Journey 18: Risky Task

Di suatu markas Prime Syndicate, Thea dan Michael datang dengan berwajah masam lantaran sudah ketiga kalinya mereka berdua gagal. Mereka juga merasa bahwa Rheina beserta rekan-rekannya adalah ancaman terbesar bagi organisasi. Pembajakan itu ternyata adalah rencana dari si ketua yang masih belum diketahui identitasnya. Itu semua dilakukan untuk mencelakai Rheina dan kawan-kawan. Riki malah menyalahkan Thea dan Michael atas kegagalan itu.

"Beraninya kau menyalahkan kami?!" kesal Michael.

Thea menghentikan tindakan Michael, kemudian berkata, "Kau sendiri sedang apa pada saat kami melancarkan rencana, Riki?"

"Kau tidak lihat wajahku ini bagaimana kondisinya?" Riki menunjukkan bekas luka di pipi akibat serangan Andi.

Riki menunjukkan lukanya sebagai bukti bahwa dia tidak hanya diam saat beraksi. Tak lama kemudian, si ketua datang menghampiri mereka semua. Dia menyuruh Riki untuk menutupi lukanya. Diketahui, hampir seluruh anggota Prime Syndicate dapat meregenerasi luka dengan cepat.

"Setelah apa yang terjadi, aku harus mengutus 'Dua Bersaudara' itu untuk rencana kali ini," ujar si ketua.

"Wah … kau serius?" tanya Riki. "Kau ingin duo paling kompak itu untuk mengalahkan mereka?"

Si ketua telah memutuskannya untuk memanggil 'Dua Bersaudara' pada rencana barunya. Riki pun mendapat ide yang bagus untuk memanfaatkan mereka. "Sepertinya, ini seru jika Andi berhadapan dengan mereka, haha …."

***

Rheina beserta rekan-rekannya berhasil tiba di negeri Zinslova dan Laszi, juga memasuki ibu kota bernama Kicholav. Mereka berlima hendak berjalan menuju ke Space Center. Tak lama kemudian, ada suatu keramaian seperti seseorang mengalami musibah di jalan raya. Mereka mendatangi keramaian itu. Mereka kaget setelah melihat ada wanita tua mengalami pendarahan. Anehnya, kerumunan sekitar tidak menolongnya, tetapi hanya melihat dan memotretnya.

"HEY, ADA APA DENGAN KALIAN?! ADA ORANG KENA MUSIBAH MALAH DIPOTRET!" kesal Andi.

"Jangan pikirkan mereka, kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" Zihan menyuruh mereka berempat untuk membawa wanita tua itu. Mereka sampai ke rumah sakit terdekat. Rozza menjelaskan bahwa kerumunan tadi adalah hal sudah biasa di negeri itu. Dia tahu karena dulunya dia dan adiknya adalah warga negeri Zinslova.

"Wow, pantas logatmu seperti warga di sini!" kata Zihan.

Tak lama, ada seorang pria diduga keluarga dari si wanita tua, lalu masuk ke kamar pasien sambil berteriak, "IBU! Ibu … kamu tak apa-apa?"

Beruntungnya, dokter telah menyelamatkan nyawa si ibu dari pria itu. Lalu, si pria berterima kasih kepada Rheina dan kawan-kawan yang telah menolong ibunya. "Tanpa kalian, bagaimana nasib ibuku nanti. Sekali lagi aku berterima kasih!"

"Itu tidak masalah, Pak," jawab Rheina. "Kami permisi …."

Kemudian, si pria memanggil mereka lagi, kemudian bertanya, "Kalau boleh tahu, kalian siapa, ya?"

Rheina dan kawan-kawan memperkenalkan diri mereka masing-masing. Mereka berlima juga menjelaskan kedatangan mereka padanya. Si pria kaget setelah mendengar penjelasan mereka.

"Apa? Jadi … kalian lah orang-orang yang diutus Luca itu?" ucap si pria keheranan. "Kebetulan sekali! Hey, kalian datang pada orang yang tepat!"

"Apakah kau …?" kata Rozza.

Kemudian, si pria memperkenalkan diri, "Yap! Saya adalah Kacper Ronacov, kepala petugas di Space Center!"

Kacper menceritakan semua tentang dirinya. Dia adalah kepala yang bertanggung jawab atas roket dan peluncuran. Rheina dan kawan-kawan turut senang saat mendengarnya. Ternyata, Kacper memiliki kepribadian cenderung ceria dan suka bercanda.

"Baiklah! Mari kita pergi ke Space Center!" ajak Kacper.

