"Tuan Rain!" panggil Romlah secara tiba-tiba.
Rain yang mendengar suara dari arah belakang, kemudian membalikkan tubuhnya, lalu menatap wanita bercadar itu dengan seksama, tampak begitu jelas manik mana biru itu menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kau memanggilku?"
"Iya."
"Apa maksudmu memanggilku dengan sebutan, Tuan? Aku suamimu, panggil saja namaku! Ga usah repot-repot, gue juga ga ngrasa direpotin kok, asal kamu nggak nakal."
"Suami? Apa kau juga menganggapku sebagai istrimu?"
DEG
Seketika jantung Rain pun berhenti berdetak. 'Ni ukhti ternyata bisa ngledek juga!' batin Rain.
"Kau sebenarnya kenapa?"
"Kau yang sebenarnya kenapa, Tuan? Kau pikir siapa dirimu?"
"Eh kok gitu ngomongnya sih? Lancang nih ye sama suami! Kamu tau dosa nggak sih?"
"Dosa katamu? Memangnya kau pikir seorang suami yang tidak pernah menganggap istrinya itu bukan sebuah dosa?"
"Kamu benar-benar lancang! Gue nggak mau debat! Lebih baik kamu masuk ke kamar deh!" ucap Rain, dia kemudian berlalu meninggalkan Romlah yang masih berdiri menatapnya. Romlah menghembuskan nafas panjangnya, akhirnya dia pun berjalan menuju ke kamarnya, seraya membawa kedua kopernya.
Sementara itu Rain di dalam kamar terlihat begitu kesal. "Astaga, tu ukhi ye bener-bener, awas aja kalo dia masih lancang, gue cerein langsung tuh pake jurus tujuh turunan tujuh tanjakan! Dia pikir dia siapa? Bidadari empang? Ibu peri yang mirip tingki wingki? Atau ondel-ondel yang mirip sama Si Odah? Cih!"
Rain kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, lalu memejamkan matanya, meskipun mata itu tak kunjung terpejam, memikirkan hari ini yang terasa begitu pahit baginya. Pahit, bahkan pahitnya melebihi buah strawberry yang dijual di gurun afrika.
Berbagi pikiran menari di benaknya, cukup menari aja, tari modern, bukan tari balet, atau tari tradisional, susah soalnya. Udah banyak pikiran, pake nari lagi, gimana konsepnya coba?
Kembali terlintas di pikiran Rain, perselingkuhan antara Liora dan Nick yang sebenarnya menyesakkan dadanya. Apalagi dia memergoki perselingkuhan kekasihnya itu saat mereka sedang melakukan hubungan layaknya suami istri, inget cuma layaknya ya, soalnya bukan suami istri. Padahal selama Liora berpacaran dengannya, dia sama sekali belum pernah melakukan hubungan seperti itu, paling cuma icip-icip sedikit di bibir, dosa kata Mami Rosalinda kalo nyicip semuanya.
"Ahhh shittt! Kenapa gue tadi emosi pake banget sih, iyain aja kata-kata papi sama mami buat nikah sama Romawi Kuno yang peradabannya sudah hilang ditelan masa. Sekarang nyesel kan? Harusnya gue bisa dapetin yang lebih cakep dari Si Liora Odah Sakodah Mukodah yang mukanya kaya potong bebek angsa, angsa di kuali, mama minta dansa, dansa empat kali. Idihhh!"
"Kenapa gue ga deketin aja yang lebih keren dikit kaya Mpok Atiek ato Omas gitu, jelas-jelas mereka lebih cakep dan berkelas ga kaya Romawi kuno di kamar sebelah itu, dih. Ah emang penyesalan itu datang terlambat. Kalo datang kecepeten itu namanya bukan penyesalan, tapi pendekatan. Gitu kan konsepnya?"
"Ah udah ah, lebih baik gue tidur dulu. Siapa tau ini beneran mimpi sebelum tidur, trus pas gue bangun ternyata status gue masih perawan. Eh kok perawan sih? Tau ah gelap, segelap hidup gue gara-gara nikah sama Romawi kuno, mungkin pernikahan ini harus dikasih lampu Philips biar ga gelap lagi."
Rain kemudian memejamkan matanya yang menurut dia sangat menawan. Padahal, mata semua orang itu sama di hadapan Tuhan, karena yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain itu amal ibadahnya, bukan matanya.
Sementara Romlah di dalam kamarnya yang sudah selesai merapikan pakaiannya ke dalam lemari, tampak mulai mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, lalu dia membuka cadarnya, dan menatap wajah itu sebentar di depan cermin.
