"Umm.. putri Tuan Alexandro itu mengajukan cuti Tuan. Katanya dia ingin fokus bekerja untuk membayar hutang-hutang yang di tinggalkan ayahnya."
"Ya sudah, berikan saja. Toh banyak kan mahasiswa yang mengambil cuti dengan alasan yang sama. Kenapa giliran dia yang ambil cuti kau laporan pada ku?!" Balas Max.
"Saya hanya ingin memberitahu saja, Tuan. Siapa tau saja Tuan mau membantu putri Tuan Alexandro itu mendapatkan pekerjaan di Vellf Group." Ucap Agam.
Max mengalihkan pandangannya dari layar laptop untuk melihat Agam.
"Apa kau pikir aku ini pengangguran sampai-sampai aku harus mengurus hal yang tidak penting seperti itu. Sedangkan dua teman ku saja pengangguran tidak aku bantu mendapat pekerjaan di Vellf Group, kenapa orang yang tidak aku kenal harus aku bantu untuk masuk ke Vellf Group." Balas Max sedikit geram.
Cih.. dua teman Anda pengangguran karena mereka yang tidak mau mengurus perusahaan orangtua mereka. Itu tidak masuk kategori pengangguran, Tuan.
Gerutu Agam dalam hati.
"Sudah sana, jangan mengganggu ku. Masih banyak yang harus aku kerjakan." Usir Agam.
"Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Agam.
Agam pun keluar dari dalam ruang kerja Max.
Lima menit, Max masih belum memiliki rasa penasaran dengan sosok putri Tuan Alexandro. Tapi mendekati menit ke sepuluh, rasa penasaran mulai menyeruak dalam rongga dada Max.
Max pun mengambil ponselnya dan menghubungi rektor Vellf University dan meminta data diri putri Tuan Alexandro itu.
Sepuluh menit kemudian.
TRIING..
Notifikasi email masuk di ponsel Max.
Cepat-cepat Max membuka email itu. Max memicingkan matanya sambil mendekatkan wajahnya ke layar ponsel.
"Apa aku tidak salah lihat? Bukannya ini si gadis pargoy." Gumam Max.
Max mengedipkan matanya berkali-kali lalu mengucek-nguceknya kemudian memperbesar foto Alice yang terlampir di data diri tersebut.
"Iya benar, ini si gadis pargoy." Gumam Max lagi.
"Hehehehe.. apa ini yang namanya jodoh, gadis pargoy?!" Gumam Max seraya tersenyum licik.
"Padahal aku sudah lupa dengan mu, tapi kau sendiri yang menampakkan diri mu. Maka bersiaplah kau gadis pargoy, jangan panggil aku Maxim Vellfire jika tidak bisa membuat mu bertekuk lutut." Gumam Max lagi.
Max pun mengangkat gagang telepon lalu menekan angka yang menghubungkan ke meja Agam.
"Ya Tuan."
"Agam, aku keluar dulu. Ada hal penting yang harus aku kerjakan." Ucap Max.
"Maaf Tuan, hal penting apa? Jadi nanti kalau Nyonya Mesye datang dan menanyakan keberadaan Anda, saya bisa menjawabnya, Tuan." Tanya Agam.
"Bilang saja aku sedang berburu mangsa untuk santapan ku setiap malam." Jawab Max.
Max pun menutup teleponnya lalu beranjak dari tempat duduknya. Tak lupa ia memakai jas dan mengencangkan kembali dasi-nya yang sempat Max longgarkan. Setelah dirasa dirinya cukup berwibawa sebagai seorang CEO, barulah Max keluar dari ruang kerjanya.
💋 💋 💋
Vellf University.
Kini Max sudah berada di Vellf University.
Saat di perjalanan tadi, Max menghubungi rektor kampus untuk menghubungi Alice dan meminta Alice untuk datang dan menemui Max di gedung rektorat.
Karena pihak kampus mendadak menghubungi Alice untuk datang, maka Alice pun datang lebih lama satu jam dari Max. Maklum saja, Alice sudah tidak punya kendaraan untuk dia pakai dari mansion-nya, jadi dia harus menggunakan fasilitas umum.
Tok.. tok.. tok.
Pintu ruangan ketua yayasan terketuk.
"Masuk." Jawab Max dari dalam ruangan dengan suara berat dan berwibawa. Kali ini dia harus terlihat berwibawa agar Alice tidak menghinanya lagi.
Ceklek. Pintu terbuka.
"Tuan, mahasiswi yang bernama Alice sudah datang." Ucap staff wanita yang membuka pintu ruangan Max.
"Suruh dia masuk." Jawab Max.
"Silahkan masuk Alice." Staff itu pun mempersilahkan Alice untuk masuk ke ruangan ketua yayasan.
Alice pun masuk ke dalam ruangan itu. Setelah Alice masuk, staff wanita itu menutup pintu ruang kerja Max.
"Selamat siang Tuan. Saya Alice." Ucap Alice. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ini pertama kalinya dia masuk ke ruang ketua yayasan.
Alice pun melihat papan nama yang ada di meja kerja, Maxim Vellfire. Itulah nama yang tertera di papan nama sebagai ketua yayasan
Di pikiran Alice ketua yayasan tempatnya menimba ilmu itu yang sekarang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan posisi membelakangi Alice, bertubuh pendek, perut buncit, kepala setengah botak dengan rambut yang hampir putih.
S R E E E K..
Max memutar kursi kebesarannya.
Mata Alice membulat seketika begitu ketua yayasan memutar kursi kebesarannya.
"Om mesum..." Pekik Alice.
💋 💋 💋
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Asmalyda Yeni
/Grin//Grin//Grin/
2024-11-18
0
Anah
p
2022-11-27
0
AJ_86
😂😂😂 aku kok ingat ceritanya si Yordan dan Ica ya.
2022-11-18
0