Amanda keluar kamar setelah berganti pakaian. Hari ini ia berencana untuk melihat keadaan Emely di klinik Dokter Zack. Wanita itu tampak cukup santai dengan kemeja dan celana jeans. Jangan lupakan sepatu maut yang sudah terpasang di kaki indahnya.
"Mau ke mana, Emely?" tanya Shara yang tiba-tiba datang menyapa. Dia menatap saudara tirinya dari ujung kaki ke ujung kepala, dengan tangan menyilang di depan dada.
"Wah, ada apa dengan saudara tiriku ini? Apa kamu salah minum obat sampai harus repot-repot menanyakan aku mau ke mana? Aku jadi sangat terharu dengan perhatianmu," balas Amanda sengaja menyindir.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menyapamu saja. Siapa tahu saja ini adalah pertemuan terakhir kita."
Amanda terkekeh. Tentu saja ia tahu ke mana arah pembicaraan Shara. tetapi, Amanda sudah menyiapkan amunisi untuk menghadapi segala kemungkinan.
"Tenang saja Shara. Aku belum berencana untuk mati hari ini," ucap Amanda santai. "Aku masih harus menangkap orang yang sudah berusaha untuk membunuhku dengan merusak rem mobilku di hari pernikahan."
Mendengar itu, senyum yang menghiasi wajah Shara perlahan menghilang. Tubuhnya mendadak terasa meremang. "Apa maksudmu?"
Amanda berdecak seraya menggelengkan kepala. "Apa kamu tidak merasa kecelakaan yang kualami malam itu tidak aneh? Rem mobilku tiba-tiba rusak dan aku hanyut ke sungai. Aku hanya merasa aneh, karena kalian ingin membuat pengumuman resmi bahwa aku sudah tewas, padahal kalian belum menemukan jasadku."
Shara semakin getir. Ia hampir saja terjatuh jika tidak berpegangan pada meja. "Apa kamu sedang menuduh aku dan ibu yang merencanakan pembunuhan atas dirimu?"
"Ada apa denganmu, Shara? Aku sama sekali tidak pernah bilang kalau aku menuduhmu, kan? Dan kenapa wajahmu harus jadi pucat begitu? Atau jangan-jangan ...."
"Hentikan!" pekik Shara. Napasnya terasa lebih cepat. Amanda seperti sedang menguji kesabarannya. "Jangan sembarangan menuduh! Aku dan ibu tidak tahu apa-apa tentang kecelakaan itu!"
Mengulas senyum, Amanda melangkah maju, seiring dengan langkah Shara yang terus mundur. "Baguslah kalau kamu dan ibu tidak terlibat. Karena kalau sampai kalian terlibat, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin kalian aka. membusuk dipenjara atau bahkan dijerat dengan pembunuhan berencana."
Shara merasakan tubuhnya semakin bergetar hebat. Dia bisa melihat kemarahan yang tersembunyi dalam tatapan wanita di hadapannya. Shara bertanya-tanya dalam hati, tentang apa yang terjadi kepada Emely setelah kecelakaan itu, karena kini ia terasa seperti bukan Emely yang selama ini bersamanya.
"Sekarang aku akan pergi dulu. Sampai jumpa, saudara tiriku tersayang."
Sambil mengulas senyum, Amanda berlalu meninggalkan Shara yang masih mematung di ambang pintu kamar. Wanita itu menatap punggung Amanda dan menyeringai setelah tak terlihat lagi.
"Sampai jumpa? Seharusnya kamu mengucapkan selamat tinggal, karena setelah hari ini kita tidak akan bertemu lagi."
Shara lantas meraih ponsel dan segera menghubungi seseorang.
"Gordon, dia baru saja keluar dari rumah. Pastikan kali ini Emely benar-benar mati di tangan kalian dan jangan tinggalkan jejak!" perintah wanita itu.
"Baik, Nona!" jawab seorang pria di ujung telepon.
Panggilan terputus. Shara bernapas lega setelahnya. Tiba-tiba tepukan yang mendarat di bahu mengejutkannya. Ibu Liana tampak menghampiri putrinya itu.
"Bagaimana, Shara?"
"Tenanglah, Bu. Rencana kita kali ini tidak akan gagal. Gordon pasti berhasil menyingkirkan Emely."
Ibu Liana tersenyum senang. "Baguslah, akhirnya kita akan terbebas dari gadis buruk rupa itu dan kita bisa menikmati harta keluarga Golden!"
"Benar, Bu. Rasanya aku sudah tidak sabar membuat upacara kematian sungguhan untuk Emely!"
*
*
*
Sementara itu, Amanda sudah berada di halaman rumah. Dia melirik beberapa koleksi mobil mewah milik keluarga Golden. Dia pikir, harus lebih berhati-hati, jangan sampai masuk ke perangkap yang sama seperti saat saudara kembarnya dulu terjebak oleh permainan Shara dan ibunya.
"Ada apa, Nona Emely?" Seorang pria yang bekerja sebagai sopir di rumah itu datang mendekat setelah Amanda memanggil.
"Apa kamu punya kunci mobil Shara? Berikan padaku!" Ia menengadahkan tangan untuk meminta. Menggunakan mobil Shara adalah langkah paling aman untuknya saat ini. Sebab mobil lain bisa saja sudah dimanipulasi terlebih dulu.
Laki-laki berusia kurang lebih 30 tahun itu menundukkan pandangan. Ia tampak ragu. "Ada, Nona. Tapi saya tidak berani. Nona Shara pasti akan marah nanti."
Ucapan sang sopir membuat Amanda kesal setengah mati. Ia lantas melayangkan tatapan tajam yang membuat laki-laki itu merasa merinding. Tidak pernah sebelumnya Emely yang penakut segalak ini terhadap seseorang.
"Aku pewaris tunggal keluarga Golden! Semua yang ada di rumah ini adalah milikku, jadi berikan kunci mobilnya atau aku akan memecatmu sekarang juga!"
...**** ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Laurensia Listianawati
terus Waspada Amanda , selalu ber hati2
2024-10-18
0
༄༅⃟𝐐Shanum🎀
Manda gadis yg cerdik 👍😁
2023-09-21
0
Bunda Aish
yaa bagus Amanda, waspada jangan sampai lengah.... jebakan untuk mu ada di mana-mana
2023-06-05
0