ISTRI PILIHAN ALIKA

ISTRI PILIHAN ALIKA

1. Takziah

“Jihan, tolong antarkan Ibu ke rumah Ibu Farida teman Ibu. Menantu Ibu Farida meninggal dunia tadi malam. Ibu mau takziah ke sana,” kata Ibu Wenti menghampiri menantunya yang sedang mencuci piring di dapur.

“Iya, Bu,” jawab Jihan sambil membilas piring yang sudah diberi sabun.

“Antarkan Ibu dulu, baru antar Akmal ke sekolah. Takut mereka keburu pergi ke makam. Kata Ibu Farida menantunya akan dimakamkan pukul sepuluh,” kata Ibu Wenti yang masih berdiri di dapur.

“Hari ini sekolah Akmal libur. Guru-guru ada acara di kecamatan,” ujar Jihan.

“Oh iya, Ibu lupa. Padahal kemarin siang kamu sudah bilang ke Ibu. Kalau begitu Akmal dibawa takziah. Kasihan dia kalau ditinggal sendirian,” kata Ibu Wenti.

“iya, Bu,” jawab Jihan.

Akhirnya semua piring selesai dicuci. Jihan mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi untuk mandi.

Lima belas menit kemudian Jihan keluar dari kamar mandi. Cepat-cepat ia mengganti baju dan berdandan. Ia hanya menggunakan bedak dan lipstick tipis-tipis. Tidak pantas jika datang takziah memakai make up yang mencolok. Jihan menggunakan kerudung yang cocok dengan baju yang ia gunakan.

Setelah rapih Jihan menghampiri Akmal yang sedang menonton film kartun di televisi.

“Akmal ganti baju dulu, yuk. Kita menemani nenek ke rumah teman Nenek,” kata Jihan kepada Akmal.

Aklmal menoleh ke Jihan.

“Nanti pulang dari rumah teman Nenek boleh nonton film lagi?” tanya Akmal.

“Boleh,” jawab Jihan.

Kemudian Akmal mematikan televisi lalu menghampiri Jihan.

“Gendong,” kata Akmal sambil mengangkat ke dua tangannya.

“Sudah besar, kok digendong? Malu, ah,” kata Jihan.

“Gendong, Bunda,” kata Akmal dengan manja.

Jihan menggendong Akmal dan membawa ke kamar Akmal. Kemudian ia mengganti baju Akmal.

Setelah selesai mengganti baju Akmal merekapun keluar dari rumah. Ibu Wenti sudah menunggu di depan rumah.

“Rumahnya jauh, nggak Bu?” tanya Jihan sambil mengunci pintu.

“Dekat di RW sebelah,” jawab Ibu Wenti.

“Kalau begitu Jihan ambil helm dulu. Barangkali nanti Ibu mau ikut ke pemakaman,” kata Jihan sambil membuka kembali kunci pintunya.

“Eh, tidak usah. Dekat kok, Han,” sahut Ibu Wenti.

Namun Jihan sudah masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian Jihan keluar sambil membawa tiga helm.

“Tidak apa-apa, Bu. Hanya untuk jaga-jaga,” jawab Jihan sambil memberikan helm ke Ibu Wenti.

Jihan memakaikan Akmal helm lalu ia memakai helm. Setelah memakai helm Jihan mengeluarkan motor metic miliknya dari halaman rumah. Ibu Wenti menggembok pintu pagar. Setelah Akmal dan Ibu Wenti naik ke atas motor, Jihanpun menjalankan motornya.

Perjalanan menuju rumah Ibu Farida cukup jauh. Rumahnya ada di sebelah kompleks rumah Ibu Wenti. Jihan memasuki kompleks perumahan. Rumah-rumah di kompleks itu besar-besar dan bagus-bagus. Tidak seperti rumah yang ada di kompleks perumahan tempat tinggal Ibu Wenti, kebanyakan rumah sederhana.

“Yang mana rumahnya, Bu?” tanya Jihan dengan suara agak kencang agar terdengar oleh Ibu Wenti.

“Di depan belok kiri,” jawab Ibu Wenti.

Jihan membelokkkan motornya. Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang berukuran besar. Di depan rumah itu ada bendera kuning. Jihan memarkirkan motornya di depan rumah itu. Setelah membuka helm mereka pun masuk ke dalam rumah Ibu Farida.

“Assalamualaikum,” ucap Ibu Wenti dan Jihan ketika masuk ke dalam pekarangan rumah itu.

“Waalaikumsalam,” jawab para pelayat yang sedang duduk di pekarangan rumah.

“Silahkan masuk, Bu. Suami dan Ibu almarhumah ada di dalam,” kata salah seorang pelayat.

Ibu Wenti dan Jihan masuk ke dalam rumah.

