Journey 02: Competition

Keesokan harinya, Rheina buru-buru mempersiapkan diri untuk pergi. Dia bergegas menuju ke pusat kota tempat pendaftaran itu. Diketahui, pendaftaran itu memiliki batas 16 kuota saja. Sesampainya di sana, dia dengan beruntungnya berada di barisan nomor 4 dari depan. Tiba giliran Rheina mendaftar. Sifat cerianya Rheina yang berisik membuat dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Saat itu juga, dia melihat sang Princess Veroeland, Lira, berada di sampingnya. Rheina hendak menyapa, tapi pandangan Princess Lira terhadap Rheina menunjukkan sikap cuek dan merasa tidak senang.

"Apaan, sih, kekanak-kanakan banget! Baru ini ada gadis cerewet begini mendaftar kontes besar ini. Gak asik, ah!" gerutu Princess Lira dalam hati.

Saat selesai mendaftar, Rheina diberi tahu untuk menunggu. Dia harus pergi ke tempat bernama arena saat tengah hari. Waktu masih sekitar pukul 9 pagi, artinya dia masih memiliki waktu luang untuk mempersiapkan diri dan beristirahat. Kebetulan saat bangun pagi tadi, dia belum sarapan. Dia kembali ke taman kota, lalu pergi ke bar milik Fendy untuk makan. Lagi-lagi, sudah ada seorang pria berjas hitam ala mafia yang duduk di sana. Tapi, pria itu akan segera keluar meninggalkan bar itu setelah Rheina masuk.

"Ini uangnya, kutaruh di sini." Pria itu menaruh uang tagihan di meja, lalu meninggalkan tempat. Fendy si Bartender itu menyambut datangnya Rheina. Rheina juga menyambut dengan riang gembira sembari memesan makanan. Fendy bertanya pada Rheina tentang kontes itu. Rheina menjelaskan keberhasilannya saat mendaftar. Lalu, datanglah seorang pria bertopi kupluk. Pria tersebut segera duduk di samping Rheina.

"Halo, Nona. Aku duduk di dekatmu tak apa-apa, kan?" tanya pria itu.

"O iya, silahkan!" jawab Rheina dengan senang hati.

Seorang gadis berkerudung hijau pun juga muncul mengantarkan makanan dan dia terkejut saat melihat Rheina. "Nasi tumis dengan … eh, kamu kan …," ucap si gadis kerudung hijau terkejut.

Sebelumnya, Rheina pernah bertemu dengan gadis berkerudung itu di taman kota pada saat acara perlombaan memanah. Gadis tersebut juga mengenal Rheina saat sedang menyemangatinya. "Wah! Kamu yang kemarin mengikuti lomba memanah itu, bukan?"

"Benar, haha. Aku jadi termotivasi saat kau menyemangatiku kemarin." Gadis itu menaruh pesanan Rheina. "O ya, tak kenal maka tak sayang. Namaku Zihan dan aku pekerja sambilan di sini. Salam kenal!"

"Ah, iya. Saya Rheina. Salam kenal juga, Zihan!" Rheina berjabat tangan dengan Zihan.

Pria topi kupluk menyela, "Hai, Zihan. Sapa aku, dong."

"Cih … kau lagi. Tak ada pentingnya menyapamu, huft …!" resah Zihan.

"Wah, jahat bener, haha," usik si pria itu.

Kelakuan mereka berdua membuat Rheina cemas. Dia ingin mencoba menghentikan mereka berdua. Beruntung, Fendy menenangkan suasana dan menyuruh Zihan untuk kembali bekerja. Zihan pun bergegas pergi ke dapur.

"Senyum, dong, hehe," ucap si pria membuat Zihan tambah kesal dan berpaling muka.

"Oh iya, Nona. Nama kamu tadi Rheina, kan? Kalau aku, si Andre paling tampan ini asalnya dari Indi Pina. Salam kenal, hehe," kata si pria topi kupluk bernama Andre mulai berkenalan dengan percaya diri sambil menjabat tangan Rheina.

Rheina dengan senang hati berkenalan dengannya walau agak gugup karena tingkah Andre. Setelah itu, Andre bertanya-tanya dengan Rheina, lalu Rheina menjelaskan tentang kedatangannya. Mendengar penjelasan Rheina, Andre berkata, "Ah begitu, kupikir kamu datang dari daerah sebelah. Takmungkin juga ada gadis secantik dirimu di kota ini, hehe."

Rheina tersipu malu dan pipinya memerah. "H-haha, Andre bisa aja …."

"Santai. Tak usah dipikirkan, haha."

"Iya, hehe …."

Percakapan singkat itu berakhir saat Rheina melihat jam dinding yang menunjukkan waktu tengah hari. Dia harus segera pergi dan berpamitan, "Sudah waktunya! Kalau begitu, Rheina pergi dulu. Ini uangnya, Mas Fendy. Terima kasih atas makanannya!"

"Semangat sekali itu cewek sampai terburu-buru begitu," kata Andre.

"Dia mengikuti kontes itu," jelas Fendy.

Zihan datang mengantarkan pesanan dan menaruhnya di meja Andre. "Berjalan selangkah menghadap surut, ya. Harusnya aku ikut tapi gak punya waktu untuk itu."

"Aku pun juga mau. Sayang sekali kulewatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan keuanganku." Andre secara tidak sadar mengambil botol saus pedas, lalu meminumnya. Dia langsung menjerit karena kepedasan, sedangkan Zihan dan Fendy menahan tawa melihat kelakuannya.

