Jihan merenung di dalam kamarnya memikirkan perkataaan Ibu Farida. Yang menjadi pikiran Jihan adalah bagaimana dengan Akmal jika ia bekerja di rumah Ibu Farida. Karena ia harus berada di rumah Ibu Farida dari pagi hingga sore hari mengurus Alikai. Berbeda jika dia membuat kue, ia membuat kue malam hari dan dini hari ketika Akmal masih tidur. Sedangkan siang harinya ia bisa mengerjakan pekerjaan rumah sambil mengurus Akmal. Jihan tidak ingin merepotkan Ibu Wenti. Mantan mertuanya sudah tua, kasihan kalau harus mengurus Akmal.
Lebih baik sholat dulu biar tenang, kata Jihan di dalam hati.
Jihan keluar dari kamarnya untuk berwudhu. Di ruang makan ada Ibu Wenti yang sedang minum. Jihan menghampiri Ibu Wenti. Ia duduk di depan Ibu Wenti.
“Bu, ada yang mau Jihan bicarakan,” kata Jihan kepada Ibu Wenti.
“Bicaralah,” jawab Ibu Wenti.
“Jika Jihan bekerja di rumah Ibu Farida bagaimana dengan Akmal?” tanya Jihan.
“Tidak mungkin setiap hari Jihan harus membawa Akmal ke rumah Ibu Farida. Tidak enak dengan Ibu Farida dan Pak Abrisam,” kata Jihan.
“Akmal di rumah sama Ibu. Kamu hanya mengantar jemput Akmal. Bicarakan dengan Ibu Farida dan Pak Abrisam, agar kamu diijinkan mengantar jemput Akmal,” kata Ibu Wenti.
“Nanti Ibu repot harus mengurus Akmal,” kata Jihan.
“Tidak apa-apa. Lagipula Akmal sudah besar, dia sudah bisa semuanya sendiri. Ibu hanya mengawasinya saja,” kata Ibu Wenti.
“Baiklah, Bu,” jawab Jihan.
“Jihan sholat dulu, Bu,” kata Jihan.
Jihan beranjak dari meja makan menuju ke kamar mandi untuk wudhu.
***
Keesokan harinya seperti biasa Jihan pergi menuju ke rumah Ibu Farida setelah mengantarkan Akmal sekolah.
“Mama,” teriak Alika sambil berlari ketika mendengar Jihan mengucapkan salam di depan pintu pagar.
Gadis kecil itu berlari sambil membawa buku mewarnai.
“Anak soleha, kalau ada yang mengucapkan salam harus jawab apa?” tanya Jihan kepada Alika.
“Waalaicumcalam,” jawab Alika.
“Pinter,” puji Jihan.
Jihan membuka pintu pagar lalu memasukkan motornya ke halaman rumah.
“Mama, lihat gambal Alika,” kata Alika menunjukkan buku mewarnainya.
“Bagus sekali,” puji Jihan ketika melihat hasil mewarnai Alika.
“Alika mau mewalnai lagi,” ujar Alika lalu ia berlari menuju ke ruang keluarga.
“Nene, Mama cudah datang,” teriak Alika sambil berlari.
“Assalamualaikum,” ucap Jihan ketika masuk ke dalam ruang keluarga.
“Waalaikumsalam. Masuk Jihan,” jawab Ibu Farida.
Jihan duduk di sebelah Alika.
“Bagaimana? Apakah sudah kamu pikirkan tawaran Ibu?” tanya Ibu Farida.
“Sudah, Bu,” jawab Jihan.
“Apa jawabanmu?” tanya Ibu Farida.
“Saya bersedia menjadi pengasuh Alika,” jawab Jihan.
“Tapi saya minta agar diperbolehkan mengantar dan menjemput Akmal sekolah,” kata Jihan.
“Tentu saja boleh. Kamu masuk kerja setelah mengantar Akmal sekolah. Nanti ssetelah Akmal pulang sekolah, Akmal di sini saja biar Alika ada teman,” kata Ibu Farida.
“Biar Akmal di rumah saja bersama neneknya. Kalau terus menerus ikut ke sini nanti merepotkan,” jawab Jihan.
“Tidak apa-apa Akmal ikut ke sini. Dia anak yang baik, Alika senang bermain dengan Akmal,” kata Ibu Farida.
“Baiklah, Bu kalau memang diperbolehkan Akmal ikut ke sini,” jawab Jihan.
“Kalau begitu kamu mulai bekerja hari ini,” kata Ibu Farida.
“Baik, Bu,” jawab Jihan.
Sore harinya ketika Jihan sedang mengajarkan Alika mengaji terdengar suara pintu pagar dibuka. Sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah Ibu Farida.
“Papa pulang,” kata Alika.
Gadis kecil itu berlari menuju ke garasi. Jihan mengejar Alika, ia takut Alika tertabrak mobil.
“Alika, jangan dekat-dekat mobil,” kata Jihan.
