Kamarku

Sementara itu, Rain yang kini sudah berada di dalam toilet tampak beberapa kali membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari wastafel.

Byur.... Byurr... Byurr...

Entah sudah berapa kali air itu membasuh wajahnya yang menurutnya sangat tampan, tapi Rain tetap berulang kali membasuh wajah itu hingga nafasnya terdengar begitu menderu.

Setelah berhenti membasuh wajahnya dengan air, dia lalu menatap wajahnya pada cermin yang ada di atas wastafel tersebut sambil menghembuskan nafas panjangnya.

"Ini rasanya seperti mimpi, gue dan Romlah udah nikah? Astaga, secepat inikah? Sekarang apa yang harus gue lakuin? Sebenarnya, gue belum siap nikah, dan juga belum bisa menerima Romlah sebagai istri gue, tapi udah terlanjur basah, mo gimana lagi? Apa gue harus nyanyi lagunya Meggi Z dulu? Ah, mana sempet. Udah deh daripada pusing mending bawa pulang aja!" ujar Rain sambil mengusap wajahnya dengan kasar, meskipun wajah itu sebenarnya tidak kasar, bahkan halus, kinclong, dan bersinar, tanpa noda.

Setelah cukup lama Rain berada di dalam toilet, dia kemudian keluar dari toilet tersebut dan menghampiri keluarganya, dan keluarga Romlah yang tengah menunggunya. Sekilas Rain menatap wanita itu, yaitu Romlah yang saat ini sudah menjadi istrinya. Meskipun wajah wanita itu memakai cadar, dibalik cadar itu jelas terlihat kalau mata Romlah tampak mengamatinya sejak dia keluar dari toilet.

"Rain, ayo kita ke dalam. Sekarang kau bisa melihat wajah istrimu!" ujar Ucup.

"Emh, maaf Pi. Tapi itu tidak perlu. Aku ingin pulang sekarang juga."

"Pulang? Apa maksudmu? Kau baru saja menikah, dan sekarang kau ingin pulang? Enteng bener? Kaya ga punya sopan-santun, sejak kapan kamu jadi orang low attitude gini, Rain? Apa kamu lupa, sejak dulu mami selalu ngajarin kamu untuk membela kebajikan dan kebenaran!" teriak Rosalinda.

"Tapi Mi, aku harus pulang sekarang juga. Besok aku harus berangkat syuting pagi, Mi."

"Ga! Kamu harus tetep di sini!"

"Tapi, Mi!"

"Rosalinda, biarkan saja kalau Rain mau pulang, Ros. Mungkin dia ingin pertemuan pertama dia dengan Romlah berdua saja, biar kesannya lebih romantis," ujar Ayfer.

"Benar juga, ya udah kalian berdua pulang aja sekarang!" perintah Rosalinda.

"Iya Mi. Papi, abi, umi, Rain pulang dulu," ujar Rain. Saat dia akan berjalan keluar dari aula tersebut, tiba-tiba terdengar suara teriakan Rosalinda.

"Rainnnnn!" teriak Rosalinda.

"Apaan sih, Mi? Katanya udah boleh pulang?"

"Pulang sih pulang, tapi jangan sendirian dong! Apa kamu lupa kamu udah nikah sama Romlah?"

"Trus? Emangnya kenapa Mi?"

"Emangnya kenapa lagi? Masa jalan sendiri gitu! Ga afdol banget jadi pengantin baru, gandeng kek, gendong kek!"

Mendengar perkataan Rosalinda, Rain kemudian melirik Romlah yang kini tampak menundukan wajahnya.

"Rain! Kenapa diem aja sih?"

'Astaga naga, naga bonar jadi dua, tiga, empat, lima... Gue harus gandengan sama Romawi kuno?' batin Rain.

"Rain! Kenapa diem aja sih? Kamu ga denger omongan mami? Terus kuping kamu buat apa kalo bukan buat dengerin omongan orang?"

Rain mendecih lirih, selirih suara semut yang sedang bergerombol. Dia kemudian mendekat ke arah Romlah. Saat dia sudah berdiri di depan Romlah, tubuhnya sempat diam terpaku sejenak, desiran halus kini mulai merasuk ke dalam hatinya.

"Ayo kita pulang!" ucap Rain. Romlah yang masih menundukkan kepalanya, hanya mengangguk perlahan. Dia kemudian pamit pada kedua orang tuanya, memeluk mereka dengan begitu erat, diiringi isak tangis lirih. Selesai berpamitan dengan orang tuanya, dia kemudian mendekat ke arah Rosalinda dan Ucup, berpamitan, lalu mengucapkan salam, kemudian menundukkan tubuhnya dan mencium tangan Rosalinda.

