"Hallo Pak Michael. Saya sedang mencari keberadaan Jihan. Sayangnya gadis itu terlalu pintar hingga kami belum berhasil menemukannya. Kemungkinan buruknya ia telah di terkam binatang buas.’’ Ucap Mario bohong kepada Michael di sambungan telepon.
“Sial. Pokoknya saya mau kalian cari Jihan sampai dapat. Kalau sampai ia diterkam binatang buas temukan pakaiannya.’’ Ucap Michael yang sudah sangat geram. Ia sangat marah karena orang suruhannya tak becus dalam melakukuan tugas yang ia berikan. Padahal ia sudah membayar mereka dengan cukup banyak uang imbalan.
Mario sendiri bertanya-tanya pada dirinya. Mengapa ia bisa sampai luluh hati menyelamatkan Jihan.
Saat ia menatap wajah cantik Jihan hatinya tersentuh dan ingin membantu Jihan.
Setelah perjalanan yang cukup lumayan lama sampailah mereka di kota. Namun Mario tidak membawa Jihan kembali ke rumah, Ia malah membawa Jihan ke sebuah kontrakan kecil. Ia menidurkan Jihan di sebuah kasur.
Lalu dengan perasaan was-was Mario meninggalkan Jihan untuk membeli makanan dan minuman untuk Jihan.
Seperginya Mario, Jihan bangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya Jihan ia mendapati dirinya sudah tidak berada lagi di hutan.
Bahkan kasur yang ia tiduri berbedan dengan kasur yang berada di rumah dalam hutan.
“Dimana lagi sekarang aku?’’ Tanya Jihan penasaran.
Jihan melihat sekeliling. Sepertinya ini wilayah kontrakan. Tanpa pikir panjang ia segera keluar. Bodohnya Mario ia lupa mengunci pintu. Dan dengan mudahnya Jihan berhasil keluar. Dengan terhuyung-huyung menelusuri gang-gang sempit ia mencoba meminta bantuan seseorang.
“Bu. Boleh saya pinjam handphone nya sebentar. Saya mau menghubungi keluarga saya. Handphone saya telah di jambret orang.’’ Ucap Jihan kepada ibu-ibu yang ia temui di ujung gang.
“Memangnya adik ini kenapa?’’ Tanya Ibu itu.
“Ceritanya panjang Bu. Bolehkan saya pinjam handphone Ibu sebentar.’’ Ucap Jihan dengan lemas.
“Iya-iya silahkan. Ini.’’ Ucap Ibu itu sembari menyodorkan handphone nya ke Jihan.
Entah mengapa pikirannya tertuju pada Rendy. Dan beruntungnya ia sudah menghafalkan nomor telepon Rendy.
Lalu ia mencoba menghubungi nomor Rendy.
Drrtt
Drrtt
Drrtt
“Ada panggilan masuk dari handphone nya pasien Rendy.’’ Ucap salah satu perawat.
“Oh ya untung sekali tadi pak polisi membawa handphone nya pasien Rendy kemari. Aku kasihkan aja langsung ya.’’ Ucap perawat yang lain.
Beruntung handphone Rendy di temukan warga sekitar saat Jihan di culik dan menyerahkan kepada kepolisian.
Setelah mengecek handphone Rendy, polisi menemukan rekaman video mobil yang membuntuti mobil yang Rendy dan Jihan tumpangi. Dengan itu polisi mendapatkan petunjuk yang sangat membantu.
setelah di rasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan di handphone Rendy, polisi mengatarkan handphone Rendy ke rumah sakit.
“Permisi. Saya membawakan handphone pasien Rendy dari polisi. Dan ini sepertinya dari tadi ada yang mencoba untuk menghubungi pasien Rendy.’’ Ucap Perawat kepada Ibu Laras.
“Oh ya terimakasih banyak sus.’’ Jawab Bu Laras.
Dengan hati-hati Bu Laras membangunkan Rendy.
“Rendy ini handphone kamu sudah ketemu diantarkan perawat baru saja dan sepertinya ada yang menghubungi kamu.’’ Ucap Bu Laras pelan-pelan.
Rendy pun terbangun dan segera mengangkat panggilan nya.
“Halo.’’ Ucap Rendy.
“Halo Rendy. Ini aku Jihan.’’ Ucap Jihan.
Rendy seketika terkejut dan bangun dari pembaringannya.
“Jihan? Kamu dimana sekarang?’’ Ucap Rendy
“A-aku sebentar.’’ Ucap Jihan terpotong ia terlebih dulu bertanya kepada Ibu-ibu yang meminjaminya handphone untuk menanyakan alamat yang saat ini ia berada.
“Aku ada di kawasan Gang Pillar Jaya No 14.’’ Sambung Jihan.
“Oke kamu diam disana dan tunggu aku. Sebentar lagi aku menjemputmu.’’ Ucap Rendy.
“Rendy kamu kan masih sakit bagai…’’ Ucap Bu Laras terpotong.
“Rendy sudah sembuh Buk. Lagipula Rendy juga sudah di infus. Rendy harus segera menjemput Jihan Bu.’’ Ucap Rendy dengan terburu-buru ia meninggalkan rumah sakit. Meski masih menggunakan baju pasien Rendy tak mempermasalahkannya.
Saat ini yang terpenting baginya adalah bisa bertemu dengan Jihan.