“Nga, Alika beldili di cini,” jawab Alika.
Alika berdiri di garasi melihat papanya yang sedang memasuki mobil ke dalam garasi. Hingga akhirnya mobil Abrisam terparkir di garasi. Alika mendekati mobil papanya lalu mengetuk-ngetuk kaca mobil. Abrisam membuka pintu mobil.
“Papa, Alika belajal ngaji cama Mama dan Kaka,” kata Alika kepada Abrisam.
“Pinter anak Papa,” puji Abrisam sambil mengusap kepala putrinya.
“Papa calam dulu,” kata Alika sambil mengulurkan tangannya.
Abrisam memberikan tangannya dan Alika mencium tangan papahnya.
“Alika mau ngaji lagi,” kata Alika lalu kembali ke ruang keluarga. Jihan mengikuti Alika.
“Assalamualaikum,” ucap Abrisam ketika masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumsalam,” jawab semua orang.
Abrisam mencium tangan Ibu Farida.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu di kantor?” tanya Ibu Farida kepada Abrisam.
“Alhamdullilah lancar, Bu,” jawab Abrisam.
“Syukurlah,” ucap Ibu Farida.
“Saya ke kamar dulu, Bu,” kata Abrisam.
Lalu Abrisam menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.
“Alika ngajinya sudah dulu. Kita teruskan besok. Sekarang Alika makan dulu,” kata Jihan kepada Alika.
“Iya, Mama,” jawab Alika.
Jihan pergi ke dapur untuk mengambil makanan untuk Alika.Tak lama kemudian Jihan kembali membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk dan sayur mayur untuk Alika.
“Kenapa tidak sekalian bawa untuk Akmal?” tanya Ibu Farida ketika melihat Jihan hanya membawa satu piring.
“Akmal makan di rumah, Bu,” jawab Jihan.
“Kenapa tidak sekalian makan di sini?” tanya Ibu Farida.
“Biar makan bareng dengan Neneknya,” jawab Jihan
Jihan merasa tidak enak jika ia dan Akmal sering makan di rumah Ibu Farida. Jihan menyuapi Alika. Alika makan sambil menonton televisi bersama Akmal.
Abrisam turun dari lantai atas. Ia terlihat segar stelah mandi. Abrisam duduk di sebelah Ibu Farida.
“Mau makan sekarang?” tanya Ibu Farida kepada Abrisam.
“Mau,” jawab Abrisam.
Ibu Farida menuju ke dapur untuk menyuruh bi Isah menyiapkan makanan. Jihan sudah selesai nenyuapi Alika. Kemudian ia ke dapur untuk menyimpan piring.
“Habis makannya?” tanya Ibu Farida melihat piring yang dibawa Jihan sudah kosong.
“Habis, Bu. Alika banyak makannya,” jawab Jihan.
“Alhamdullilah,” ucap Ibu Farida.
“Kamu makan dulu sebelum pulang,” kata Ibu Farida.
“Terima kasih, Bu. Saya makan di rumah saja bersama Ibu saya,” jawab Jihan.
“Bu, saya pamit pulang,” kata Jihan.
“Iya. Terima kasih, ya,” ucap Ibu Farida.
“Sama-sama, Bu,” jawab Jihan.
Jihan keluar dari dapur lalu menghampiri Alika.
“Alika, Tante dan Abang pulang dulu sudah sore,” kata Jihan kepada Alika.
“Besok ke cini lagi, ya,” kata Alika.
“Iya,” jawab Jihan.
“Ayo, Bang,” kata Jihan kepada Akmal.
Jihan dan Akmal beranjak menuju ke sofa mengambil tas mereka.
“Pak, saya permisi pulang dulu,” Jihan pamit kepada Abrisam.
“Iya, terima kasih,” jawab Abrisam.
Akmal mencium tangan Abrisam. Lalu Akmal menuju ke dapur untuk salam dengan Ibu Farida.
“Terima kasih ya, Bang sudah menemani Alika,” kata Ibu Farida ketika mereka keluar dari dapur.
“Iya, Nek,” jawab Akmal.
“Assalamualaikum,” ucap Jihan sebelum pergi.
“Waalaikumsalam,” jawab semua orang.
Jihan dan Akmal keluar dari rumah Ibu Farida. Mereka pulang dengan menggunakan motor.
Waktu terus berlalu namun pengasuh Alika tidak datang kembali dari kampung halamannya. Suatu hari ia menelepon Ibu Farida dan mengatakan kalau ia tidak kembali lagi bekerja di rumah Ibu Farida. Karena ia akan segera menikah. Akhirnya terpaksa Jihan yang seterusnya menjadi pengasuh Alika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kasihan bu Wanti jd kesepian krn Jihan full sehari jagain Alika...
2023-11-03
1
itanungcik
lanjut bestie
2022-11-25
1
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
jadi pengasuh sesungguhnya
2022-11-08
1