Journey 07: All-rounder Man

Setelah bergabungnya Zihan, suasana ruangan menjadi sedikit ramai. Kehadirannya membawa aura energik, aktif, dan realistis. Dia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, serta mahir di berbagai bidang, terutama memasak. Pada pagi hari, Zihan memasak sup spesial untuk sarapan mereka semua.

Andi mengendus aroma masakan. "Wah … pasti lezat dari wanginya."

"Kamu jadi repot-repot memasak, Zihan. Padahal kami pun bisa, hehe," kata Rheina.

"Tak apa-apa. Sambil menyelam minum air. Jadi, selama bergabung di sini, aku juru masaknya, haha!" jawab Zihan penuh percaya diri.

Mereka pun mulai sarapan. Sembari makan, Rheina penasaran tentang bagaimana Zihan bisa memasak. Zihan memberi tahu bahwa ibunya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Karena itu, dia yang menggantikan peranan ibunya untuk melakukan pekerjaan rumah, termasuk memasak. Rheina dan Andi mulai paham betapa berat pekerjaan Zihan sebagai pengganti ibunya mengurus rumah tangga. Namun, hal itu sudah menjadi kebiasaan tersendiri baginya, juga merasa itu adalah suatu kewajiban.

***

Perdana Menteri Jovi tengah berbicara dengan Raja Rovin perihal quest untuk Rheina dan Andi. Dia mengkhawatirkan hal itu dengan berkata, "Yang Mulia, apakah Engkau yakin memberikan tugas itu pada mereka berdua? Hamba berpikir ini adalah tugas yang sangat berat dilaksanakan."

"Tak apa-apa, Perdana Menteri Jovi. Aku yakin mereka pasti akan memiliki keberanian untuk memutuskannya. Kita tunggu saja," jelas Raja Rovin.

"Baik, Yang Mulia. Hamba akan berdoa atas keselamatan dan keberhasilan mereka nanti. Hamba juga yakin mereka pasti kuat."

"Itu sudah jelas. Karena aku telah menyaksikan sendiri bagaimana mereka bertarung. Itu membuktikan adanya jiwa pemberani dalam diri mereka."

***

Setelah selesai makan, mereka bertiga mulai berdiskusi sesuatu yang penting, yaitu quest Raja Rovin. Di saat sedang memikirkan rencana, mereka baru menyadari bahwa mereka tidak memiliki persiapan. Kemudian, Rheina memberikan masing-masing tugas untuk bekal perjalanan mereka nanti. Karena keuangan mereka menipis, Zihan tetap harus bekerja sambilan untuk mengumpulkan dana. Andi diberi tugas membeli perlengkapan khusus, sedangkan Rheina mencari persediaan makanan. Setelah diskusi selesai, mereka bertiga pun pergi menjalankan tugas masing-masing.

Andi pergi ke alun-alun kota Lariza. Dia berbelanja perlengkapan sesuai dengan daftar tulis dari Rheina. Saat ingin pulang, dia ingat harus memperbaiki pedangnya. Maka dari itu, dia kembali lagi membeli sebuah palang pelindung untuk pedang yang disebut 'quillon'. Setelah selesai membeli, tak lama kemudian, dia melihat seorang anak kecil menangis karena terpisah dari orang tuanya.

"Adik kenapa menangis? Kamu tersesat, ya?" tanya Andi pada anak itu.

"Ibu …," isak si anak kecil.

"Oh, begitu. Ternyata kamu berpisah dari ibumu. Baiklah, ayo kita cari bersama-sama," ajak Andi pada si anak.

Mereka berdua dengan kompak berteriak, "IBU DI MANA KAMU …!"

Andi tidak menyadari bahwa quillon dia taruh di kantung terjatuh di dekat toko aksesoris. Tak lama, ibu dari si anak muncul dan menghampiri mereka. Dia berterima kasih pada Andi. Di depan toko aksesoris, lagi-lagi ada Andre yang baru saja keluar dari toko itu. Dia melihat ada palang pelindung pedang di tanah. Andre mengambilnya dan berpikir itu milik seseorang yang berada di depannya.

"Hey, Bro," panggil Andre sembari memperlihatkan quillon Andi. "Ini punyamu?"

Andi mengecek kantongnya. "Ah, benar. Itu milikku. Aku taksadar bisa terjatuh, hehe."

