Journey 09: Assassination

Suasana ruangan menjadi lebih ramai dari sebelumnya setelah bergabungnya Andre. Kedatangannya membuat lainnya menjadi agak kesal dengan tingkah konyolnya, termasuk Andi dan Zihan. Meski begitu, Rheina justru tidak keberatan dengan hadirnya Andre sebagai pelengkap. Dia dikatakan memiliki peranan penting untuk melakukan berbagai bidang, menghibur, serta mencairkan suasana dengan sifat konyolnya. Tak lama kemudian, tiba-tiba Zihan merasa pusing sehingga dirinya tumbang. Setelah melihat Zihan seperti itu, mereka semua langsung membawanya ke tempat tidur.

"Zihan, ini parah. Kamu terkena dampak pada serangan Veidro yang mengendalikan Andre kemarin. Kamu harus beristirahat total," jelas Rheina seraya mengobati luka dalam Zihan.

"Gara-gara aku, nih. Maaf, Zihan. Sungguh kejam diriku kemarin," ujar Andre merasa bersalah. "Bagaimana kalau kau disuntik saja?"

Zihan memasang wajah ketakutan, lalu berkata, "Jangan, bodoh! Aku benci jarum suntik. Lebih baik diobati sendiri saja daripada pergi ke dokter. Lagi pula, ini bukan salahmu. Aku hanya lelah bekerja saja."

"Jika seperti ini, kita tak akan bisa mengajukan persetujuan pada sang Raja," jelas Andi sambil mengompres Zihan dengan kain basah.

Zihan meminta maaf pada semuanya. Dia berpikir telah membuat Rheina dan lainnya kerepotan. Kemudian, Rheina memberi sedikit sihir, lalu menyarankan Zihan untuk meminum herbal yang sudah diraciknya. Untuk sementara, mereka mau tidak mau harus menunggu sampai Zihan sehat. Di saat semua sibuk memikirkan kondisi Zihan, Andre tiba-tiba menghilang.

Diketahui, Andre pergi ke kota sambil menelepon seseorang. "Bro, ada apa panggil-panggil? Hah? Bukankah sudah kuserahkan tugas itu padanya? Waduh, aku berada di luar kota, nih. Ya sudah, nanti kuhubungi lagi. Dadah …."

Di lain sisi, Andre sedang diawasi oleh seseorang. Meski demikian, dia tidak merasakan keanehan apapun. Kemudian, Andi datang untuk mencari keberadaan Andre. Dia menemukannya dan langsung menghampiri untuk memukul kepalanya. "Oi, main hilang saja kau. Aku mencarimu kemana-mana, tau! Ayo kembali ke vila."

"Ya maaf. Ada seseorang yang menelponku. Kau tahu, aku gini-gini punya banyak urusan, hehe," kata Andre berlagak hebat.

Andi mengajak Andre pulang, namun ajakannya tidak dihiraukan olehnya. Andre malah ingin bersenang-senang dulu. Pada akhirnya, Andi pun mengikutinya. Mereka pergi bermain di Game Center, jalan-jalan, lalu pergi di kafe. Andi jadi lupa untuk menyuruhnya pulang. Di tengah asiknya bermain, mereka tidak sadar ada seseorang mengawasi mereka.

Tak lama kemudian, Rheina mendatangi Andi dan Andre yang sedang bermain. "Hei, Andi, Andre. Rheina mencari kalian. Kenapa ada di sini? Bukankah kita harus menjaga Zihan?"

"Eh, Nona Rheina. Bagaimana bisa kamu menemukan kami di sini?" tanya Andre.

Rheina dapat melacak keberadaan seseorang menggunakan alat canggih bernama 'Relation Tracker'. Dia meminta mereka berdua untuk menjaga Zihan. Mereka pun menurut padanya dan bergegas pulang. Saat hendak pergi, Rheina merasakan sesuatu aneh sejak dari tadi. Dia seperti sedang diikuti oleh seseorang. "Ini perasaan Rheina atau memang ada sesuatu, ya?"

Rheina hendak mencari tahu hal itu. Akhirnya, penguntit itu pun terlihat dengan jelas. Dia adalah si Pria Berjubah Hitam. Pria itu bersembunyi, tetapi dia hanya fokus mengamati Andi dan Andre. Tanpa disadari, Rheina melihatnya seraya menyapa, "Hai, Mas?"

Si Pria Berjubah Hitam itu sontak kaget, lalu menabrak tiang sehingga membuat tangannya terluka. Rheina hendak menolong serta mengobati luka si pria itu. Dengan penuh penyesalan, Rheina berkata,  "Haduh … maaf, ya. Saya tak sengaja …."

Pria itu hanya menganggukkan kepala saat Rheina mengatakannya. Kemudian, Rheina mulai memperkenalkan diri, "Ngomong-ngomong, saya Rheina. Kalau kamu?"

"Rozza … Rozza Marlvazu," jawab pria bernama Rozza tersebut.

Rheina mengajaknya berbicara lebih banyak tentang dirinya, namun pria itu terlihat bagai seseorang yang pendiam juga dingin. Rheina mulai sedikit paham dengannya. Dia meminta Rozza untuk membangun ikatan pada semua orang. Di saat Rheina ingin mengatakan demikian, Rozza pergi tanpa sepatah kata pun. Pertemuan mereka terlihat canggung. Namun, Rheina suatu saat mereka akan mengerti satu sama lain.