Sepasang mata dengan manik mata biru, bulu mata yang begitu lentik, hidung mancung, serta bibir tipisnya yang berwarna pastel terlihat begitu sempurna pada pantulan cermin itu. Dia kemudian tersenyum, meskipun tak dapat dipungkiri jika ada sedikit lara di hatinya setelah melihat sikap Rain pada dirinya. Tapi itu bukan masalah besar baginya, karena dia tahu hal itu pasti akan terjadi.
Hidupnya dan Rain memang sangat berbeda, dan dia sadar, Rain yang terbiasa hidup dengan popularitas dan glamornya dunia entertainer pasti tak mudah menerima dirinya yang memiliki latar belakang berbeda dengannya. Semua yang terjadi di dalam pernikahannya, dia pasrahkan pada Tuhan. Dan dia siap dengan apapun yang terjadi, meskipun dia tetap akan mempertahankan pernikahan itu. Ya, demi orang tuanya, dia akan mempertahankan pernikahan itu.
***
Keesokan harinya...
Hidung Rain yang lumayan mancung meskipun tak semancung Shah Rukh Khan sedikit bereaksi, tapi bukan reaksi kimia, apalagi reaksi fisika dan matematika. Saat hidung lumayan mancung itu merasakaan bau masakan yang amat wangi.
"Bau masakan apa nih? Kok bukan bau semur jengkol atau tumis pete yang biasa mami masak? Emang pagi-pagi gini siapa yang masak sih? Astaga naga, naga bonar, gue inget ternyata gue udah punya istri. Lebih tepatnya istri yang tak dianggap, dih kaya judul sinetron di stasiun tivi lumba-lumba terbang aja. Atau judul novel penulis romantis, inget penulis novel romantis, bukan author gila yang nulis novel ini," ujar Rain sambil membuka matanya.
Dia kemudian bangkit dari atas tempat tidurnya, lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu, dia bergegas keluar dari kamar menuju ke arah meja makan.
Di meja makan tersebut, tampak Romlah sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya. Rain kemudian bergegas mendekat ke arahnya. Namun, Romlah hanya diam, dan masih terlihat sibuk menyiapkan makanan di atas meja makan. Melihat aneka masakan aneh yang ada di atas meja makan, seketika Rain pun takjub, karena ada beberapa makanan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Kau yang masak?"
"Kau pikir siapa? Bukankah di apartemen ini hanya ada kita berdua?"
"Ada cuma ga keliatan."
"Siapa?"
"Kan kalo berduaan, yang ketiga pasti setan."
Romlah hanya terdiam mendengar candaan Rain. 'Astoge, ni ukhti kayaknya ga bisa buat becanda ya. Gue becandain bukannya nangis kek malah diem aja,' batin Rain.
"Ukhti ini masakan apa? Kok gue belum pernah liat masakan ginian?"
"Maaf, aku terbiasa sarapan dengan makanan ini, kalau kau mau yang lain bisa aku siapkan."
"Ga usah ukhti, makanan yang ini kayaknya enak deh kaya ada telor-telornya gitu. Bisa nggak jelasin ini masakan apaan? Soalnya masakan ginian ga pernah ada di pelajaran dulu. Pak gurunya emang nakal tuh ga pernah kasih pelajaran ginian, gue kan jadi ngrasa kudet dan kuper gitu. Seketika kekerenan gue merasa berkurang kalo gini tuh."
"Ini semua makanan khas Turki, yang kau sebutkan itu namanya menemen, memang terbuat dari telor dengan tomat dan paprika yang diberi bumbu rempah. Lalu yang itu yumurtali pide, roti dengan isi cincang sapi dan diberi toping keju."
"Pinter juga kamu, belajar masakan Turki darimana ukhti? Dari google map apa dari m-banking nih? Eh atau jangan-jangan pernah jadi tenaga kerja wanita di Turki, nih? Hahahahaha."
Mendengar perkataan Rain, seketika Romlah pun menatapnya dengan tatapan mata tajam, tatapan tajam dari manik mata berwarna biru yang membuat tawa Rain seketika terhenti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Deviastryveads_
skakmat ga tuh🤭🤣🤣🤣
2022-11-08
0
Anisyah S
kemaren ilang bagai di telan bumi, akhirnya sekarang muncul lagi🌝 tak guleki lho mak 😭
2022-11-07
0
Candra Woods
nanti kalo sudah lihat muka asli romlah jangan kejang2 ya rain😂😂😂😂
2022-11-06
1