Mereka berlima bersama dengan Kacper pergi ke Space Center. Di sana, para petugas yang lainnya menyambut dengan hormat pada si Kacper. Rheina melihat banyak peralatan luar angkasa, juga replika roket. Untuk pertama kalinya dia senang dengan hal yang belum dia temui sebelumnya dalam hidup.

"Selamat datang di Space Center ini!" sambut Kacper pada Rheina dan kawan-kawan. "Langsung saja ke topiknya. Kalian ingin pergi ke luar angkasa sana?"

"Benar, Pak Kacper. Itulah tujuan kami," jawab Rheina.

Kacper pun memerintah krunya untuk memeriksa roket. Kemudian, Kacper bertanya, "Ngomong-ngomong, untuk apa kalian berada di luar angkasa?"

Zihan menjelaskan yang sebenarnya. Kacper pun terkejut dengan hal itu. Dia merasa bahwa itu tidak mudah untuk didapatkan. Dikarenakan berhutang budi pada mereka, dia tidak keberatan untuk memberangkatkan mereka semua ke luar angkasa.

Operator mesin roket memberi tahu Kacper bahwa adanya kendala pada roket. Mereka kekurangan salah satu dari bahan bakar pada roket, yaitu Boltaway Peony. Boltaway Peony adalah sejenis bunga yang bisa menghantar listrik untuk roket. Bunga itu hanya ada di dalam hutan bernama Segda Noch. Rheina beserta rekan-rekannya diminta untuk mencari bunga tersebut.

"Apakah kalian keberatan?" tanya Kacper.

Rheina dan kawan-kawan pun setuju. Mereka berlima pergi ke hutan tersebut. Diketahui, hutan itu hanya bersuasana malam saja. Kata 'Noch' bisa diartikan menjadi malam. Tanpa disadari, dua orang misterius mengawasi mereka berlima yang sedang mencari bunga.

"Kok aku merinding, ya?" kata Andre.

"Kau ini penakut?" ledek Andi. "Kau ini laki, kan?"

Di sela pencarian, tak lama, mereka dikejutkan oleh dua Veidro kembar. Mereka adalah Twin Mouse Veidro. Rheina dan kawan-kawan diserang bersamaan.

"Dari mana datangnya dua Veidro ini?!" kata Zihan.

Rheina menyimpulkan, "Mungkin … mereka adalah penjaga hutan ini?"

Mereka semua berusaha bertahan dari serangan kedua Veidro itu. Karena kesulitan, mereka harus menyerang salah satunya. Rheina hendak mengeluarkan sihir tanahnya pada salah satu Mouse Veidro itu.

[Grountier: Smash Boulder]

Satu Veidro terhempas jauh. Itu adalah kesempatan mereka untuk menyerang yang satunya. Saat menyerbu, Veidro itu tiba-tiba mengeluarkan listrik. Mereka semua pun terkena sambarannya dan terjatuh.

"Sial. Dia punya petir gledek!" kata Andre.

"Sepertinya, ini akan bekerja." Rheina menggunakan Magic Conductor berwarna biru untuk mengeluarkan sihir air.

[Quatier: Splash Cannon]

Veidro itu seketika mendadak kejang-kejang karena terkena listriknya sendiri. Kemudian, Zihan menyarankan semuanya untuk menggunakan lagi senjata gabungan, yaitu Mixture Arsenal. Semua senjata telah digabungkan. Rheina menaruh elemen air pada senjata itu. Senjata pun siap digunakan.

"TEMBAKAN GANDA. WATER BLAST!" teriak Rheina dan kawan-kawan.

Dengan tembakan air berkekuatan besar, satu Mouse Veidro telah berhasil dimusnahkan akibat ledakan dari listriknya sendiri. Namun, satu Mouse Veidro lainnya menghilang entah kemana.

"Lumayan juga mereka, hihihi …," kata salah satu dari dua orang misterius yang mengawasi Rheina dan lainnya. Mereka berdua pun pergi menghilang.

Rheina dan kawan-kawan melanjutkan pencarian bunga Boltaway Peony. Akhirnya, mereka menemukannya di atas batu besar. Tapi, Rheina merasa ada yang aneh. Sebelumnya, dia sudah mengecek di batu itu, namun bunga itu tidak berada di sana.

"Mungkin mata Rheina lelah?" batinnya. "Hmm, sudahlah lupakan …."

Ternyata, Adinda Putri juga mengawasi mereka berlima. Dia juga lah yang menaruh bunga itu di saat monster Veidro menyerang mereka. Sambil tersenyum lebar, dia pun berkata, "Semoga berhasil, Rheina …."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!