“Assalamualaikum,” ucap Ibu Wenti ketika masuk ke dalam rumah.

“Waalaikumsalam,” jawab semua orang yang berada di dalam rumah.

Ibu Wenti mencari Ibu Farida. Ia melihat Ibu Farida sedang berbicara dengan tamu yang lain. Ibu Wenti mendekati Ibu Farida. Jihan dan Akmal mengikuti Ibu Wenti.

Ibu Wenti menyalami Ibu Farida lalu memeluknya. Ibu Farida pun menangis terseduh. Ibu Wenti mengusap punggung Ibu Farida sambil membisikkan sesuatu. Ibu Farida mengangguk lalu mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wenti. Ibu Wenti duduk di sebelah Ibu Farida bersama dengan teman-teman pengajian Ibu Wenti yang lainnya. Jihan menghampiri Ibu Farida.

“Turut berduka cita, Bu. Semoga almarhumah husnul khotimah,” ucap Jihan sambil menyalami tangan Ibu Farida.

“Aaamiin ya robbalalamin. Terima kasih, Neng,” jawab Ibu Farida.

Ibu Farida memandangi Jihan.

“Wajahmu mirip seperti menantu saya almarhumah Sarah,” kata Ibu Farida.

“Dia menantu saya. Namanya Jihan,” kata Ibu Wenti.

“Oh, dia menantumu? Wajahnya mirip seperti almarhumah Sarah,” ujar Ibu Farida.

Kemudian Jihan duduk di sebelah Ibu Wenti. Ibu Wenti sedang mendengarkan Ibu Farida yang sedang menceritakan kejadian sebelum menantunya meninggal dunia.

“Akmal tunggu di sini, ya. Bunda mau mendoakan jenasah dulu,” bisik Jihan.

Akmal mengangguk. Jihan pun mendekati jenasah yang berada di ruangan itu. Di atas jenasah bertuliskan Sarah Farhanah binti Sulaiman. Jihanpun membacakan surat alfatiha untuk almarhumah setelah itu ia kembali ke tempat semula.

Ketika ia kembali ke tempat semula, Ibu Farida belum selesai bercerita. Jihan hanya mendengarkan ceritanya sekilas.

Tiba-tiba Akmal berbisik kepada Jihan, “Bunda, Akmal mau pipis.”

Jihan kaget mendengarnya. Ia kebingungan untuk ke kamar mandi. Akhirnya ia berbisik ke Ibu mertuanya, “Bu, Akmal mau pipis.”

Ibu Wenti menoleh ke Akmal.

“Sudah nggak tahan?” tanya Ibu Wenti kepada Akmal.

Akmal mengangguk.

“Kenapa?’ tanya Ibu Farida.

“Cucu saya mau pipis,” jawab Ibu Wenti.

“Masuk aja ke dalam. Di sebelah kiri ada kamar mandi,” kata Ibu Farida.

Jihan dan Akmal berdiri lalu mereka masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah banyak keluarga Ibu Farida. Ada seorang perempuan sedang menggendong anak kecil yang sedang menangis sambil  memanggil, “Mama Mama.”

Jihan menoleh ke kiri mencari kamar mandi. Akhirnya ia melihat sebuah pintu di sebelah kiri. Namun ia tidak yakin itu pintu kamar mandi atau bukan. Daripada salah lebih baik ia bertanya kepada orang-orang yang berada di sana.

Jihan mendekati perempuan yang sedang menggendong anak itu.

“Teh, kamar mandi sebelah mana?” tanya Jihan.

Anak kecil yang sedang menangis itupun berhenti ketika mendengar suara Jihan.

“Itu, Bu,” jawab perempuan itu sambil menunjuk ke arah pintu di dekat dengan ruang tamu.

“Terima kasih, Teh,” ucap Jihan.

Jihan membawa Akmal menuju ke kamar mandi. Anak kecil itu mengedip-kedipkan matanya melihat Jihan dan Akmal dari belakang.

“Bunda, kenapa tadi adenya nangis?” tanya Akmal di dalam kamar mandi.

“Mungkin dia mencari mamanya,” jawab Jihan.

“Ayo, Akmal pipis dulu,” lanjut Jihan.

Setelah Akmal selesai pipis. Jihan dan Akmal keluar dari kamar mandi. Anak kecil itu masih  memperhatikan Jihan. Ketika Jihan hendak kembali ke ruang tamu tiba-tiba anak kecil itu memanggil Jihan.

“Mama Mama mau cama Mama.”

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Assalamualaikum, izin baca thor... 🙏🙏

2023-11-03

1

suharyantik

suharyantik

AQ mampir Thor lanjutan

2022-11-29

2

itanungcik

itanungcik

hadir teh

2022-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!