Ketika mereka kembali dari mushola, makanan telah siap di hidangkan di atas meja.
“Ayo, makan dulu,” kata Abrisam lalu mengambil nasi dari dalam tempet nasi.
“Abang makan sendiri, ya! Bunda mau menyuapi Alika,” kata Jihan kepada Akmal.
“Iya, Bunda,” jawab Akmal.
Jihan mengambilkan makanan untuk Akmal, kemudian Akma makan sendiri. Jihan menyuapi Alika sambil melihat ikan.
“Mama, ikannya kasih makan,” kata Alika sambil menunjuk ke kolam.
Jihan melempar nasi ke kolam lalu ikan pun berdatangan memakan nasi.
“Kaka, ikannya makan nasi,” kata Alika kepada Akmal.
Akmal langsung berhenti makan lalu melihat ke kolam. Ia melihat ikan yang sedang berebutan makanan, kemudian ia melanjutkan makan. Setelah selesai menyuapi Alika, giliran Jihan makan. Abrisam menunggu Jihan makan sambil memainkan ponselnya. Setelah Jihan selesai makan mereka pulang ke rumah.
Dalam perjalanan pulang Alika tertidur di pangkuan Jihan. Ia lelah setelah bermain. Akmalpun juga tertidur. Terlihat kepalanya menunduk ke bawah, namun badannya tertahan oleh seat belt. Setelah kedua anak itu tidur, suasana di mobil menjadi sepi. Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Jihan dan Abrisam.
Ketika sudah dekat dengan rumah Abrisam, Jihan membangunkan Akmal.
“Bang, bangun,” kata Jihan menepuk-nepuk lengan anaknya.
Abrisam menoleh ke samping.
“Biarkan saja, dia masih ngantuk. Nanti saja dibangunkannya kalau sudah sampai rumah,” kata Abrisam. Jihan pun berhenti membangunkan Akmal.
Ketika sampa di rumah, Abrisam turun dari mobil untuk membuka pintu pagar. Jihan cepat-cepat membangunkan Akmal.
“Bang, bangun. Sudah sampai,” kata Jihan menepuk-nepuk lengan Akmal.
Akmalpun bangun dan membuka matanya.
“Sudah sampai,” kata Jihan kepada Akmal.
Abrisam masuk ke dalam mobil.
“Sudah bangun?” tanya Abrisam ketika melihat Akmal sudah bangun.
Kemudian Abrisam memajukan mobilnya menuju ke garasi. Setelah mobil berhenti merekapun turun dari mobil. Jihan turun sambil menggendong Alika.
“Alika tidur?” tanya Ibu Farida ketika melihat Jihan masuk sambil menggendong Alika.
“Iya, Bu,” jawab Jihan.
“Langsung saja bawa ke kamarnya,” kata Ibu Farida.
Jihan membawa Alika ke kamar Alika lalu ia menidurkan Alika di atas tempat tidur. Setelah memastikan Alika tidak akan bangun Jihan keluar dari kamar Alika lalu turun ke lantai bawah.
Abrisam dan Ibu Farida sedang duduk di sofa. Akmal juga sedang duduk sofa dengan wajah yang masih mengantuk. Jihan duduk di sebelah Akmal.
“Jihan, kamu pulang saja. Kamu pasti sudah sangat lelah,” kata Ibu Farida.
Jihan melihat jam yang menempel di dinding ruang keluarga. Baru jam tiga, jam kerjanya masih dua jam lagi.
“Bagaimana dengan Alika? Nanti dia bangun,” tanya Jihan.
“Alika sekarang sudah tidak rewel lagi semenjak kamu bekerja di sini,” jawab Ibu Farida.
“Baiklah, saya pulang dulu,” kata Jihan.
“Ayo Akmal. Bilang terima kasih ke Om Abrisam,” kata Jihan kepada Akmal.
Akmal mengambil tasnya lalu menaruhnya di bahu. Kemudian Akmal menghampiri Abrisam.
“Om, terima kasih sudah mengajak Akmal jalan-jalan,” ucap Akmal.
“Sama-sama, Akmal,” jawab Abrisam.
Kemudian Akmal mencium tangan Abrisam lalu ia menghampiri Ibu Farida.
“Nek, Akmal pulang dulu. Assalamualaikum,” ucap Akmal.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Farida dan Abrisam.
“Bu Pak, saya permisi pulang. Assalamualaikum,” ucap Jihan.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Farida dan Abrisam.
Jihan dan Akmal keluar dari rumah. Jihan mengeluarkan motornya dari halaman rumah. Kemudian merekapun meninggalkan rumah Ibu Farida.
***
Setahun sudah ayah Akmal berada di penjara dan sabtu minggu ini ia akan dibebaskan. Jihan meminta ijin kepada Ibu Farida hari sabtu minggu ini ia tidak masuk. Karena ia akan mengantar Akmal dan Bu Wenti untuk menjemput ayah Akmal.
“Kamu akan tinggal dimana kalau ayah Akmal pulang?” tanya Ibu Farida ketika Jihan minta ijin.
