Hari terus berlalu semenjak pemakaman Sarah Ibu Wenti tidak melihat Ibu Farida di pengajian, mungkin Ibu Farida masih berduka dengan meninggalnya menantunya.
Namun pada suatu hari Ibu Farida menelepon Ibu Wenti.
“Bu Wenti, saya minta tolong ke Bu Wenti,” kata Ibu Farida ketika menelepon Ibu Wenti.
“Minta tolong apa ya, Bu?” tanya Ibu Wenti.
“Cucu saya Alika semenjak mamahnya meninggal ia tidak mau makan. Ia selalu saja bilang mau makan sama mamah. Ia hanya mau minum susu saja. Kemarin pengasuh minta ijin pulang ke kampung karena ibunya sakit. Terpaksa Abrisam hari ini tidak masuk kerja karena harus mengurus Alika. Walaupun dengan papahnya, tetap saja Alika tidak mau makan. Saya takut Alika jatuh sakit karena tidak mau makan,” kata Ibu Farida.
“Bisakah Jihan datang ke sini untuk membujuk Alika agar mau makan?” tanya Ibu Farida.
“Saya tanya Jihan dulu. Sekaang ia sedang mengantar Akmal sekolah,” jawab Ibu Wenti.
“Terima kasih, Bu Wenti. Saya tunggu jawabannya,” ucap Ibu Farida.
“Sama-sama, Bu Farida,” jawab Bu Wenti.
Sepuluh menit kemudian Jihan datang dari sekolah Akmal.
“Assalamualaikum,” ucap Jihan ketika masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Wenti.
“Jihan, ke sini dulu sebentar. Ibu mau bicara denganmu,” kata Ibu Wenti.
Jihan menghampiri Ibu Wenti dan duduk di sebelah Ibu Wenti.
“Ada apa, Bu?” tanya Jihan.
“Tadi Ibu Farida menelepon Ibu,” kata Ibu Wenti. Lalu Ibu Wenti menceritakan semua apa yang dikatakan Ibu Farida. Jihan mendengarkan cerita Ibu Wenti.
Setelah Ibu Wenti selesai bercerita Jihan menghela nafas.
“Apa Alika seperti itu karena Jihan, Bu?” tanya Jihan dengan perasaan bersalah.
“Itu bukan kesalahanmu. Dia seperti ini karena kehilangan mamahnya. Ada atau tidaknya kamu pada saat itu, Alika tetap akan seperti ini,” jawab Ibu Wenti.
“Jihan merasa tidak enak kepada Ibu Farida dan papahnya Alika,” kata Jihan.
“Sudahlah Jihan, ini bukan kesalahanmu,” kata Ibu Wenti sekali lagi.
“Sekarang yang Ibu tanyakan kamu mau nggak membantu Ibu Farida untuk membujuk Alika agar mau makan?” tanya Ibu Wenti.
“Jihan mau, Bu. Hanya saja Jihan takut Alika jadi lebih ketergantungan pada Jihan,” jawab Jihan.
“Itu nanti kita pikirkan lagi. Sekarang yang paling utama Alika mau makan,” kata Ibu Wenti.
“Kapan Jihan harus ke sana?” tanya Jihan.
“Sebentar, Ibu telepon Ibu Farida dulu,” kata Ibu Wenti.
Ibu Wenti mengambil ponselnya lalu menelepon Ibu Farida. Sambil menunggu Ibu Wenti menelepon Jihan menuju ke dapur untuk memasak.
“Assalamualaikum, Ibu Farida,” ucap Ibu Wenti.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Farida.
Ibu Wenti menceritakan apa yang Jihan katakan.
“Baikalah Bu Farida. Jihan akan segera ke sana. Assalamualaikum,” kata Ibu Wenti di akhir pembicaraannya dengan Ibu Farida.
Ibu Wenti menutup teleponnya, lalu menghampiri Jihan yang sedang memasak.
“Kata Ibu Farida, sekarang kamu ke rumahnya,” ujar Ibu Wenti.
“Tapi Jihan belum masak, Bu,” jawab Jihan.
“Biar Ibu yang memasak. Kamu ke rumah Ibu Farida saja,” kata Ibu Wenti.
“Baik, Bu,” jawab Jihan.
Jihan mengambil tasnya dari dalam kamar.
“Jihan berangkat dulu, Bu,” Jihan mencium punggung tangan Ibu Wenti.
“Assalamualaikum,” ucap Jihan.
“Waalaliaikumsalam,” jawab Ibu Wenti.
Jihan menggunakan helmnya lalu mengeluarkan motornya dan kemudian ia pergi dengan mengendarai motornya. Ibu Wenti menghela nafas menatap kepergian Jihan.
***
Jihan memarkirkan motornya di depan rumah Ibu Farida. Terdengar suara tangisan Alika dari dalam rumah.
