"Apa menurut Ibu dia laki-laki yang sopan? Bisa saja itu hanya modus.’’ Ucap Jihan
“Ji. Ibu itu lebih tua dari kamu. Pahit, manis, asin nya kehidupan Ibu lebih berpengalaman. He he he.’’ Ucap Bu Darmi dengan tertawa kecilnya. “Hoam. Aku mengantuk bisa di tunjukkan yang mana kamarku?’’ Tanya Claudya. “Di lantai atas ada 5 kamar. Kamar yang paing besar yang pintunya dua itu kamarnya Papah sama Mamahnya Jihan. Satu lagi kamarnya Jihan. Sisa 3 kamar yang kosong. Nanti kamu sama Mario terserah mau pilih kamar yang mana.’’ Jelas Bu Darmi.
“Kamar kamu yang di dekat sama kamarku aja Clau. Kalau aku butuh sesuatu gampang nyari kamu.’’ Ucap Jihan.
“Kalau kamar saya sebelah mana Nona?’’ Tanya Mario tiba-tiba yang muncul dari ruang tamu setelah mengambil kopernya.
“Astaga bikin kaget aja kamu. Terserah masih ada dua kamar tersisa.’’ Ucap Jihan.
“Baik. Terimakasih Nona Jihan.’’ Ucap Mario.
“Ji besok kita kedatangan dua orang yang membantu pekerjaan Ibu. Ibu sudah bilang sama Paman Joe. Katanya dia menyetujui.’’
Ucap Bu Darmi.
“Besok? Kenapa Ibu baru ngasih tahu sekarang? Kan aku bisa nyari di agen-agen.’’ Komplain Jihan.
“Ibu takut menggangu waktu mu yang sibuk Ji. Lagipula Paman Joe sendiri yang mencari.’’ Jelas Bu Darmi.
“Huft. Iya deh. Sejak Papah sakit rasanya hidupku ini tergantung sama pilihannya Paman.’’ Gerutu Jihan.
“Ini semua juga demi kebaikan kamu dan kedua orang tua mu juga sayang.’’ Ucap Bu Darmi.
“Iya Bu.’’Jawab Jihan tersenyum.
Lalu mereka masuk ke kamar masing-masing. Kamar Claudya berada tepat di samping Jihan. Sementara kamar Mario justru tepat di sebelah kamar kedua orang tua Jihan.
Drrtt
Drrtt
Drrtt
Panggilan masuk dari telepon Mario. Tertera sebuah nama Mr. X. Mario segera mengangkat panggilan.
“Bagaimana untuk malam pertemuan kalian?’’ Tanya seorang pria dengan suara seraknya.
“Aman Tuan. Anda tidak perlu khawatir.’’ Balas Mario dengan menyunggingkan senyuman smirknya.
“Bagus. Awasi terus setiap gerak-geriknya dan selalu melaporkan setiap kejadian penting yang terjadi.’’ Perintah pria tersebut yang ternyata pria itu adalah Michael Purwadinata.
“Siap Tuan.’’ Balas Mario. Ia terpaksa menjadi mata-mata Michael Purwadinata untuk mengawasi setiap gerak-gerik Jihan. Adik semata wayangnya kini sedang mengalami sakit yang parah sehingga perlu mendapatkan perawatan yang insentif. Adiknya terkena Thalasemia dimana hal itu di sebabkan oleh kelainan darah dengan kondisi jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal. Sehingga menyebabkan kurangnya hemoglobin dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
Hal itu lah yang membuat Mario terpaksa menerima tawaran licik dari Michael.
Tok
Tok
Tok
“Nona Jihan boleh saya masuk?’’ Tanya Claudya.
“Nggak. Aku lagi malas sama kamu.’’ Jawab Jihan bohong.
“Kenapa? Memangnya saya ada kesalahan?’’ Tanya polos Claudya.
“Banyak. Udah aku ngantuk banget ini. Jangan ganggu. Awas ya kalau ketuk-ketuk pintu lagi.’’ Ancam Jihan bohong. Ia hanya sedang mengerjai Claudya. Sebenarnya ia belum mengantuk. Hanya malas saja untuk mengobrol dengan orang lain mala mini.
Lalu Claudya dengan kecewanya ia memilih kembali masuk ke kamarnya. Dan memilih untuk membuka buku laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Memang ia lebih suka mengisi waktu senggangnya dengan belajar.
Tok
Tok
Tok
Kembali pintu kamar Jihan terketuk. Jihan yang mengira itu dari Claudya ia letakkan dulu handphone nya dan dengan kesalnya terpaksa membukakan pintu kamarnya.
“Awas kamu ya Clau…’’ Ucap Jihan terpotong karena merasa sangat terkejut karena yang mengetuk pintu kamarnya bukanlah Claudya melainkan Mario.
Melihat Jihan yang sepertinya salah sangka, Mario hanya berdiam diri tanpa ekspresi. Begini saja ketampanan dari Mario sudah terpancar.
“Maaf Nona mengganggu waktu istirahat Nona. Saya hanya mau meminta nomor telepon Nona.’’ Ucap Mario datar.
“Oh oke. Mana?’’ Ucap Jihan sembari mengatungkan tangan meminta handphone Mario.
