Wajah Glen seketika berubah. Tangannya bergerak mengusap leher. Benar, ada bekas lipstik Shara di sana. Laki-laki itu langsung mengasah otak demi mencari sebuah alasan yang masuk akal.
"Emh, sepertinya ... ini bekas lipstik Bibi Lena. Tadi dia terus menangis jadi aku memeluknya." Ia meraih selembar tissue dan mengusap lehernya.
"Ibu menangis? Menangisi siapa?" tanya Emely.
"Tentu saja menangisimu, Sayang. Bibi Lena dan Shara sangat sedih karena kehilanganmu. Apa kamu tahu, selama sepuluh hari ini mereka terus berdoa untukmu."
Emely hanya mengangguk. Lalu kembali bersandar di bahu Glen dengan ekspresi datar.
"Istirahatlah, Sayang. Lihat, tubuhmu masih sangat lemah. Aku akan tidur di kamar lain supaya kamu bisa istirahat dengan nyenyak." Glen mencium kening dengan ekspresi jijik. Jika boleh memilih, ia benar-benar tidak ingin sekamar dengan Emely. Sebab wanita itu benar-benar sangat menjijikkan di matanya.
"Kenapa kamu tidak tidur di sini saja? Kita kan sudah menikah." Emely menggenggam jemari suaminya itu.
"Tidak. Kita akan sekamar kalau kondisimu sudah lebih baik. Lagi pula di tubuhmu masih ada luka. Aku takut malah jadi semakin parah."
"Oh, baiklah." Emely mengangguk patuh.
Glen membelai puncak kepala Emely kemudian beranjak keluar dari kamar. Sementara Emily hanya memandangi punggung suaminya yang kemudian menghilang di balik pintu.
"Kenapa kamu pintar sekali bersandiwara?" gumamnya tanpa ekspresi.
Tak lama berselang terdengar suara ketukan pintu. Disusul dengan kemunculan seorang pelayan yang datang membawa segelas susu.
"Permisi, Nona Emely. Saya membawakan susu untuk Anda."
"Letakkan di meja saja. Nanti aku minum."
"Baik, Nona."
Pelayan tersebut lantas meletakkan gelas susu ke meja, lalu membungkuk hormat sebelum keluar dari kamar sang majikan.
Di sisi lain, Shara mengulas senyum penuh makna saat melihat pelayan baru saja keluar dari kamar Emily. Tadi, ia sempat memasukkan racun ke dalam susu tanpa sepengetahuan siapapun.
"Kali ini Emely pasti akan mati. Dan orang yang akan dituduh adalah pelayan itu. Sementara aku dan ibu akan selamat dan menikmati harta peninggalan Tuan Gabriel Golden yang terhormat."
Tepukan tiba-tiba yang mendarat di bahu mengejutkan Shara. Wanita itu refleks menoleh.
"Ah, Ibu mengagetkan saja!" pekik Shara.
"Sedang apa kamu di malam-malam seperti ini di depan kamar si kuman Emely itu?"
Shara mendesahkan napas panjang. "Aku baru saja memuluskan rencana kita, Bu. Besok pagi Emely pasti akan mati. Aku sudah memasukkan racun ke dalam susunya."
Mendengar ucapan putrinya, Ibu Lena memelototkan mata. "Astaga, apa yang kamu lakukan, Shara. Itu sangat berbahaya."
"Tenanglah, Bu. Aku melakukannya dengan sangat hati-hati. Pelayanan lah yang akan menjadi tersangka kalau Emely sampai mati."
Ibu Lena mengangguk mengerti meskipun masih tampak khawatir. Sepasang ibu dan anak itu pun mengulas senyum licik.
Dulu, saat Tuan Gabriel masih hidup, Shara dan ibunya berpura-pura bersikap baik terhadap Emely. Tetapi, sejak Tuan Gabriel tiada, mereka benar-benar berubah seperti monster kejam. Sementara Emely yang penakut tidak dapat berbuat apa-pa. Semua sikap buruk ibu tiri dan saudara tirinya diterima dengan sabar.
Shara dan ibunya selalu menyiksa dan menghina Emely. Terlebih, saat mengetahui bahwa harta warisan Tuan Gabriel sepenuhnya diserahkan kepada Emely. Tak hanya menyiksa pelan-pelan, mereka bahkan merencanakan pembunuhan.
*
*
*
Pagi-pagi sekali Shara sudah bangun. Hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa Emely di kamar dan memastikan apakah saudara tirinya itu benar-benar sudah tewas setelah meneguk susu berisi racun yang dibuat pelayan semalam.
Shara mengendap-endap masuk ke kamar Emely. Ia tersenyum licik melihat wanita itu tak bergerak di bawah selimut. Juga gelas di atas meja yang sudah kosong, menandai Emily sudah meminum susunya.
Wanita itu melompat kegirangan. Sekarang semua tujuannya akan tercapai dengan sangat mudah.
"Dia pasti sudah mati sekarang!"
Shara mendekati pembaringan dan mengguncang lengan Emely perlahan. Namun, ia kembali terkejut karena Emely membuka mata saat itu juga.
"Ada apa, Shara?" tanya Emily dengan suara serak. Ia mengucek kedua matanya yang masih dikuasai kantuk.
"Apa? Dia masih hidup? Bukankah dia sudah meminum susunya?" ucap Shara dalam hati.
Ia kembali melirik gelas susu yang sudah kosong. Kemudian memikirkan apakah semalam tidak salah memasukkan racun? Bukankah itu jenis racun yang sangat berbahaya? Tidak mungkin Emely masih hidup setelah meminumnya.
"Ada apa, Shara? Kenapa kamu seperti orang yang melihat hantu? Apa aku mengagetkanmu?"
"Em ... tidak apa-apa, Emely. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja."
Sudut mata Emely memicing. "Aku baik-baik saja, terima kasih."
Shara mengulas senyum seadanya. Ia tampak bingung melihat Emely yang bahkan tidak menunjukkan gejala apapun, padahal semalam, Shara memasukkan racun dalam dosis yang tinggi.
"Kalau begitu, aku harus kembali ke kamar. Aku ke sini hanya untuk menyapamu."
Emely hanya tersenyum, sambil bersandar di tempat tidur. Luka di beberapa bagian tubuhnya benar-benar membatasi ruang geraknya.
"Baiklah. Terima kasih untuk perhatianmu pagi ini."
Setelah Shara keluar, Emely menatap gelas kosong di meja, lalu mengulas senyum tipis.
"Apa mereka pikir bisa membunuhku dengan minuman itu?"
Semalam, setelah pelayan keluar, ia mengendus aroma susu dan menemukan sesuatu yang tidak beres. Emely pun memilih membuang susu tersebut.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
karin Ke
mmmm,, ini bukan emely,, tapi saudara kembar nya😁😁
bener gak sihh kk author 🤭🤭🤭🤭
2024-12-20
0
Raufaya Raisa Putri
knp ngg dijadikan barbuk em...buat jaga " nanti dlm sidang
2024-12-14
0
Laurensia Listianawati
ya gitu Thor peran ceweknya tegas ,
2024-10-18
0