Rendy lalu mencari taksi untuk menuju ke lokasi yang Jihan berikan. Beruntungnya lokasi yang Jihan maksud sudah dalam kawasan Jakarta Selatan.
Di sisi lain setibanya Mario di kontrakan ia terkejut mendapati Jihan sudah tidak berada di kamar.
Bergegas ia langsung mencari Jihan.
“Terimakasih banyak ya Bu.’’ Ucap Jihan kepada Ibu-ibu yang membantunya.
“Sama-sama Neng. Masuk ke rumah saya dulu yuk Neng. Sepertinya Neng ini lemes sekali.’’ Ucap Ibu itu.
“Terimakasih Bu.’’ Jawab Jihan. Lalu Jihan menuruti permintaan Ibu itu dan ia di suguhkan teh hangat.
Sangat membantu untuk membuat Jihan lebih baik. Wajar saja sejak kemarin perutnya tak terisi apa pun.
“Neng ini ada telepon yang Neng telepon tadi. Mungkin menanyakan posisi Neng sekarang.’’ Ucap Ibu itu.
Jihan menerima telepon tersebut dan benar saja Rendy yang menelponnya menanyakan posisi Jihan sekarang.
Hingga akhirnya Rendy berhasil menemukan Jihan.
“Rendy.’’ Ucap Jihan.
“Jihan.’’ Ucap Rendy.
Rendy berlari menghampiri Jihan yang sudah menyambutnya di teras rumah Ibu yang membantunya.
“Kamu kenapa pakai baju pasien gitu?’’ Tanya Jihan.
“Aku sempat di rawat karena pukulan yang mengenai leher belakangku hingga aku pingsan. Untung saja tidak patah tulang leherku.’’ Ucap Rendy.
“Kamu sendiri bagaimana bisa disini?’’ Tanya Rendy.
“Ceritanya panjang. Aku pengen cepat-cepat pulang sekarang.’’ Balas Jihan.
“Ya sudah. Aku anterin kamu pulang sekarang ya.’’ Ucap Rendy.
“Bu sekali lagi terimakasih banyak ya. Besok kalau saya ada waktu saya pasti mampir kesini.’’ Pamit Jihan kepada Ibu-ibu yang telah membantunya.
“Sama-sama Neng. Semoga urusan Neng sama pacar Neng segera selesai ya.’’ Ucap Ibu itu.
Seketika Jihan dan Rendy terkejut dengan perkataan Ibu-ibu itu yang mengira mereka berdua adalah sepasang kekasih. Tanpa basa-basi lagi Rendy berpamitan. Ia tak merisaukan kalau Ibi itu mengira ia adalah kekasihnya Jihan.
“Thanks ya Rendy. Sudah mau aku repotin.’’ Ucap Jihan setelah mereka berada di dalam taksi.
“You are welcome.’’ Ucap Rendy datar.
Akhirnya kumenemukanmu Jihan. Doaku terjawab sudah. Gumam Rendy dengan menyunggingkan senyum manisnya tanpa sepengetahuan Jihan.
“Kita mau kearah rumah sakit atau kemana?’’ Tanya Jihan.
“Sebaiknya kita ke rumah sakit lagi, kesehatanmu perlu di cek.’’ Jawab Rendy.
“Oh oke. Lalu meeting kita dengan klien gimana?’’ Tanya Jihan.
“Itu tak jadi masalah. Yang terpenting sekarang kamu sudah ketemu dengan selamat.’’ Jawab Rendy.
Sementara itu kabar hilangnya Jihan telah menjadi konsumen publik di perusahaan. Karyawan semua membicarakan mengenai berita hilangnya Jihan. Banyak mereka yang memberikan spekulasi-spekulasi di culiknya Jihan.
Juga dengan Paman dan Mamah Jihan yang selalu setia menanti kabar dari Jihan.
“Sudahlah Ros. Kamu jangan menangis begitu kita pasrahkan saja sama polisi. Pasti mereka bekerja dengan sangat baik.’’ Ucap Paman Joe yang mencoba menenangkan adiknya itu.
“Bagaimana aku bisa tenang Kak. Dia itu anak aku satu-satunya. Aku nggak mau kalau sampai Jihan kenapa-kenapa.’’ Jawab Roshinta.
“Semua orang juga tidak ingin hal buruk menimpa Jihan, Ros. Kamu harus sabar ingat juga suamimu yang masih belum sadarkan diri ini.’’ Ucap Paman Joe.
“Kak. Besok izinkan aku ke Indonesia sebentar ya. Aku titik Abdi sama Kakak.’’ Ucap Roshinta.
“Nggak usah terburu-buru dalam mengambil keputusan Ros. Aku yakin ada motif tertentu dalam kasus di culiknya Jihan.’’ Ucap Paman Joe.
“Aku mau besok tetap berangkat ke Indonesia Kak.’’ Ucap Roshinta kekeh.
“Tunggu informasi dari Indonesia dulu Roshinta. Kakak sudah jelaskan dari tadi sama kamu, ingat kita tidak boleh gegabah.’’ Ucap Paman Joe dengan nada yang lebih tinggi.
Roshinta terdiam sejenak, di satu sisi ia sangat mengkhawatirkan keadaan Jihan. Di satu sisi lain ia juga harus menjaga suami tercintanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments