Journey 15: New Rival

Rheina dan kawan-kawan melakukan perjalanan sampai di wilayah negeri baru bernama Yunao yang terletak di barat laut Fienest. Sama halnya dengan Fienest, Yunao juga merupakan negara multikultural, dimana warga negaranya berbangsa Cina, Jepang, Korea, serta Mongolia yang datang dari Bumi. Mereka berlima sampai di ibu kota Yunao bernama Ze Na City. Mereka bersenang-senang di sana, kemudian berencana untuk istirahat di sebuah bar.

Di samping itu, Andi merasa sakit kepala. Namun, hal itu dia sembunyikan dari rekan-rekannya. Dia berpikir pernah berada di tempat semacam itu. "Ini hanya firasatku saja …."

Di bar, Rheina dan kawan-kawan tengah makan siang sembari menghubungi Luca serta Veronica. Rheina memperlihatkan zat mistis Jadeite kepada mereka berdua. Mereka berdua mendeteksi tongkat bahaya dari benda itu.

"Ini luar biasa! Tingkat bahayanya bisa mencapai 70%, lho!" kata Luca.

Veronica melanjutkan, "Kamu simpan baik-baik, Rheina. Jangan sampai orang lain tahu!"

"Baiklah, Mas Luca … Tante Veronica …," sahut Rheina.

"T-tante?!" kaget Veronica. "Aku tak setua itu, tau! Panggil saja Kakak!"

"Hehe … maaf, Kak Veronica," jawab Rheina.

Tak lama kemudian, muncul suatu keributan di dalam bar. Ada kelompok preman datang dan menggertak seseorang berjaket hoodie. Dengan lantangnya dia menendang meja, kemudian membentak, "Kau tak mau bayar setoran? Mau cari mati, hah?!"

"Ada apa itu?" resah Rheina. "Kenapa tak ada yang mau menolongnya?"

Saat Rheina ingin pergi menolong orang itu, Andi memegang pundak Rheina seraya berkata, "Biar aku yang urus …."

Andi menghampiri para preman itu. Si preman hendak memukul si pria berjaket karena kesal tidak membayar uang setoran. Di saat itu juga, Andi datang menahan pukulan si preman itu. Semua orang yang berada di bar heboh dengan suasana itu.

"Oi … berhati-hatilah dalam bertindak. Memangnya tempat ini punya leluhurmu dan seenaknya memalak orang, hah?" Andi memutar persendian preman. Seketika membuat preman itu kesakitan.

"AKHH … HAJAR DIA!" perintah si preman pada temannya yang lain.

Andi hendak diserang oleh kelompok preman itu. Beruntung, dia bisa mengatasi mereka. Dengan sigap, dia memukul titik vital para preman itu tanpa ampun. Salah satu dari preman itu juga dibanting Andi sebanyak tiga kali di lantai sehingga membuat preman itu sempoyongan.

Braak …! Slam …!

"Widih, murid Jakie Kun, nih!" kata Andre dengan heboh melihat aksi Andi.

Para preman itu dikalahkan dengan mudah. Sebagian dari mereka pingsan, serta sebagian yang lainnya kabur. Keributan pun akhirnya reda. Andi pun bertanya pada pria yang dia tolong, "Kamu tak ap–"

Tanpa disadari, pria itu menghilang secara tiba-tiba. Sontak membuat Andi dan yang lainnya kaget. Karena kekacauan tadi, Andi didenda karena telah merusak properti bar. Untungnya, Rheina bersama dengan Andre datang untuk membayar semuanya. Kemudian, mereka kembali ke meja makan.

"Bro, positive thinking saja. Mungkin orang itu malaikat pencatat amal supaya kau bisa bersabar saat menolongnya. Untung saja bukan malaikat pencabut nyawa, eh," canda Andre.

"Apa, sih, tak jelas!" kesal Andi. "Sial. Bahkan orang itu tidak tahu berterima kasih!"

"Sabar, Andi. Kita tak tahu masalah apa yang akan datang kedepannya," pesan Zihan. "Ayo kita makan supaya nanti kita lanjut jalan."