“Saya indekost di dekat rumah Ibu Wenti. Agar dekat dengan Akmal,” jawab Jihan.
“Kenapa kamu tidak tinggal di sini saja?” tanya Ibu Farida.
“Terrima kasih, Bu. Saya indekost saja agar dekat dengan Akmal dan Akmal bisa menginap di tempat kost saya,” jawab Jihan.
“Kamu bekerja di rumah ini. Wajar juka kamu tinggal di sini. Lagipula di atas ada kamar kosong bekas kamar pengasuh Alika. Kamu bisa tidur di kamar itu. Akmal boleh menginap di sini,” kata Ibu Farida.
“Nanti Ibu bicara sama Abri agar kamu bisa tinggal di sini,” kata Ibu Farida.
“Tidak usah, Bu. Nanti saya merepotkan Ibu dan bapak,” jawab Jihan.
“Ah, tidak merepotkan. Kata siapa merepotkan? Malah dengan adanya kamu di sini bisa membuat Alika senang,” kata Ibu Farida.
“Kamu tenang saja. Nanti malam Ibu bicarakan dengan Abri,” kata Ibu Farida.
Ketika malam hari setelah selesai sholat magrib Ibu Farida mengajak Abrisam berbicara mengenai Jihan.
“Bri, ada yang ingin Ibu bicarakan denganmu,” kata Ibu Farida.
“Mengenai apa, Bu?” tanya Abrisam.
“Mengenai Jihan,” jawab Ibu Farida.
“Jihan kenapa, Bu?” tanya Abrisam.
Ibu Farida menceritakan semuanya kepada Abrisam.
“Tentu saja boleh, Bu. Bagaimanapun juga dia pengasuh Alika, jadi harus lebih sering berada di dekat Alika,” kata Abrisam.
“Kalau Akmal mau menginap di sini juga boleh,” lanjut Abrisam.
“Alhamdullilah. Terima kasih, Bri. Ibu kasihan kalau dia harus indekost. Nanti gajinya habis hanya untuk bayar kost,” ucap Ibu Farida.
“Orang tua Jihan dimana, Bu?” tanya Abrisam.
“Menurut Ibu Wenti orang tua Jihan tinggal di Tangerang Selatan,” jawab Ibu Farida.
“Kasihan, jauh juga rumah orang tuanya,” kata Abrisam.
***
Keesokan harinya ketika Jihan datang untuk bekerja, Ibu Farida menyampaikan apa yag sudah dibicarakan dengan Abrisam.
“Abri mengijinkan kamu untuk tinggal di sini. Bahkan ia menijinkan Akmal untuk menginap di sini,” kata Ibu Farida.
“Alhamdullilah. Saya merasa tidak enak pada Pak Abri karena saya sudah merepotkan beliau,” ucap Jihan.
“Kamu tidak usah merasa tidak enak pada Abri. Kamu adalah pegawainya, sudah sepantasnya dia membantu kamu,” kata Ibu Farida.
“Sampaikan ucapan terima kasih saya kepada Pak Abri,” kata Jihan.
“Baik, akan Ibu sampaikan,” jawab Ibu Farida.
“Kapan kamu akan pindah ke sini?” tanya Ibu Farida.
“Besok atau lusa. Saya harus bilang ke Ibu dan Akmal,” jawab Jihan.
“Nanti ibu suruh Mimin menyiapkan kamarnya,” kata Ibu Farida.
“Tidak usah, Bu. Biar saya sendiri yang membersihkan kamarnya. Nanti saya bersihkan kalau Alika sedang tidur,” sahut Jihan.
Alika menghampiri Jihan.
“Mama, ayo kita belajar ngaji lagi,” kata Alika sambil membawa buku iqro satu.
“Iya, ayo,” jawab Jihan.
“Saya permisi dulu, Bu,” kata Jihan.
Ibu Farida menjawab dengan mengangguk. Jihan dan Alika menuju ke ruang televisi, mereka duduk di atas karpet. Dengan sabar Jihan mengajarkan Alika iqro satu. Alika dengan terbata-bata berusaha menghafal huruf hijaiyah.
Ibu Farida memperhatikan Jihan dan Alika. Jihan berbeda dengan pengasuh yang lain. Jihan sering mengajak Alika mengerjakan kegiatan positif daripada bermain boneka atau mainan lainnya. Sehingga Alika tidak merasa bosan berada di rumah. Setiap hari selalu saja ada hal yang baru yang mereka kerjakan. Tanpa disadari Jihan lebih sering mengajak Alika belajar daripada bermain. Bahkan Jihan sering menggunakan uang pribadinya untuk membelikan buku untuk mengajar Alika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Umi Maryam
pokonya cocok deh kalau Jihan jadi mama sambung nya alika, semoga abri dan jihan berjodoh ya thor .....
2024-08-28
1
Sulaiman Efendy
SUKANYA CERITA NOVEL TETEH DECHE MNGUTAMAKN NILAI2 AGAMA DI DALAMNYA... TRMASUK MELATIH ANAK2 AGAR TAU AGAMA..
2023-04-17
1
Yani
Kenapa Akmal ga ikut bunda nya aja
2022-11-15
2