"Ngapain lu? Kenapa tiba-tiba lu melamun katanya mau makan?" sentak Jo yang melihat Rain saat ini hanya terdiam. Terdiam seribu bahasa, tapi bukan bahasa kalbu.
"Enggak apa-apa, cuma lagi mikir aja nanti gimana di kantor," jawab Rain sambil terlihat begitu gugup.
"Alah ngomong aja lagi mikirin Romlah! Susah-susah amat hidup loe! Lu pasti mule kepo kan? Hati terdalam loe mulai bertanya-tanya kan siapa Romlah sebenarnya? Ecie, cie, cie, cie.."
"Idih, buat apa gue mikirin dia kaya ga ada kerjaan aja! Asal loe tahu, dia sama sekali ga berarti dalam hidup gue! Jadi ngapain gue pake mikirin dia? Ga ada waktu!" gerutu Rain.
"Dasar stupid tiada tara, ngapain pake jual mahal pake banget sih loe! Sama bini sendiri, juga. Hukumnya halal, daripada loe mikirin yang haram, kaya Si Odah Saodah Mukodah!"
"Apalagi mikirin dia, amit-amit sekebon cabe, mending mikirin BBM yang udah naik!"
"BBM mah bukan kapasitas otak cetek kaya loe!"
"Emang gue sumur!"
"Lagian kenapa sih loe, anti banget sama bini loe sendiri? Udah bagus punya bini, biarpun akhirnya loe jadi kontroversi, yang penting kan loe udah laku!"
"Serah gue dong, ngapain loe ikut campur masalah hati? Mending loe urus aja tuh jadwal syuting gue daripada mikirin perasaan gue!"
"Yakin loe habis ini masih punya karier? Masalah yang loe bikin itu bukan masalah kecil tapi masalah gede! Udah buruan makan habis ini kita langsung ke kantor nih! Daripada karir loe habis berantakan!"
"Entahlah semua ini gara-gara gue pake nikah sama Si Romlah itu, jadi ribet kan hidup gue? Belum sehari gue nikah, dia udah bikin hidup gue sial gini! Jo, bisa minta manajemen suruh alihkan perhatian ke kasus prank Rizky Biliaran ga sih?"
"Gue harap sih gitu tapi status kontrak loe yang bahaya nih! Kalo mau giring maha benar netijen sih gampang, biar lebih fokus ke kasus Rizky Biliaran, sama istrinya sapa tuh? Neny?"
"Bukan, Reni..."
"Bukan juga!"
"Lastri!"
"Oh iya bener, Lastri!"
"Nanti kita coba deh ngomong, yang penting selesein dulu tuh sarapan, gue juga mau makan, laper, loe dari tadi recol banget sih ngomong mulu!"
Rain kemudian menyantap sarapannya ditemani oleh Jo, yang duduk disampingnya. Jo tampak menyantap sarapan itu dengan begitu lahap, layaknya seorang anak manusia yang sudah kelaparan selama dua kali puasa dan dua kali lebaran ya kasusnya hampir mirip dikit deh sama Bang Toyib yang udah lama nggak pulang-pulang. Begitulah rasa lapar yang dirasakan oleh Jo, sudah sangat menggelora dan merasuk ke dalam sanubarinya.
Setelah mereka menyelesaikan sarapannya, Rain kemudian masuk ke dalam kamar untuk mandi dan merapikan penampilannya. Ya, kali ini dengan sangat terpaksa dan dengan sangat berat hati akhirnya dia mandi. Di dalam lubuk hati terdalamnya, dia selalu bertanya-tanya akibat yang akan orang lain hadapi saat dia mandi, mungkin orang lain yang bertemu dengannya akan merasa sangat insecure dan merasa tidak ada gunanya lagi di dunia ini karena melihat ketampanannya setelah mandi.
Saat dia mandi, rasanya hatinya pun begitu tak ikhlas saat tetes demi tetes air mulai membasahi setiap inchi bagian tubuhnya. Inget, setiap inchi bagian tubuhnya, bukan televisi 14 inch.
Bahkan saat dia mandi, Rain melakukan aktivitas mandinya dengan setengah hati seperti lagunya Ada Band. Tapi cuma lagunya Ada Band doang ya bukan wajah vokalisnya karena wajah dia nggak mirip sama Doni Ada Band.