Rosalinda kemudian mengangkat tubuh Romlah yang saat ini masih tertunduk saat mencium tangannya. Lalu memegang wajah yang tertutup cadar warna putih itu, lalu menatapnya dengan tatapan begitu dalam.

"Romlah, aku tahu putraku bukan yang terbaik, aku tahu begitu banyak kekurangan dalam diri putraku. Aku hanya minta padamu, tolong terima putraku dengan penuh keikhlasan di dalam hatimu, tolong dampingi dan tuntun dia, karena aku tahu yang dia membutuhkan wanita sepertimu."

"Insyaa Allah, mami," jawab Romlah lirih. Rosalinda kemudian memeluk tubuh Romlah sejenak, hingga terdengar sebuah suara yang mengagetkan mereka berdua.

"Mami!"

Rosalinda melepaskan pelukannya pada Romlah, lalu menatap Rain. "Apaan sih? Orang lagi adegan haru, ganggu aja! Tanggung nih, belum nangis! Kurang afdol adegan harunya kalo belum ada kata-kata air mata menetes di pipi."

"Besok-besok lagi aja deh, Mi. Ini udah malem, Mi!"

Rosalinda menggerutu lirih, kemudian menatap ke arah Romlah kembali. "Romlah, hati-hati di jalan ya sayang!"

"Iya mi."

Romlah lalu mendekat ke arah Rain. "Udah?" tanya Rain yang hanya dijawab anggukan oleh Romlah.

"Ayo pulang!" sambung Rain.

"Abi, umi, papi, mami, kami pulang dulu," pamit Rain.

"Rain, jangan lupa gandeng tu tangan Romlah!"sahut Rosalinda. Rain kemudian melirik wanita yang ada di sampingnya, lalu melihat jemarinya yang berhiaskan hena putih, lalu bagian punggung tangannya tertutup oleh sarung tangan berwarna putih.

"Gandeng Rain!" sahut Rosalinda kembali. Dengan terpaksa Rain kemudian menggenggam separuh tangan itu. Ya, hanya separuh, tidak seluruhnya, sama seperti hatinya saat menjalani pernikahan ini.

Mereka kemudian berjalan keluar dari aula ke arah halaman pondok, tempat Rain memarkirkan mobilnya. Setelah salah seorang santri selesai memasukkan barang-barang milik Romlah ke dalam mobil, mereka berdua kemudian masuk ke mobil tersebut.

Sepanjang perjalanan yang mereka lalui, hanya keheningan yang tercipta diantara keduanya. Perasaan Rain begitu berkecamuk, lubuk hati terdalamnya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa saat ini dia telah menjadi suami dari Romlah. Ya, dia memang menyadari semua terjadi karena dirinya. Dia yang sudah menyanggupi permintaan kedua orang tuanya untuk menikah dengan Romlah, tapi tanpa dia sadari semua perkataannya tadi siang juga hanyalah sebuah emosi semata karena melihat Liora yang berselingkuh dengan Nick. Dan, keputusan yang dia ambil saat ini benar-benar telah membuatnya menyesal.

Sebuah penyesalan karena telah menikah dengan wanita yang tidak dia cintai sama sekali. Jangankan cinta, rasa tertarik pun tidak pernah dia rasakan pada wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Tidak hanya Rain, tapi Romlah juga merasakan hal yang sama, berbagai pikiran kini menari di dalam benaknya. Apalagi setelah melihat sikap Rain yang begitu dingin padanya. Belum lagi, tentang masa lalu Rain yang sudah memiliki kekasih. Hatinya pun begitu bimbang dipenuhi oleh berbagai tanda tanya, apakah Rain mau menerima dirinya sebagai istrinya, sedangkan dia dan mantan pacar dari Rain sangatlah berbeda.

Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah sampai di apartemen milik Rain. Setelah Romlah mengambil dua koper miliknya yang ada di bagasi mobil, mereka kemudian masuk ke gedung apartemen tersebut. Rain tampak berjalan dengan begitu tenang melenggang sendirian memasuki gedung apartemen itu. Sedangkan Romlah, tampak kesusahan membawa dua buah koper di tangan kanan dan kirinya. Selain itu, dia juga tampak begitu kesulitan berjalan karena gaun pengantin yang masih dikenakan olehnya.

"Bisa cepet dikit nggak sih?" tegur Raih.

"Iya," jawab Romlah, mengikuti langkah Rain dengan begitu tertatih. Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah sampai di unit apartemen milik Rain.

"Itu kamarmu, tidurlah di kamar itu!" ucap Rain pada Romlah saat mereka sudah ada di dalam unit apartemennya.

'Kamarku?' batin Romlah.

Terpopuler

Comments

Nami chan

Nami chan

hrsnya kalo liat wajah ibu romlah, rain tau kalo romlah mmg keturunan luar

2023-11-25

0

mudahlia

mudahlia

emang keturunan komedi

2022-12-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!