Setelah menerima handphone milik Mario, Jihan mengetik nomor teleponnya. Kemudian ia menyerahkan kembali handphone Mario ke Mario. Langsung Mario menghubungi nomor Jihan. “Sudah saya miss call Nona. Silahkan save nomor saya. Permisi dan Good Night’’ Ucap Mario lalu meninggalkan Jihan. “Too.’’ Balas Jihan dengan nada yang pelan agar Mario tidak mendengarnya. Namun sayang, meski dengan nada pelan Mario mendengarnya. Dan tersenyum saat tahu Jihan membalas ucapannya.
***
Pagi-pagi sekali Rendy sudah di buat bingung oleh Jihan. Jihan membawa Claudya ke dalam ruangan Manager Marketing. Hal itu membuat Rendy pusing tujuh keliling. Seperti sedang mengawasi karyawan magang saja.
“Ji. Asal kamu tahu ya. Sebenarnya posisi Asisten Manager Marketing itu tidak perlu. Karena saya masih bisa menghandle semua kerjaan saya di bantu staf-staf saya. Sedangkan yang kamu tahu staf saya saja sudah ada lima orang. Terus tambah kamu, terus tambah satu lagi. Siapa nama mu tadi?’’ Tanya Rendy sembari menunjuk Claudya.
“Claudya Pak.’’ Jawab Claudya. “Nah iya Claudya. Apa divisi Marketing menjadi tempat penampungan orang?’’ Ucap Rendy yang sangat kesal sekali. “Ya mau gimana lagi. Aku sebagai pewaris tunggal di perusahaan ini jadi wajar dong aku punya sekretaris pribadi.’’ Jawab Jihan acuh menanggapi omelan dari Rendy.
“Sial. Aku harus menemui Pak Michael sekarang juga.’’ Ucap Rendy dan bergegas pergi meninggalkan Jihan dan Claudya di ruangannya menuju ruangan Michael.
“Ini gimana Nona? Sepertinya Pak Rendy tidak suka dengan kehadiran saya.’’ Ucap Claudya.
“Udah tenang aja dalam hitungan 10 dia pasti bisa nerima kamu.’’ Ucap Jihan dengan percaya dirinya.
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan dan sepu…’’ Ucap Jihan terpotong.
“Claudya kamu bisa bergabung dalam tim staf saya. Tapi ingat kamu nggak bisa di ruangan sini ikut Jihan. Saya nggak suka banyak orang di ruangan saya.’’ Ucap Rendy setelah ia menemui Pak Michael ia harus menelan kekecewaan lagi-lagi keputusan Jihan tidak boleh di ganggu gugat. Mau tidak mau ia harus menerima Claudya di tim marketingnya.
“Apa aku bilang. Bener kan?’’ Bisik Jihan ke Claudya dengan rasa percaya dirinya.
“Bagaimana bi…’’ Ucap Claudya terpotong karena Jihan buru-buru menyuapinya biskuit.
“Eh terus aku gimana dong nasibku ini. Ya Tuhan malang nian nasib ku ini.’’ Rengek Claudya.
“Apa kamu tuli? Sekarang kamu bergabung tim staf marketing. Nanti kamu kenalan sendiri aja sama mereka.’’ Ucap Rendy kesal.
“Huft. Rasa-rasanya aku seperti anak tiri saja kalau gini.’’ Ucap Claudya. Jihan yang sudah duduk di mejanya hanya bisa tertawa kecil melihat kelucuan Claudya.
“Hai aku Claudya. Mulai hari ini aku bergabung sama kalian. Tapi sebenarnya aku juga masih kuliah ambil kelas malam jurusan Manajemen Bisnis. Ya kalian pasti tahu lah siapa Nona Jihan? Saya menjabat assisten pribadi dari Nona Jihan Pratama selaku pewaris tunggal Pratama Foods Group. Setelah melalui diskusi yang sangat panjang dan melelahkan akhirnya saya harus bergabung dengan kalian.’’ Ucap Claudya panjang lebar.
“Hai aku Tiara. Yang itu Dimas. Sebelahnya Carla. Yang itu Joni dan sebelahnya Chiko. Aku sendiri sebagai senior office disini. Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa bertanya sama aku. Jangan ke yang lain.’’ Balas Tiara.
“Siap Kak. Terus aku duduk dimana ya?’’ Tanya Claudya dengan polosnya.
“Gampang. Nanti aku mintakan HRD untuk mengurus semuanya. Kamu boleh duduk di sebelahku dulu.’’ Ucap Tiara.
“Oke.’’ Balas Claudya.
“Ada pekerjaan kah untukku?’’ Tanya Jihan kepada Rendy.
“Belum.’’ Jawab Rendy ketus. “Terus kapan dong aku kerjanya?’’ Tanya Jihan kecewa.
“Kalau aku butuh kamu.’’ Jawab Rendy. “Ha? Kalau kamu butuh aku? Memangnya aku ini tisu dipakai kalau di butuhkan, setelah itu di buang?’’ Ucap Jihan kesal.
“Besok kita ada jadwal pertemuan dengan klien asing. Kamu mau ikut?’’ Ucap Rendy.
“Oh kamu lagi butuh aku?’’ Ucap Jihan
“Yes I need you.’’ Balas Rendy sembari Smasih fokus menatap layar komputernya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments