12. Oleh-Oleh Untuk Alika

Mereka masuk ke dalam rumah Ibu Wenti. Kamal memandangi sekeliling rumah orang tuanya. Sudah lama ia tidak pernah ke rumah orang tuanya, bahkan sebelum ia masuk penjara ia jarang mendatangi rumah orang truanya. Ia lebih sering menghabiskan waktu liburnya bersama kekasihnya.

Kamal memandangi foto mendiang ayahnya. Ketika ayahnya meninggal ia tidak bisa ikut menguburkan karena ia di penjara.

Maafkan Kamal, Ayah, ucap Kamal di dalam hati.

Ibu Wenti mendekati anaknya.

“Ayah pasti kecewa dengan Kamal,” kata Kamal kepada Ibunya sambil memandangi foto ayahnya.

“Ayahmu sangat kecewa padamu. Tapi biarlah semuanya sudah berlalu. Ibu harap kamu mengambil hikmah dari semua ini,” kata Ibu Wenti.

“Iya, Bu. Kamal janji Kamal akan berubah,” jawab Kamal.

“Dimana perempuan itu sekarang?” tanya Ibu Wenti.

Kamal menoleh ke Ibu Wenti.

“Siapa yang Ibu maksud?” tanya Kamal.

“Kekasihmu,” jawab Ibu Wenti.

“Entahlah, Bu. Selama Kamal di penjara ia tidak pernah mengunjungi Kamal,” jawab Kamal.

“Pasti dia menghindar darimu. Apalagi kamu sudah tidak menjadi polisi,” kata Ibu Wenti.

“Entahlah, Bu. Lagipula Kamal sudah tidak berharap bertemu dengannya lagi,” jawab Kamal.

Jihan menghampiri Ibu Wenti dan Kamal.

“Bu, makanannya sudah siap,” kata Jihan.

“Ayo kita makan dulu,” ajak Ibu Wenti.

“Kamal sholat dulu, Bu,” kata Kamar.

“Sarung, sajadah dan kopeyah ada di kamarmu. Kamu tidur dengan Akmal,” kata Ibu Wenti.

“Lalu Jihan tidur dimana?” tanya Kamal karena kamar di rumah Ibu Wenti hanya ada dua. Setahu Kamal Jihan tinggal bersama ibunya.

“Jihan tinggal di rumah majikannya. Jihan sekarang bekerja di rumah teman Ibu, menjadi pengasuh cucunya,” jawab Ibu Wenti.

Kamal menoleh ke Jihan.

“Maafkan, Abang. Karena abang kamu harus bekerja keras,” ucap Kamal.

“Tidak apa-apa, Bang. Ini memang sudah jalan hidup Jihan,” jawab Jihan.

“Abang sholat dulu,” kata Kamal.

Lalu Kamal pergi ke kamar mandi. Ibu Wenti dan Jihan memandangi Kamal dari belakang.

“Mudah-mudahan ia sudah berubah,” kata Ibu Wenti.

“Aamiin ya robbalalamin,” jawab Jihan.

Ibu Wenti menoleh ke kanan dan ke kiri mencari seseorang.

“Akmal mana?’ tanya Ibu Wenti. Ia tidak melihat Akmal semenjak sampai di rumah.

“Sedang makan, Bu. Katanya dia sudah lapar sekali,” jawab Jihan.

“Anak itu sedang dalam masa pertumbuhan. Jadi makannya banyak sekali,” kata Ibu Wenti.

“Ibu mau sholat dulu. Kalau Kamal sudah selesai sholat, suruh dia makan duluan. Kasihan dia pasti sudah kangen dengan masakan rumah,” kata Ibu Wenti.

“Baik, Bu. Nanti Jihan sampaikan ke Bang Kamal,” jawab Jihan.

Ibu Wenti berjalan menuju ke kamarnya.

Setelah selesai sholat mereka pun makan bersama. Kamal makan dengan lahap, ia sudah lama tidak menyicipi masakan Jihan.

“Masakanmu masih enak seperti dulu,” puji Kamal.

“Terima kasih, Bang,” jawab Jihan.

“Sekarang apa rencanamu?” tanya Ibu Wenti kepada Kamal.

“Kamal akan menjadi supir taksi online,” jawab Kamal.

“Darimana kamu mendapatkan mobilnya?” tanya Ibu Wenti.

“Kamal ada sedikit tabungan. Cukup untuk membeli mobil baru,” jawab Kamal.

“Taksi online sudah banyak. Persaingannya cukup ketat, apa kamu yakin akan mendapatkan penumpang?” tanya Ibu Wenti.

“Insyaallah, Bu. Yang penting Kamal usaha dulu. Biar Allah yang menentukan,” jawab Kamal.

“Baguslah kalau kamu mau berusaha,” kata Ibu Wenti.

Selesai makan Jihan mencuci piring. Setelah itu barulah ia pamit pulang. Di telinganya masih terngiang-ngiang Alika yang menangis sambil jejeritan.

“Bu, Jihan pulang dulu,” pamit Jihan kepada Ibu Wenti.

“Terima kasih ya, Jihan. Sudah mau menemani dan membantu Ibu,” ucap Ibu Wenti.

“Sama-sama, Bu,” jawab Jihan.

Lalu Jihan menghampiri kamar Akmal. Terdengar suara Akmal dan Kamal dari dalam kamar. Jihan mengetuk pintu kamar lalu Akmal membuka pintu.