Setelah selesai makan siang, Rheina dan kawan-kawan meninggalkan bar itu. Mereka berlima memasuki daerah pedesaan bernama Sanhe. Awalnya, tidak ada gangguan karena merasa aman. Namun, di saat mereka datang di dataran rendah, mereka dihadang oleh pria bertopi oranye.

"Siapa kau?" tanya Zihan.

"Hee … kalian kelihatannya panik, nih," ledek si pria itu. "Ah, benar. Kalian tanya siapa aku?"

Pria itu melanjutkan, "Aku … Riki Zin Ho! Salam kenal, para serangga."

"Riki Zin …?" Andi merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Terlebih, nama pria itu dengannya hampir mirip. Pria bernama Riki Zin Ho itu memanggil Veidro yang kali ini berjenis ikan pari. Sontak membuat Rheina dan yang lainnya kaget.

"Kau ini … dari Prime Syndicate?" tanya Rozza.

"Eh …? Kok bisa tahu, sih …," kata Riki. "Padahal aku tak menyebutkan asalku, haha …."

"Si anjir ini … jelas kami tahu, lah! Kalian mau cari perkara lagi dengan kami, hah?!" kesal Andre.

"Yah, aku kemari hanya ingin … berduel dengan dia …," tunjuk si Riki pada Andi.

Andi merasa kesal dirinya ditunjuk. Riki pun menjelaskan bahwa orang yang ditolong Andi sewaktu di bar tadi adalah dirinya. Semua kekacauan di sana adalah rencananya juga.

"Apa?" Andi maju selangkah dengan kesal. "Sialan … gara-gara kau kami jadi ganti rugi!"

Riki ingin menantang Andi bertarung dengannya satu lawan satu, sedangkan Rheina beserta yang lainnya harus mengalahkan Stingray Veidro. Mendengar tantangan itu, Andi bertambah kesal lantaran tidak mengerti maksudnya. Tak lama kemudian, Riki memperlihatkan sebuah benda berbentuk kristal warna hijau keputihan.

"I-itu … jangan-jangan …," lirih Rheina.

"Benar … kalian mencari ini, kan?" Benda yang dipegang Riki tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah zat mistis bernama Astatine. Hal itu membuat yang lainnya marah lantaran telah menduga bahwa Prime Syndicate pelaku dibalik pencurian zat mistis itu dari kerajaan Veroeland. Riki membuat kesepakatan. Jika Rheina dan kawan-kawan menang, maka Astatine akan menjadi milik mereka. Namun, jika sebaliknya, maka Jadeite akan direbut oleh Riki.

"Brengsek. Kau mau coba-coba mempermainkan kami, ya?" marah Zihan.

"Karena sudah begini, harusnya kalian setuju, dong …." Riki mengancam. "Apa kalian mau kuhabisi disini?"

Andi berdiskusi sebentar pada Rheina dan yang lainnya. Kemudian, Andi menyetujui tantangan Riki. Pertarungan antara Andi dengan Riki pun dimulai. Rheina, Zihan, Andre, dan Rozza, melawan Stingray Veidro. Rheina mulai menyerang Veidro itu dengan sihir semburan api.

[Firatier: Flamethrower]

Di samping itu, Andi dan Riki beradu pedang. Riki sangat lihai dengan kemampuan menggunakan teknik pada senjata utamanya, pedang Sabre. Andi tidak bisa mengimbanginya.

Slash …!

"Ada apa dengan cara bertarungmu, Kak …?" ledek Riki sembari menahan pedang milik Andi.

Mendengar Riki mengatakan demikian, Andi menyerang dengan tegas, kemudian berkata, "Apa-apaan kau ini! Memangnya aku ini saudaramu?!"

"Eh, benar juga, ya …," tutur Riki, "aku lupa, haha!"

Pertarungan sengit itu berlangsung sangat lama. Rheina dan yang lainnya berusaha menghajar Stingray Veidro, namun sia-sia. Rozza menggunakan teknik siasatnya untuk bergerak cepat. Sambil menembak, dia berusaha meraih, sayangnya gerakan cepat Rozza diblokir oleh semburan air milik Veidro itu. Andre juga terkena semburannya hingga menabrak tiang listrik sampai kesetrum.