“Assalamualaikum,” ucap Jihan ketika berdiri di depan rumah Ibu Farida.
“Waalaikumsalam,” seorang wanita setengah baya keluar dari dalam rumah dan membuka pintu pagar.
“Ibu Farida ada?” tanya Jihan.
“Ada. Masuk, Teh,” jawab bi Isah.
Jihan masuk ke dalam halaman.
“Teh, itu motor Teteh?” tanya bi Isah.
“Iya,” jawab Jihan.
“Masukin aja ke dalam, nanti ada yang mengambil,” kata bi Isah.
“Iya,” jawab Jihan. Jihanpun memasukkan motornya ke halaman rumah setelah itu barulah ia masuk ke dalam rumah Ibu Farida melalui garasi.
“Assalamualaikum,” ucap Jihan ketika berdiri di pintu menuju ke ruang keluarga.
Semua orang yang sedang berada di ruang keluarga menoleh ke Jihan.
“Waalaikumsalam,” jawab Abrisam dan Ibu Farida.
Alika yang melihat Jihan langsung berkata, “Mama.” Alika berlari menghampiri Jihan.
“Mamah kemana aja? Alika cali-cali Mama,” tanya Alika.
Jihan cuma tersenyum sambil mengusap rambut Alika.
“Alika sudah makan, belum?” tanya Jihan.
“Belum. Alika mau dicuapin Mama,” jawab Alika.
“MasuK, Jihan. Duduk sini,” kata Ibu Farida.
“Iya, Bu,” jawab Jihan.
Masuk ke ruang keluarga. Lalu ia menyalami Ibu Farida dan Abrisam kemudian duduk di sofa.
“Kaka mana?” tanya Alika.
“Abang sedang sekolah,” jawab Jihan.
“Tuh, Tantenya sudah datang. Jihan makan ya, sama Tante,” kata Ibu Farida.
“Iya, Nek,” jawab Alika.
Abrisam memberikan piring yang berisi makanan kepada Jihan. Dari tadi ia berusaha membujuk Alika agar mau makan, namun Alika tetap tidak mau makan. Alika hanya mau disuapi mamahnya.
“Baca doa dulu sebelum makan,” kata Jihan.
Alika membaca doa mau makan.
“Pintar,” puji Jihan setelah Alika selesai membaca doa.
Jihan menyuapi Alika dan Alika makan dengan lahap. Abrisam bernafas lega karena akhirnya Alika mau makan.
Setelah selesai makan, Alika mengajak Jihan bermain boneka. Dengan sabar Jihan mengikuti keinginan Alika. Sampai akhirnya waktunya Jihan untuk menjemput Akmal pulang sekolah.
“Alika tunggu dulu di sini sama Nenek dan Papah. Tante mau jemput abang Akmal dulu,” kata Jihan.
“Alika mau ikut,” ujar Alika.
“Jangan! Tante naik motor,” jawab Jihan.
“Heehng, Alika mau ikut,” Alika merengek.
“Ya sudah, Tante tidak jadi pergi. Tante di sini saja sama Alika,” kata Jihan.
Jihan mengambil ponselnya untuk mengirim pesan kepada guru Akmal.
“Sekolahnya dimana? Jauh tidak?” tanya Abrisam dengan tiba-tiba.
“Tidak terlalu jauh. Biar saya hubungi ibu gurunya agar dia pulang sendiri,” jawab Jihan.
Jihan melanjutkan mengirim pesan ke ibu guru Akmal.
“Saya jemput,” kata Abrisam.
Jihan menoleh ke Abrisam.
“Saya yang jemput anak kamu. Saya pinjam motormu,” kata Abrisam.
“Alika mau ikut Papah,” ujar Alika mendengar Abrisam akan menjemput Akmal.
Abrisam menghela nafas.
“Ya sudah, kamu dan Alika ikut. Kita naik mobil saja,” kata Abrisam mengalah.
Akhirnya mereka mejemput Akmal dengan menggunakan mobil.
Sesampainya di sekolah Akmal, banyak anak-anak tk yang sudah keluar dari sekolah. Jihan turun dari mobil sambil membawa Alika.
“Bunda,” panggil Akmal ketika Jihan bersama Alika.
Jihan menghampiri Akmal. Akmal langsung mencium punggung tangan Jihan.
“Kok Ade ikut?” tanya Akmal yang kaget melihat Alika.
“Bunda sedang di rumah Alika. Jadi Alika mau ikut,” jawab Jihan.
“Ayo kita pulang,” kata Jihan.
Jihan menuntun Akmal dan Alika menuju ke mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sandisalbiah
dr part awal suami Jihan belum di sebut.. emang kenapa thor..? 🤔🤔
2023-11-03
2
Shautul Islah
suami jihan kemana thor? jihannya janda kah.
2023-01-09
2
efridaw995@gmail.com
Jihan menantu ibu wenti janda x ya
2022-11-29
2