“Akmal, Bunda pulang dulu ya,” pamit Jihan.

“Tunggu sebentar, Bun,” Akmal masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil sesuatu. Kemudian Akmal memberikan selembar kertas kepada Jihan.

“Apa ini, Bang?” tanya Jihan.

Di kertas itu ada gambar buatan Akmal.

“Ini untuk ade Alika,” jawab  Akmal.

“Terima kasih, Bang,” ucap Jihan.

Jihan melipat gambar dan menyimpannya ke dalam tas.

Kamal menghampiri Jihan. Ia berdiri di belakang Akmal.

“Bang, Jihan pulang dulu,” pamit Jihan.

“Terima kasih ya, Jihan,” ucap Kamal.

“Sama-sama, Bang,” jawab Jihan.

“Assalamualaikum,” ucap Jihan.

“Waalaikumsalam,” jawab semua orang.

Jihanpun pergi meninggalkan rumah Ibu Wenti. Sebelum pulang Jihan mampir dulu ke toko buku, ia mencari oleh-oleh untuk Alika. Jihan membeli buku stiker puzzle untuk Alika. Setelah dari toko buku ia pun pulang ke rumah Ibu Farida.

Di depan rumah Ibu Farida nampak sepi. Tidak terdengar suara Alika menangis. Jihan memasukkan motornya dan memarkirkannya di depan garasi.

“Assalamualaikum,” ucap Jihan ketika masuk ke dalam rumah Ibu Farida.

“Waalaikumsalam,” jawab Bi Isah di dapur.

Di dalam rumah nampak sepi. Jihan menghampiri Bi Isah yang sedang mencuci piring.

“Alika nangisnya lama nggak, Bi?”  tanya Jihan.

“Lumayan lama, Teh. Susah untuk dibujuk. Baru bisa diam ketika diajak baca iqra sama Ibu,” jawab Bi Isah.

“Sekarang Alikanya dimana?” tanya Jihan.

“Sepertinya tidur. Tadi dibawa Bapak ke atas,” jawab Bi Isah.

“Saya ke kamar dulu, Bi,” kata Jihan.

“Iya, Teh,” jawab Bi Isah.

Jihan naik ke lantai atas. Sebelum ia masuk ke kamarnya, ia ke kamar Alika terlebih dahulu. Perlahan Jihan membuka pintu kamar Alika. Ternyata Alika sedang tidur bersama dengan papahnya. Jihan menutup kembali pintu kamar lalu ia pergi ke kamarnya. Ia bisa istirahan sebentar sebelum Alika bangun.

Setelah sholat ashar Jihan keluar dari kamarnya utuk membantu Bi Isah di dapur, namun ketika ia hendak turun dari tangga terdengar suara pintu kamar Alika dibuka.

“Sebentar, Papa buatkan susu dulu,” kata Abrisam kepada Alika.

Dengan terhuyung-huyung Abrisam keluar dari kamar. Jihan tidak jadi ke dapur.

“Alika sudah bangun, Pak?” tanya Jihan.

“Sudah. Dia minta susu,” jawab Abrisam.

“Biar saya buatkan,” kata Jihan.

“Terima kasih,” ucap Abrisam lalu kembali ke kamar Alika.

Jihan turun untuk membuatkan susu. Setelah selesai ia membawa susu ke kamar Alika. Jihan membuka pintu kamar Alika. Alika sedang tidur-tiduran di atas tempat tidur sedangkan Abrisam sedang tidur di sebelah Alika.

“Alika, ini susunya,” kata Jihan.

Mendengar suara Jihan, Alika langsung bangun.

“Mama,” teriak Alika dengan senang.

Alika turun dari tempat tidur dengan cara menindihi Abrisam.

“Aow” kata Abrisam kerika Alika menindihi perutnya.

Alika menghampiri Jihan.

“Minum susunya di kamar Tante. Kasihan papahnya masih ngantuk,” kata Jihan.

Jihan membawa Alika ke kamarnya. Alika tidur di atas tempat tidur Jihan sambil mengedot susunya.

Jihan mengeluarkan gambar pemberian Akmal.

“Ini untuk Alika dari Abang,” Jihan memberikan gambar kepada Alika.

Alika langsung bangun dari tempat tidur dan membuka lipatan kertas itu. Alika memandangi gambar pemberian Akmal.

“Bagus gambalnya,” puji Alika.

Jihan mengeluarkan buku sticker puzzle yang ia beli. Lalu diberikan kepada Alika.

“Ini oleh-oleh dari Tante,” kata Jihan.

Alika membuka buku stiker puzzle. Stiker yang ada dibuku itu gambarnya acak-acakan.

“Ini apa, Mah?” tanya Alika.

“Itu stiker puzzle. Gambarnya harus di urut biar jelas,” jawab Jihan.

“Alika mau ulutin cekalang,” ujar Alika.

“Nanti kalau sudah mandi. Sekarang habiskan dulu susunya terus Alika mandi,” kata Jihan.

Alikapun menurut ia melanjutkan minum susu.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

justru sekarang Akmal yg di pisahkan dr bundanya..🤔🤔

2023-11-03

2

Yani

Yani

Sabar ya Akmal sebentar ikut bunda lagi

2022-11-15

2

AnggieYuniar

AnggieYuniar

seneeng banget bacaa alikaa ngomong, aplg klo sama bang akmal 😘😘😘

2022-11-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!