"Pria unik, ya. Rheina pasti akan berteman dengannya suatu saat nanti!" batinnya.

Rheina pun harus bergegas kembali ke vila. Hari sudah menjelang senja. Zihan terbangun dari tidurnya karena merasa sedikit lebih baik. Namun, dia masih harus beristirahat semalaman. Andre tertidur pulas, sedangkan Andi tengah asik mendengarkan musik sambil membersihkan ruang tamu. Rheina pun telah pulang dan menyambut semuanya.

"Hai, Rheina," sambut Zihan. "Sepertinya, aku sudah mulai agak baikan. Besok aku mulai bisa beraktivitas lagi!"

"Syukurlah, besok kita akan mulai memberi tahu kepada Yang Mulia bahwa kita bersedia!" seru Rheina.

Kemudian, Andi bertanya, "O ya. Kamu dari mana saja tadi, Rheina?"

"O iya. Tadi, di kota, Rheina bertemu dengan pria bernama Rozza. Dia itu … terlihat kesepian. Jadi, Rheina ingin lebih dekat dengannya." Di tengah asyiknya Rheina bercerita, kemudian dia menyadari sesuatu. Dia lupa membeli bahan makan di pasar. Saat ingin ke luar, Andi mengusul Rheina untuk menyuruh Andre saja. Alasannya dikarenakan dia keras kepala dan berlaku sembrono. Andre masih tertidur pulas sampai air liurnya membasahi wajah.

"Sial. Orang ini jorok sekali." Andi menggoyangkan badan Andre untuk membangunkannya. "Woy, bangun!"

Andre bangun dengan perasaan linglung. "Eh … kok bidadarinya jadi Wiro Sableng?"

Andi kesal dan memukul kepalanya. "Dengkulmu! Sudah mau menjelang malam kau malah tidur."

Rheina dengan ragu meminta tolong pada Andre untuk pergi ke pusat kota. Andre pun langsung menerimanya, berpikir ingin bersenang-senang lagi secara diam-diam.

"Jika kau bersenang-senang lagi, akan kupukul kau …." Andi mengepalkan tangannya sebagai tanda peringatan kepada Andre.

Mendengar hal itu, Andre mengurungkan niatnya tadi, lalu bersedia pergi ke kota untuk membeli bahan-bahan makanan. Sesampainya di tengah hutan, Andre merasa bulu kuduknya berdiri ketika hawa di sekitarnya menjadi dingin. "Kok seram, ya? Padahal ini cuma angin malam doang. Apa perasaanku saja?"

Ternyata, Andre dikuntit oleh seseorang misterius. Dia mulai merasakan hal itu, tetapi tidak peduli dan terus berjalan ke depan. Tak lama, penguntit Andre itu menerima panggilan telepon.

Panggilan itu berbunyi, "Apa kau sudah menemuinya? Kerjakan tugasmu sekarang juga!"

Sementara itu di vila, semuanya melakukan tugas masing-masing. Rheina bertugas untuk memasak yang seharusnya dilakukan oleh Zihan, sedangkan Andi membersihkan seluruh ruangan. Tak lama, terlihat sosok siluet bersembunyi di balik jendela. Rheina pun merasakannya, lalu menoleh ke arah jendela. Anehnya, tidak ada siapa-siapa di sana. Kemudian, dia mencium bau tidak sedap dan memeriksa ke belakang dapur. Rheina menemukan sepucuk surat berdarah tergeletak di bawah kompor, lalu dia buka surat itu. Setelah dibaca, dia terkejut melihat isinya bertuliskan, "TEMANMU DALAM BAHAYA!"

"Teman-teman, lihatlah ini!" Rheina memperlihatkan isi surat itu. Di saat semuanya tengah membaca surat itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan.

AAAKHH …!

Teriakan itu tidak berada jauh dari tempat mereka. Zihan menduga bahwa itu adalah suara Andre. Mereka pun berfirasat buruk dan mulai khawatir padanya. Kemudian, Andi bergegas keluar untuk memastikan Andre baik-baik saja. Kejadian tidak terduga pun terjadi. Tiba-tiba, pintu tidak bisa dibuka sama sekali karena terkunci rapat. Pintu itu menggunakan 'Smart Key System' yang dapat membuka/mengunci pintu dengan mudah. Setelah dicoba berkali-kali, sistem menjadi 'error'. Hal itu membuat mereka mendadak panik. Andi memeriksa pintu belakang, tapi terkunci juga.

"Sial! Ada apa ini sebenarnya?!" Andi merasa panik dengan keadaannya sambil terus mendobrak. "Kenapa kita terkurung di sini?!"

Zihan berdiri dengan keadaannya yang belum cukup pulih. "Cepat lakukan sesuatu! Bisa-bisa si Bodoh itu celaka di luar sana!"

Di hutan, Andre secara tiba-tba diserang oleh pria misterius bertopeng di tengah bukit berhutan. Sontak itu membuatnya kaget setengah mati. Serangan pertama berhasil dihindari karena berlindung di balik dahan pohon.

"Woy, apa-apaan ini! Jangan main serang saja … aduh, anjir!" panik Andre sembari menghindari serangan. "Emangnya aku punya hutang apa sampai diserang mendadak begini?"

Kali ini, Andre tidak bisa berbuat apa-apa selain menghindar. Kemudian, dia melihat tongkat kayu panjang dan segera digunakan sebagai senjata. Pertarungan secara tidak langsung pun dimulai antara Andre melawan pria bertopeng itu.

...Bersambung …....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!