"Alice, bawa Mami mu ke kamar. Dan bantu Mami mu menyuntikkan insulin ke tubuhnya." Perintah Papi Alex.
Alice menganggukkan kepalanya lalu mendorong kursi roda sang Mami. Mami Lucy bisa berjalan, hanya saja karena keadaannya yang sedang lemah membuat Mami Lucy harus duduk di kursi roda karena akan sangat berbahaya kalau Mami Lucy memaksakan untuk berjalan, bisa saja saat berjalan Mami Lucy tiba-tiba pingsan, lalu jatuh dan terbentur. Sedangkan bagi penderita diabetes sangat berbahaya jika ada benturan atau luka di tubuh mereka.
Setelah Alice keluar bersama Mami Lucy, Papi Alex pun mengeluarkan tiga sertifikat pabrik dari enam pabrik miliknya dari dalam brankas. Sedangkan dua sertifikat lagi sudah Papi Alex gadaikan saat Papi Alex hendak membangun satu pabrik lagi dan membangun mansion yang kini mereka tempati. Dan satu sertifikat lagi sengaja Papi Alex sisakan untuk berjaga-jaga.
"Ini sertifikat pabrik, gadaikan lah ini ke bank dan pakai uangnya untuk membayar pesangon para karyawan dan membereskan masalah ini." Ucap Papi Alex seraya memberikan lima sertifikat itu pada Paman Anthony, adik dari Papi Alex."
Paman Anthony pun menerima ketiga sertifikat itu.
"Baik Kak." Balas Paman Anthony.
"Ayo Tuan Anderson, kita urus masalah ini." Ucap Paman Anthony pada pengacara keluarga Mercy.
Paman Anthony dan pengacara Anderson pun beranjak dari tempat duduk mereka lalu keluar dari dalam ruang kerja.
Setelah adik dan pengacaranya keluar, Papi Alex hanya bisa menghela nafasnya kasar. Rasanya sangat berat harus menggadaikan tiga sertifikat itu ke bank, apalagi sebelumnya Papi Alex sudah menggadaikan dua sertifikat pabrik, kalau nanti Papi Alex tidak bisa membayar cicilan, maka lima pabrik milik Papi Alex akan di sita oleh pihak bank.
Tapi kalau tidak di gadaikan, maka masalah yang terjadi di pabrik akan terus bergulir dan itu pabrik tidak akan beroperasi sampai masalah itu di selesaikan.
Dan imbas dari masalah ini, Papi Alex mengalami kerugian yang sangat besar dan terpaksa harus melakukan PHK besar-besaran.
Kini Paman Anthony dan pengacara Anderson sudah berada di parkiran. Karena mereka membawa mobil masing-masing, maka mereka pun berjalan ke mobil mereka masing dan janjian bertemu di bank yang akan menjadi tempat mereka menggadaikan ketiga sertifikat itu.
Begitu masuk di dalam mobil, Paman Anthony pun mengeluarkan ponselnya dari saku jas-nya lalu menghubungi gundiknya.
"Honey, apa kau sudah menyiapkan semuanya?" Tanya Paman Anthony.
"Tenang saja Honey, semua sudah siap. Tinggal menunggu kabar dari mu saja." Jawab gundik Paman Anthony di seberang telepon.
"Baiklah. Tinggal satu langkah lagi, Honey maka kita akan bersenang-senang." Balas Paman Anthony.
Panggilan pun berakhir.
"Maafkan aku kakak ku, aku harus melakukan ini. Aku sudah bosan menjadi kacung mu! Sekarang gantian, kau lah yang harus merasakan menjadi kacung!" Lirih Paman Anthony sambil menatap ke arah mansion.
Paman Anthony pun menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan mobilnya keluar dari area mansion, menyusul pengacara Anderson yang sudah lebih dulu meninggalkan area mansion.
Bank
Kini Paman Anthony dan pengacara Anderson pun sudah berada di bank.
Setelah tiga jam lebih mengurus ini dan itu, akhirnya uang hasil pegadaian tiga sertifikat pabrik pun sudah berada di tangan Paman Anthony.
Dengan tiga koper uang hasil pegadaian, kini tujuan mereka adalah kantor polisi.
Sama seperti saat ke bank tadi, Paman Anthony dan pengacara Anderson pun janjian bertemu di kantor polisi.
Pengacara Anderson yang tidak mempunyai kecurigaan pada Paman Anthony pun mempercayai Paman Anthony kalau Paman Anthony tidak akan membawa lari uang kakak-nya sendiri, membiarkan Paman Anthony memegang tiga koper yang berisi uang itu.
Bahkan saat Paman Anthony menolak tawaran pengacara Anderson yang menyuruh Paman Anthony untuk meminta polisi mengawal mereka menuju kantor polisi pun, pengacara Anderson pun tidak menaruh curiga sama sekali karena alasan yang di berikan Paman Anthony masuk akal.
Karena Paman Anthony mengatakan, jika mereka di kawal oleh polisi maka itu justru akan membuat para komplotan penjahat mengetahui kalau mereka membawa uang banyak. Dan alasan Paman Anthony itu pun masuk di akal pengacara Anderson.
Pengacara Anderson pun berangkat lebih dulu menuju bank, setelah kurang lebih sepuluh menit, barulah Paman Anthony melajukan mobilnya.
Namun sebelum ia melajukan mobilnya, Paman Anthony lebih dulu menghubungi gundiknya dan meminta gundiknya itu untuk menunggunya di suatu tempat. Setelah menghubungi gundiknya, Paman Anthony langsung mengeluarkan SIM teleponnya dari dalam ponsel lalu membuangnya.
Setelah itu barulah Paman Anthony melajukan mobilnya keluar dari area bank. Dan saat sudah di pertengahan jalan, barulah Paman Anthony membuang ponselnya ke tempat sampah.
Tujuannya apa, ya apalagi kalau untuk menghilangkan jejak.
💋 💋 💋
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Raisya Almira
Ternyata musuh dalam selimut...dasar Tumila..😡
2022-12-12
3
Rumiyati Hanif
waah dasar adik yg serakah...
2022-11-17
0
mamah lia nia
nah kan bener dugaan ku....😔😔😔
2022-11-17
0