Jihan dengan beraninya mematahkan argumen semua orang yang menyalahkan divisi marketing.
Ia menganggap apa yang Rendy dan tim marketing lakukan selama ini sudah sangat lah tepat sasaran.
Yang menjadi kendala utama yakni keterlambatan pemasokan produk ke distributor.
Sehingga konsumen tidak bisa mendapatkan produk yang mereka cari.
Hal ini lah yang membuat Jihan geram. Mereka hanya asal menuduh kinerja divisi lain tanpa mencari tahu dulu kebenaran informasi yang mereka terima.
Rapat di tutup dengan sanggahan Jihan yang dapat di terima oleh semua kepala pimpinan divisi.
Hingga satu per satu mereka meninggalkan ruangan rapat VVIP. Dimana ruangan ini khusus untuk rapat para petinggi di perusahaan.
Tinggallah Rendy dan Jihan berdua saja di dalam ruangan rapat. Rendy masih tak percaya atas apa yang di lakukan oleh Jihan.
Setelah ia mengumpulkan keberanian sekuat tenaga akhirnya ia membuka percakapan dengan Jihan.
“Maaf Nona. Bagaimana bisa Nona mendapatkan semua informasi tadi. Bukannya Nona baru sampai ke Indonesia hari ini. Dan data-data itu semua…’’ Lagi-lagi ucapan Rendy terpotong.
“Sssttt. Maaf lagi maaf lagi. Aku sudah sangat muak mendengarkan kata maaf yang keluar dari mulut mu itu.
Apa lidah mu itu tidak bisa merangkai kata yang lainnya selain kata maaf. Hah?’’ Ucap Jihan dengan sedikit menaikkan nada bicaranya yang kesal atas tingkah laku Rendy. Sejak pertemuan pertama mereka Rendy sudah sangat sering melontarkan kata maaf.
Dan Jihan sangat tidak suka itu. Ia merasa risih mendengar kata maaf di dunia kerja.
“Iya Nona maafkan saya.’’ Ucap Rendy
Seketika Jihan mendadak berubah seperti burung merak yang melebarkan sayapnya. Namun kali ini amarah yang sedang ia lebarkan bukan keindahan dari megahnya sayap sang merak namun rasa kesal yang tertahan dan bersiap akan memuntahkan seluruh amarahnya.
‘’Sudahlah hari pertama ku rasanya kurang menyenangkan. Mana ponselmu?’’ Tanya Jihan sembari menyodorkan tangannya kode meminta ponsel Rendy.
Setelah menggenggam ponsel Rendy, Jihan kemudian mengetik no teleponnya dan langsung menyerahkan kembali ke Rendy.
“Langsung hubungi aku by telegram. Sekarang.’’ Ucap Jihan kemudian pergi meninggalkan Rendy di ruang rapat.
Tanpa sepengetahuan Rendy, Sandra ternyata menunggunya di luar ruangan rapat.
Buru-buru Sandra menyapa Rendy begitu Rendy keluar dari ruangan.
“Pak Rendy bisa kita bicara face to face Pak?’’ Tanya Sandra to the point
“Oke. Silahkan. Ada apa?’’ Tanya Rendy.
”Pak Rendy tidak disini. Ini agak sedikit privacy. Bisa kita bicara di kantin ?’’ Tanya Sandra sedikit kesal.
“Oh oke. Kebetulan saya udah lapar. Padahal baru jam 4 sore. Hari ini serasa energi ku habis terkuras.’’ Ucap Rendy sembari mempersilahkan Sandra jalan duluan.
Sesampainya di kantin Rendy dan Sandra langsung memesan makanan.
Peraturan kantor jika berada di kantin harus dengan maksimal waktu kurang dari 30 menit.
Itu sebabnya mereka tidak boleh berlama-lama berada di kantin.
“Katanya ada yang mau kamu omongin San. Silahkan mau ngomong apa?’’ Tanya Rendy membuka pembicaraan.
“Emm maaf Pak kalau saya lancang. Saya tahu dari adik sepupu saya kalau Galuh sebentar lagi akan melangsungkan lamaran.
Jadi benarkah kalau Pak Rendy sekarang sedang…. Emmm sedang sendiri?’’ Ucap Sandra to the point.
Uhuk Uhuk Uhuk
“Ma maaf San. Saya tersedak. Maksud kamu apa ya? Kenapa kamu tahu tentang Galuh?’’ Tanya Rendy penasaran.
“Sebenarnya saya sudah lama memendam perasaan ini ke Pak Rendy. Tapi Pak Rendy tidak pernah sekalipun mengerti.
Jujur saja Pak. Saya jatuh hati sama Pak Rendy. Meski usia kita berbeda lima tahun tapi itu tidak masalah bagi saya Pak.
Sejak pertama kali saya datang ke perusahaan ini saat mau interview Pak Rendy sudah mau menolong saya.
Meski kita belum kenal sebelumnya. Coba saja waktu itu Pak Rendy tidak menolong saya , mungkin saya saat ini tidak bisa bergabung dengan perusahaan besar ini.’’ Ucap Sandra.
“Maksud kamu? Oh waktu itu masalah kamu terjebak di lift. Jadi kamu jatuh cinta sama saya karena saya sudah menyelamatkan kamu.
Berarti kalau waktu itu yang menyelamatkan kamu Risky atau Beni kamu jatuh cinta nya sama mereka.’’ Ucap Rendy.