***

Rheina bergegas pergi menuju tempat yang sesuai diberi tahu saat pendaftaran, yaitu arena. Sudah ada 15 peserta di sana. Dia merasa heran saat melihat suatu pertarungan di tengah arena. Diketahui, kontes itu adalah sebuah kontes dari raja berupa pertarungan 1 lawan 1. Dalam kontes itu, peserta harus bertarung. Bagi siapa yang lolos akan lanjut ke babak berikutnya sampai menuju final. Walaupun Rheina baru menyadarinya, dia terpaksa mengikuti karena sudah terlanjur. "Gak apa, deh. Sesekali menguji kemampuan Rheina di sini boleh juga."

Setelah menunggu, Rheina akhirnya mendapatkan gilirannya untuk maju sebagai peserta terdepan. Dia menghadapi seorang petarung berbadan kekar dengan senjatanya, yaitu kapak besar. Rheina menelan ludahnya karena tidak yakin harus melawan si petarung itu. Sementara itu, Raja Veroeland, Rovin III, sang ratu, serta Princess Lira ikut menyaksikan pertarungan.

"Hoho, ternyata ada seorang gadis kecil pemberani yang mengikuti kontes ini. Semoga dia mampu bertahan." Raja Rovin memberi dukungan secara tidak langsung.

Lagi-lagi, Princess Lira mencela dan meremehkan Rheina dalam hati, "Pemberani dari mananya! Jelas-jelas dia terlihat ketakutan begitu. Aku yakin dia pasti kalah!"

Penonton di arena itu sangat padat. Ada pria berjas hitam yang muncul lagi sebagai penonton juga. Rheina memantapkan diri dan berusaha yakin untuk memenangkan posisi bertahan. "Baiklah, Rheina akan mencoba kekuatan terbaru saat Rheina latihan waktu itu. Semoga berhasil!"

Rheina mencoba memberi tahu pada si petarung untuk memperingatkannya lantaran khawatir jika lawannya terluka. Namun, si petarung itu hanya diam saat Rheina mengatakan demikian. Para penonton pun dibuat heran olehnya. Begitu juga dengan Princess Lira merasa resah padanya. "Apa-apaan dia. Berkata seolah bisa melakukannya!"

Pertarungan dimulai. Si petarung menghampiri Rheina. Rheina pun menyerang dengan menggunakan sihir apinya ke arah lawan.

[Firatier: Flamethrower]

Si petarung itu berhasil menghindar. Dia terus menghampiri Rheina dan mulai menyerang. Dengan cepat, Rheina beralih ke sihir air dan membuat sebuah gelembung pelindung agar berlindung dari serangan.

[Quatier: Bubble Guard]

Si petarung langsung menyerang gelembung itu hingga pecah. Ternyata, gelembung itu bisa memukul mundur dirinya. Kemudian, si petarung menghampiri Rheina lagi. Kali ini, Rheina kewalahan dan berusaha menghindar. Dia terus menerus menghindar sampai akhirnya melakukan sesuatu.

"Bagaimana dengan ini!" Rheina mencoba sihir tanahnya.

[Grountier: Smash Boulder]

Sihir berupa gumpalan batu besar dari tanah itu membuat si petarung terpental ke atas lalu terjatuh keras sampai membuat tanah retak.

Bruak! Gedebug!

"Eh … aduh. Pasti sakit banget, tuh," cemas Rheina pada lawannya.

Para penonton dibuat takjub dan heboh. Begitu pun dengan pria berjas hitam yang melihatnya sangat terkejut juga. Raja Rovin menjadi kagum dengan Rheina, sedangkan si Princess Lira yang tadinya meremehkannya sekarang terlihat tercengang. Zihan datang di waktu tepat menyaksikan pertarungan itu.

"Wah … sudah kuduga ternyata dia hebat, hoho," ucap Raja Rovin.

Tidak sampai di situ, Rheina mencoba menjaga jarak agar tidak diserang secara mendadak. Si petarung bangkit dan menggunakan jurusnya. Dia memutar kapaknya, kemudian dilemparkan ke arah Rheina. Rheina mencegah hal itu terjadi dengan beralih menggunakan sihir anginnya agar membuat kapak itu terpental.

[Twistier: Wind Back]

Sihir angin itu cukup kuat untuk membuat kapak berbalik terlempar ke arah si Petarung, serta mengenainya.

"AKHH …!" Si petarung jatuh pingsan. Para penonton diam terpaku dan menganga melihat aksi Rheina berhasil menjatuhkan lawannya. Akhirnya, sudah diputuskan siapa pemenangnya.

"Pemenang babak pertama untuk gelombang 2 adalah Rheina!"

Prok, Prok, Prok …!

Penonton serentak memberi tepuk tangan, begitu juga dengan Raja Rovin mengagumi kemampuan Rheina. Princess Lira dan Zihan terkejut melihat hal itu. Raja Rovin yang kegirangan mulai menyukai kemampuan bertarung Rheina. Pertandingan berlangsung selama 4 jam lamanya. Rheina masih di posisi bertahan. Dia bahkan sudah hampir memasuki babak semi final. Tiba saatnya, dia sampai di babak penentuan untuk sampai ke grand final. Lawan Rheina di semi final adalah seorang penyihir juga. Penyihir itu menyerang Rheina dengan sihir kegelapan gabungan.

{Shadow: Void Sphere}

Boom …!

Rheina berhasil mengelak sihir kegelapan itu dan tiba saatnya menggunakan sihir apinya.

[Firatier: Fiery Lava]

Sihir berupa lahar panas itu dapat membuat si penyihir kalah. Rheina berhasil maju sebagai pemenang gelombang kedua. Akhirnya, Rheina memasuki babak final. Kini, dia harus melawan pemenang dari gelombang pertama. Sangat mengejutkan bahwa lawannya adalah seseorang yang baru dia kenal kemarin. Dia adalah Andi Zin.

...Bersambung …....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!