Tubuh Shara gemetar hebat. Matanya terbuka lebar-lebar demi menangkap setitik cahaya. Namun, ruangan gelap pekat itu membuatnya tak berkutik. Niatnya untuk mendorong Emely ke dalam gudang justru berbalik menyerangnya.
"Tolong aku! Adakah orang di luar sana?" teriak wanita itu. "Buka pintunya." Tangannya berusaha mengetuk pintu berulang-ulang. Tetapi, tak ada respon apapun dari luar.
Shara tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya untuk keluar dari ruangan menyeramkan itu. Terlebih, gudang bawah ini kedap suara. Sekeras apapun suara dari dalam tidak akan terdengar.
"Ibu ... Glen ... tolong aku!" teriaknya sekuat tenaga.
Wanita itu menyandarkan punggung di dinding sambil mengatur napas yang memburu. Ketakutan semakin menjadi-jadi. Seingatnya, di tempat ini ada banyak serangga. Dan Shara memiliki phobia terhadap serangga.
Sementara di luar sana, Amanda menyeringai tipis. Ia berhasil menyeret Shara masuk ke dalam gudang. Sekarang ia sedang membayangkan akan seperti apa Shara di dalam sana.
"Sekarang kamu akan merasakan ketakutan yang pernah dirasakan adikku. Enak 'kan terkurung di gudang kotor dan banyak serangga," gumam wanita itu.
Setelah memastikan pintu terkunci rapat, Amanda bergegas kembali ke atas. Berusaha bersikap biasa-biasa saja. Beruntung ia sempat mematikan semua CCTV di rumah itu sebelum menjebak Shara masuk ke ruang bawah tanah.
Setibanya di kamar, Amanda menghempas tubuhnya di ranjang. Ia letakkan buku catatan kelam milik Emely ke dalam dekapannya. Tak terasa bola mata indahnya kembali tergenang cairan bening.
"Mereka semua layak mendapatkan ini. Aku tidak perlu merasa kasihan. Selama ini mereka memperlakukan adikku seperti sampah dan sekarang aku akan memperlakukan mereka seperti kotoran."
Baru saja akan terpejam, sudah terdengar suara ketukan pintu. Amanda bergegas untuk membuka. Tampak Ibu Liana ada di sana dengan raut wajah khawatir.
"Ada apa, Bu?" tanya Amanda. Padahal ia tahu betul apa maksud kedatangan wanita itu ke kamarnya.
"Apa kamu melihat Shara?"
"Tidak! Kami tadi makan malam bersama. Tapi setelah itu aku tidak tahu dia ke mana."
"Baiklah. Mungkin dia sedang ke rumah salah satu temannya."
"Mungkin saja!" Amanda menyeringai menatap punggung ibu tirinya yang perlahan menjauh.
*
*
*
Pagi-pagi sekali Amanda sudah bangun lebih awal dari penghuni rumah lainnya. Ia bergegas menuju gudang. Perlahan ia membuka pintu dan melongokkan kepala ke dalam. Dengan mengandalkan cahaya dari senter ponsel, ia melirik Shara.
Wanita itu tampak sedang terbaring di atas sebuah meja. Sepertinya semalam ia benar-benar ketakutan karena ruangan itu benar-benar gelap.
"Ini baru permulaan. Aku sedang menyiapkan kejutan yang lain untukmu." Ia menyeringai lalu segera keluar dari gudang. Sengaja ia tidak mengunci lagi agar Shara bisa keluar nantinya.
Pagi itu, rumah keluarga Golden pun ramai oleh kepanikan Ibu Liana. Sejak semalam ia mencari keberadaan putrinya, namun Shara tak juga ditemukan. Ibu Liana bahkan sudah bertanya kepada semua pelayan tetapi sama sekali tidak ada yang melihat putrinya.
"Sebenarnya ke mana Shara pergi?" tanya wanita paruh baya itu khawatir. Sebab ponsel milik shara pun ada di kamar. Tidak biasanya Shara keluar rumah tanpa membawa ponselnya.
Dari jarak aman, Amanda tersenyum menatap kepanikan Ibu Liana.
"Permainan baru saja dimulai, Nyonya Liana! Berikutnya kamu akan melihat yang lebih seru dari ini!"
"Hey, Sayang! Sedang apa kamu di sini?" Sapaan itu membuat Amanda terlonjak. Glen tiba-tiba hadir di sisinya.
"Aku ... baru saja mau ke dapur. Aku merasa haus."
Kening Glen berkerut menatap wajah Amanda yang pucat dan matanya sedikit sembab. "Ada apa denganmu? Apa kamu sakit? Matamu sembab."
Amanda mengulas senyum. Ia memang menangis sepanjang malam setelah membaca buku catatan Emely.
"Aku tidak apa-apa. Semalam aku hanya teringat kecelakaan yang terjadi padaku beberapa waktu lalu."
"Oh ...."
"Aku merasa takut sekali, Glen. Aku seperti berada di bawah ancaman. Saat kecelakaan itu aku dikejar orang sampai mobilku terjun ke sungai."
Raut wajah Glen mulai berubah dan Amanda dapat melihat itu. Bahkan laki-laki itu terlihat sedikit pucat.
"Apa kamu melihat orang yang mengejarmu?" tanya Glen penasaran.
"Itulah yang sedang menjadi teka-teki. Aku akan mencari tahu siapa yang ingin membunuhku. Aku yakin pelakunya bukan orang jauh. Mungkin saja dia ada di sekitarku."
Mendengar itu, Glen sedikit gemetar dan takut jika kejahatannya bersama Shara akan terbongkar. Tetapi dia berusaha menutupi segalanya dengan bersikap santai.
"Kalau pelakunya tertangkap, aku akan memastikan mereka membusuk di penjara!"
Glen semakin gemetar. Ia menelan saliva dengan susah payah. Entah mengapa ia merasa wanita di hadapannya sekarang bukan seperti Emely yang dulu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Laurensia Listianawati
ya takut2 i terus Amanda sampek mereka tdk bisa berkutik lagi
2024-10-18
0
Fenty Dhani
bagus...beri mereka pelajaran terus hingga mereka TK bisa berkutik lagi😏
2023-05-24
0
sEsE
baru pembukaan glenshar belom ke inti dan penutup ... 🤣🤣
selamat menjalankan dan menikmati ..
semiga jantung kalian selalu aman ya glenshar 🤭🤭
2023-05-19
0