“Ahh bukan gitu Pak. Pokoknya saya jatuh cinta sama Pak Rendy.’’ Ucap Sandra dengan malu-malu sembari memejamkan mata.
“Dan tunggu. Kenapa kamu Galuh?’’ Tanya Rendy penasaran
“Selama ini saya sangat penasaran sama Pak Rendy. Dan tidak sengaja adik sepupu saya curhat tentang temannya yang jatuh hati sama tetangganya sendiri. Tapi pria itu tidak merespon perasaannya. Saat adik sepupu saya menyebut nama Rendy dan nama daerah tempat tinggalnya saya menjadi sangat yakin kalau pria itu beneran Pak Rendy. Apalagi ditambah foto yang adik sepupu saya tunjukkan memang benar itu Pak Rendy. Sejak saat itu saya terus memantau hubungan Pak Rendy dan Galuh melalui adik sepupu saya.
Jujur saya merasa iri sama Galuh. Tapi saya hanya bisa berdoa dan mencintai Pak Rendy dari kejauhan.’’ Jawab Sandra dengan mata yang berkaca-kaca.
Namun bukannya tersentuh akan pengakuan dari Sandra namun Rendy justru marah.
Ia langsung pergi meninggalkan Sandra sendirian di kantin.
Perasaan Rendy benar-benar kacau.
Rasanya ingin ia pecahkan saja kepalanya.
Di samping itu rupanya diam-diam ada yang tanpa sengaja mendengarkan percakapan mereka di kantin.
Hmmm. Laki-laki mengejar wanita its no.
Wanita yang mengejar laki-laki.
Lelucon macam apa ini.
Benak seseorang yang mendengarkan percakapan antara Sandra dan Rendy.
Drrtt
Drrtt
Drrtt
***
“Ya hallo. Bagaimana perkembangannya sekarang? Apa kamu punya berita gembira untukku?’’ Tanya Michael kepada seseorang yang menghubungi nya via telepon.
“Ha ha ha. Oke. Thanks.’’ Ucap Michael sembari memutus panggilannya.
Seseorang kepercayannya mengabarinya bahwa kondisi kesehatan Abdi Pratama selaku pemilik, pendiri dan perintis Pratama Foods Group sedang dalam keadaan kritis. Ia baru saja mengalami penurunan denyut detak jantung. Bisa dikatakan atau biasa dikenal dengan istilah lemah jantung.
Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat Abdi Pratama juga dalam keadaan koma selama sepuluh bulan.
Kabar buruk bagi keluarga Abdi Pratama namun kabar baik bagi Michael Purwadinata.
Disamping itu Roshinta lalu menghubungi Jihan anak semata wayangnya untuk memberitahukan keadaan suaminya.
“Ya Mah ada apa? Tumben baru aja Mamah telepon sepuluh menit yang lalu udah telepon lagi. Udah rindu berat ya Mah?
Jangan deh rindu itu berat biar Jihan aja yang rindu ke Mamah. He he he.’’ Ucap Jihan setelah menjawab telepon dari Mamahnya yang sedang berada di Amerika menemani suaminya berobat.
“Papah barusan drop Ji. Lemah jantung. Sekarang dokter sedang memeriksa Papah.’’ Ucap Roshinta sembari menahan sesak di dada yang amat terasa menyesakkan.
“Apa? Papah drop? Aku harus gimana Mah. Apa aku ke Amerika lagi buat nemenin Papah sama Mamah disana.” Ucap Jihan panik.
“Kamu kan barusan sampai di Indonesia sayang. Masa kamu kembali lagi ke Amerika. Inget pesan Paman Joe.
Kamu harus menyelamatkan perusahaan Papah ya sayang. Kamulah sumber kekuatan Papah sama Mamah sayang. Kamu satu-satunya harapan kita berdua sayang.’’ Ucap Roshinta sendu.
‘’Tapi Mah. Jihan. Jihan ingin berada di samping Papah.’’ Rengek Jihan.
“Kalau kamu kekeh untuk datang kesini lagi coba ingat-ingat lagi pesan Paman Joe sayang. Perusahaan kita sedang di ujung tanduk.
Mamah sama sekali tidak keberatan kalau kamu ingin menemani Papah. Tapi disini ada Mamah yang menemani Papah berjuang. Kamu yang harus memperjuangkan perusahaan yang sudah Papah kamu dirikan.’’ Bujuk Roshinta.
Sejenak Jihan teringat akan pesan Paman Joe. Kakak kandung dari Mamahnya.
Ada tikus licik yang sedang berusaha merebut Pratama Foods Group dari tangan yang sudah mendirikan dan membangun menjadi perusahaan raksasa.
Dengan semena-menanya ia ingin menguasai yang bukan hak miliknya.
Jihan sadar akan perannya kali ini. Ia harus segera menghentikan tikus licik itu segera.
Perlahan namun pasti.
“Baik Mah. Jihan janji dengan tangan Jihan sendiri akan melenyapkan tikus licik itu atas nama Papah.’’ Ucap Jihan yang kembali menemukan semangatnya.
Di seberang telepon Roshinta mengembangkan senyum bangganya terhadap anak semata wayangnya itu.
Gadis kecil yang dulu selalu merengek meminta di belikan boneka barbie kini berubah menjadi gadis yang sangat tangguh dan pemberani.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!