[Grountier: Smash Boulder]

Rheina menggunakan sihir tanah penghantam. Seketika Stingray Veidro itu terhempas ke atas. Zihan melompat untuk membidiknya, namun gagal dikarenakan Veidro itu menyembur ke arah Zihan.

"Tak ada cara lain!" Rheina mengeluarkan Jadeite. Tak lama, Riki melihatnya, lalu melemparkan sebuah bumerang ke arah Rheina. Seketika Jadeite yang digenggam Rheina terjatuh. Andi dibuat lengah dengan memukul bagian perutnya. Riki pun menghampiri dan merebut Jadeite itu.

"HAHAHA, kalian payah," ledek Riki. "Akhirnya … dua zat mistis ini telah kudapatkan!"

Karena Riki terlalu banyak bicara, itu kesempatan bagi Rheina untuk melancarkan sebuah aksi. Dia menahan tangan Riki dengan sihir tanah pengikat.

[Grountier: Land Bind]

"M-maaf, ya …." Rheina menahannya dengan sihir itu.

Tak lama kemudian, disusul oleh Andre yang mengikatnya dengan tali tambang. Riki terikat dalam keadaan menahan dua zat mistis, Astatine, serta Jadeite, ditangannya. Zihan dan Rozza menahan Stingray Veidro agar tidak bisa bergerak.

"SEKARANG, ANDI!" teriak Rheina.

Andi pun bangkit. Dia bersedia memasang kuda-kuda, lalu menghampiri Riki untuk mulai menebas dengan serius.

"HIYAA …!" Andi menebas Riki dengan dengan kuatnya. Rheina dan Andre secara bersamaan melepaskan sihir dan tali yang mengikatnya. Seketika kedua zat mistis itu juga terlepas dari genggaman Riki. Andi melompat untuk merebut keduanya.

"Ugh … haha, keparat kalian," geram Riki sambil menahan sakit. "Kok … bisa begitu, sih?!"

Andi pun berkata, "Dari awal, aku berfirasat bahwa kau akan bermain curang nantinya."

"Kami sudah berdiskusi tentang rencana supaya kami bisa merebutnya," jelas Rheina.

Sebelumnya, Andi dan yang lainnya berdiskusi sebelum menyetujui tantangan Riki. Mereka berencana merebut zat mistis Astatine setelah mendengar instruksi dari Andi. Andi pernah dicurangi oleh seseorang sewaktu berkelana. Oleh karena itu, dia juga harus mengakali si Riki supaya kejadian itu tidak terulang kembali pada Rheina dan yang lainnya.

"Ternyata benar … aku tak seharusnya meremehkan kalian, haha, sial!" kesal Riki. "Kau sudah berada dalam jangkauanku, Andi. Akan kukalahkan kau suatu hari nanti …!"

Riki pun pergi bersama dengan Stingray Veidro setelah mengatakan demikian. Andi merasa bahwa dia akan terus diburu oleh Riki dari Prime Syndicate. Namun, Rheina dan yang lainnya berusaha menghiburnya.

"Sudahlah. Apa gunanya kita jika kau terus mengkhawatirkannya?" ujar Zihan pada Andi.

Andre menepuk pundak Andi dengan keras. "Sudahlah, Bro. Dibawa santai saja, haha!"

"Kita akan bersedia kapanpun untuk melindung satu sama lain. Karena kita semua punya ikatan," kata Rozza.

"Andi … kami ada untukmu di sini. Mengerti?" Rheina memegang tangan Andi. Hal itu membuat Andi lega. Selama ada dukungan dari rekan-rekannya, dia akan baik-baik saja.

Rheina melapor sesuatu yang terjadi tadi kepada mentor mereka, Luca, serta Veronica. Mereka berdua bangga dengan hal itu. Tak lama, Rheina dan kawan-kawan diminta kembali ke laboratorium. Luca memesan transportasi umum untuk mereka kembali ke Veroeland.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!