"Ini, tangkaplah." Andre melemparkan quillon itu, kemudian Andi menangkapnya. Dia berlagak bijak dengan menasihati Andi untuk berhati-hati. Tak sampai di situ, dia menunjukkan wajah penasaran, lalu berputar-putar seolah mencurigai Andi. Dia berpikir pernah bertemu dengan Andi di suatu tempat.

Andi risih dengan tingkah Andre, lalu berbatin, "Ini orang kenapa, sih?"

Dengan konyolnya Andre berkata kalau Andi mirip artis papan atas, Iming Ho. Mendengar hal itu, Andi menjadi cemberut bercampur heran dengannya. "Ada apa denganmu?"

"Aku benar, kan? Iya dong, aku selalu benar daripada 'woman', haha," celetuk Andre.

Di sela adegan konyol itu, Zihan muncul serta menyapa Andi. Andi bertanya-tanya bagaimana dia bisa datang kemari. Alasan Zihan kemari untuk membeli bahan baku masakan. Andre menyadari mereka saling kenal satu sama lain.

"Kau lagi, kau lagi. Aku bosan lihat kau terus!" kesal Zihan.

"Jangan marah gitu, dong. Aku kebetulan ada di sini, lho. Aku juga tadi menemukan barangnya yang terjatuh. Aku ini penyelamat handal. Jarang-jarang aku bisa menemui benda hilang dalam–" Tanpa disadari, Andre ditinggalkan mereka. "Eh … anjir. Pada kemana semua?"

***

Sementara itu, setelah berbelanja, Rheina memutuskan untuk singgah ke Fendy's Bar. Dia ingin makan dessert. Fendy menyambut kedatangnya. Sambil memesan, Rheina bertanya, "Mas Fendy, Zihan ada di dapur?"

Fendy berkata, "Zihan sedang keluar untuk mencari bahan masakan."

Tak lama kemudian, Zihan pun kembali ke bar bersama dengan Andi. Andi kaget melihat Rheina sudah ada di dalam.

"Wah … panjang umur, hihi." Rheina bertanya, "Jadi, kalian barengan juga, ya?"

Zihan menjawab, "Soal kami barengan, aku kebetulan ketemu dia di jalan."

Andi ikut menjelaskan tentang dia bertemu dengan orang aneh. Orang aneh yang dimaksudnya adalah Andre. Mereka berdua malah mulai menggibahinya. Rheina merasa tidak nyaman ketika melihat mereka membicarakan keburukan orang. Di sela perbincangan mereka, Fendy datang menasihati mereka berdua untuk tidak membicarakan orang dari belakang. Rheina pun ikut menegur dan mengingatkan mereka.

"Tak ada gading yang tak retak, ya. Aku mengerti. Maaf tadi keceplosan membicarakannya …" kata Zihan merasa bersalah.

"Aku juga. Mungkin aku terlalu berlebihan tadi," lanjut Andi.

Rheina berkata seraya tersenyum, "Tak apa-apa. Seperti kata Zihan. Manusia tak ada yang sempurna."

"Itu benar, haha." Zihan pun kembali ke dapur untuk memasak pesanan. Rheina dan Andi segera pulang karena merasa mengganggu pekerjaan Zihan. Mereka pulang menuju ke arah pemukiman dekat dataran rendah. Mereka memutuskan untuk sedikit bersenang-senang lantaran merasa bosan berada di vila. Tak lama kemudian, Rheina melihat Andre di depan mereka. "Eh, lihat. Itu bukannya Andre, ya?"

"Nah iya. Itu orangnya. Aneh, orang itu ada di mana-mana, huh …," ujar Andi. "Lagi pula, dia sedang apa di sana?"

Mereka menyaksikan Andre memanjat pohon. Ternyata ada seekor kucing terjebak di ranting pohon paling atas. Dia berusaha menyelamatkannya. Kucing itu memberontak, lalu mencakar muka Andre. Akhirnya dia berhasil menangkap kucing itu dan segera turun dari pohon dengan tombaknya. Kucing itu kembali pada pemiliknya, seorang anak kecil. "Mpus! Syukurlah kamu tak apa-apa …."

"Iya, kucingnya baik-baik saja, haha," kata Andre. "Tapi aku kena cakar, huh …."