Seelah selesai mandi, Rain dan Jo kemudian bergegas menuju ke kantor manajemen mereka. Namun tanpa mereka sadari, seorang wanita sejak tadi tampak mendengar percakapan mereka. Dia pun tersenyum kecut, lalu berlalu masuk ke dalam kamarnya, setelah melihat Jo dan Rain keluar dari apartemen tersebut.
Sepanjang jalan, mereka yang biasanya sering melontarkan candaan layaknya Tom dan Jerry yang lepas dari kandang buaya, saat ini hanya bisa terdiam. Karena dia tahu sebentar lagi setelah lepas dari kandang buaya dia akan masuk ke kandang macan. Ya, itulah posisi Rain saat ini. Benar-benar seperti memakan buah simalakama yang dia katakan tadi pagi. Mungkin ini ada hubungannya karena dia pernah menjalin hubungan dengan Liora. Bukankah ayah dari Liora adalah petani buah simalakama? Mungkin inilah salah satu akibatnya kalau pernah berpacaran dengan anak seorang petani buah simalakama.
Saat mereka sudah sampai di kantor tersebut, tampak semua mata tertuju pada mereka berdua, layaknya iklan Miss Indonesia, sambil disertai bisik-bisik oleh beberapa orang yang mereka lewati. Tapi tatapan mata itu bukan tatapan mata kagum seperti yang biasanya Rain rasakan, tapi tatapan mata tajam dan penuh tanda tanya, tanda tanya, bukan titik atau koma.
"Jo, mampus nih, semua orang liatin kita. Kayaknya bakalan ada masalah gede nih!"
"Gue juga ngrasa gitu, Rain. Bos pasti marah besar nih gara-gara loe!"
"Loe jangan bikin gue tambah panik dong!"
"Siapa yang bikin panik! Lagian ngapain coba? Kalo nggak ada apa-apanya, buat apa mereka liatin kita gitu!"
"Ini semua memang gara-gara Romlah!"
"Ga usah salahin Romlah mulu! Gara-gara loe juga, pake ceroboh gini! Jadi repot sendiri kan?"
Saat Rain dan Jo sudah berdiri di depan sebuah ruangan yang mereka tuju, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sebuah suara yang membuat mereka seakan malas untuk hidup di dunia.
"Selamath pagih, Rainh. Selamath pagih, Joh! Goodh morningh!" sayup-sayup panggilan itu terdengar di belakang mereka.
"Jo, loe denger ada suara?"
"Denger, tapi ga keliatan bentuknya."
"Mungkin di belakang kita!"
"Ya udah ga usah nengok! Itu suara Odah Saodah Mukodah, cucunya grandong!"
"Ya udah, buruan masuk ke ruangan bos!"
"Gue takut!"
"Tapi yang dibelakang kita jauh lebih nakutin, emang loe mau ketemu sama cucunya grandong?"
"Ga mau, entar gue sial terus sampe ribuan purnama lagi."
"Ya udah buruan masuk!"
Jo kemudian menarik tangan Rain masuk ke dalam ruangan yang ada di hadapannya, meskipun diliputi rasa takut di dalam hatinya, takut akan bagaimana karirnya ke depan.
Saat berada di ruangan itu, keringat dingin tampak keluar dari tubuh keduanya, cuma keringat dingin bukan keringat anget-anget kuku. Mereka menunggu seorang laki-laki tambun yang sedang menelepon sambil menghadap ke arah kaca, dan terlihat membelakangi mereka. Setelah selesai menelepon, laki-laki itu lalu membalikkan tubuhnya dan melihat Rain dan Jo yang sudah berdiri di belakangnya.
"Rain! Apa kabar? Kemana aja sih? Udah nunggu dari tadi nih, mau kasih selamat, kok malah baru dateng?" sapa laki-laki bertubuh tambun itu.
"Jo, kok dia ga marah sih?"
"Mana gue tau?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nami chan
anjer curahan hati ku /Sob/
2023-11-25
0
Nami chan
iya lastri sama rizky pilar
2023-11-25
0
Deviastryveads_
huahahaha ini nih anaknya mak Erni udah muncul lagi. btw si mak Erni kmn yah kok ga muncul2 disini, ato jangan2 dia ga tw alias ketinggalan berita, mangkanya msih nangkep di sebelah🤦♀️🤣🤣🤣
2022-11-08
0