Anak kecil itu berterima kasih pada Andre. Dia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa Andre. Namun, Andre menasihatinya supaya berinisiatif dalam melakukan sesuatu tanpa mengandalkan orang lain. Anak itu merasa tidak memiliki hal yang dia punya. Lalu, Andre melanjutkan dengan memotivasinya untuk bersikap berani serta percaya pada diri sendiri. Anak itu pun termotivasi pada ucapan Andre, kemudian pamit pulang.

"Bocah jaman sekarang manja-manja banget, eh, haha–," Andre menoleh terkejut setelah melihat Rheina dan Andi. "Aih, ada Nona Rheina!"

Mereka berdua menghampiri Andre. Rheina mengagumi sikap heroiknya saat menolong anak kecil itu. "Wah, dia keren banget!"

Andre merasa heran dan bertanya-tanya pada Andi tentang bagaimana dia bisa berteman dengan Rheina. Andi menjelaskan bahwa dia mengikuti Rheina karena terikat perjanjian. Tiba-tiba, Rheina memegang tangan Andre, lalu menatapnya dengan mata berbinar-binar. Dia mengakui kekagumannya pada Andre saat melihat aksinya tadi.

Andre menjadi salah tingkah saat Rheina menatapnya. Karena gugup, dia berusaha kuat menenangkan diri sambil berkata, "Em … Nona … aku sebenarnya senang dengan pujian Nona Rheina, hehe. Tapi, yah … bukankah seharusnya kita sesama manusia saling tolong-menolong?"

"Benar! Itu keren sekali. Rheina suka!" katanya.

Kemudian, Andi bertanya-tanya tentang aktivitas Andre lantaran merasa heran melihatnya ada di mana-mana. Andre pun menjelaskan yang sebenarnya. Dia sedang butuh uang dan ingin mencari sesuatu untuk dijual.

Andi bertanya, "Memangnya mau cari apaan?"

"Apa saja lah itu. Harta karun di negeri ini katanya ada banyak, lho," kata Andre. "Salah satunya ada di gua pertambangan dekat sini. Mau ikut?"

"Ayo, Andi, kita ikut Andre saja," ajak Rheina. "Bukankah kita tadi ingin bersenang-senang?"

"Benar juga. Oke!" Andi menyetujui untuk ikut pergi. Mereka berdua mengikuti Andre mencari harta di sebuah gua pertambangan. Setelah berhasil menemukan gua, mereka semua masuk. Rheina dan Andi membantu Andre mencari bebatuan semacam batu alam untuk dijual. Andre memperlihatkan kemampuan menambangnya. Dengan sigap, dia mampu menggali tanah sedalam 5 meter dalam waktu 10 menit.

"Gila, ini orang hebat sekali. Tak kusangka orang berperilaku agak kikuk seperti dia juga bisa hebat melakukan hal begini," batin Andi mulai mengagumi kemampuan Andre.

Tak lama kemudian, Andre menemukan batu granit berkilauan. Dia percaya itu adalah barang langka yang dicarinya selama ini. Jika dijual, batu itu akan bernilai ratusan uang tunai. Mendengar hal itu, Rheina dan Andi turut senang. Mereka pun keluar dari gua. Rencananya mereka bertiga pergi ke pasar untuk menjual batu itu. Andre berjanji akan membagi hasil sama rata dari penjualannya. Di tengah jalan, tiba-tiba mereka dicegat oleh pria berjubah misterius lagi. Kali ini, orang itu bertubuh pendek, serta membawa monster Totem Veidro. Dia menyerang mereka bertiga. Andi berteriak memperingatkan, "Awas!"

Beruntung, mereka semua menghindar. Rheina melihat orang misterius itu memainkan tali pada badan Totem Veidro layaknya boneka wayang. "Hati-hati. Dia bisa mengendalikan Veidro itu!"

Tanpa berpikir panjang, Andre menyerangnya. Andi memperingatkan Andre untuk berhati-hati karena pria itu sedang merencanakan sesuatu. Namun, Andre acuh tak acuh. Dia terus menyerang, lalu melemparkan tombaknya ke arah Totem Veidro. Anehnya, tubuh Veidro itu langsung hancur berkeping-keping.

"Lihat? Monster ini hanya kroco saja. Sekali tonjok malah hancur, haha!" gelak Andre merasa percaya diri.

Namun, tak sampai di situ, hal tidak terduga pun terjadi setelahnya. Kepala Totem Veidro itu bergerak melayang ke atas. Kejadian selanjutnya nanti akan menimpa mereka semua.

...Bersambung …....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!