11. Menjemput Bang Kamal.

Jihan meminta ijin kepada Ibu Wenti kalau ia akan tinggal di rumah Ibu Farida.

“Keputusan ada di tanganmu. Ibu tidak berhak melarangmu. Kamu bebas melakukan apa saja yang kamu inginkan,” jawab Ibu Wenti.

Jihan meminta ijin kepada Ibu Wenti karena Jihan menghormati Ibu Wenti yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Walaupun ia sudah bercerai dengan anak Ibu Wenti.

Jihan ingat ketika ia mengatakan kepada Ibu Wenti akan bercerai dengan Kamal, Ibu Wenti tidak berusaha mencegahnya untuk bercerai dari Kamal. Beliau malah meminta maaf kepada Jihan karena anaknya telah menyakiti hati Jihan. Bahkan beliau dan suaminya meminta Jihan tinggal bersama mereka untuk menebus kesalahan yang diperbuat oleh anak semata wayangnya. Merekalah yang menghidupi Jihan dan Akmal. Sampai akhirnya terdengar kabar kalau ayahnya Akmal ditangkap provos karena sedang mengkonsumsi narkotika bersama dengan kekasihnya. Di saat itulah Pak Chalif mengalami serangan jantung hingga nyawanya tidak tertolong lagi. Akhirnya Ibu Wenti hanya tinggal bersama mantan menantunya dan cucunya selama anaknya di penjara.

Mereka hidup dengan uang pensiun Pak Chalif. Untuk membantu keuangan keluarga Jihan membuat kue dan dititipkan ke warung dan toko kue. Uang dari hasil berjualan kue Jihan bisa membeli motor untuk mengantar Akmal ke sekolah.

Jihan memasukkan baju-bajunya ke dalam tas.  Akmal memperhatikan bundanya yang sedang membereskan barang-barangnya.

“Bunda tinggal di rumah ade?” tanya Akmal kepada Jihan.

“Iya,” jawab Jihan.

“Akmal tinggal di sini sama nenek dan ayah. Nanti kalau Bunda sudah punya uang untuk mengontrak rumah, baru Akmal ikut Bunda,” kata Jihan.

“Iya, Bunda,” jawab Akmal.

Jihan mendekati Akmal lalu memeluk Akmal. Diusapnya punggung anak semata wayangnya.

“Akmal anak Bunda yang sholeh. Nurut ya, sama nenek dan ayah,” kata Jihan.

“Iya, Bunda,” jawab Akmal.

“Akmal boleh ke rumah ade?’ tanya Akmal.

“Boleh. Tapi harus ijin sama nenek dan ayah,” jawab Jihan.

“Baik, Bunda,” kata Akmal.

***

Keesokan harinya Jihan pindah ke rumah Ibu Farida. Alika melihat Jihan datang dengan membawa tas yang besar dan banyak.

“Mama, jadi tinggal di cini cama Alika?” tanya Alika ketika Jihan turun dari motor.

“Iya, Alika,” jawab Jihan.

“Aciiiikkk. Alika bica bobo cama Mama,” sorak Alika.

“Alika kan sudah besar. Bobo sendiri, ya,” kata Jihan.

“Kaka tidak ikut tinggal di cini?” tanya Alika.

“Tidak. Abang mau menemani ayah dan neneknya,” jawab Jihan.

Mendengar jawaban Jihan Alika langsung cemberut.

“Alika mau main cama kaka,” kata Alika dengan wajah yang bersedih.

“Nanti kapan-kapan Abang menginap di rumah Alika,” kata Jihan.

“Aciiiiikkkk Abang mau menginap di lumah Alika,” sorak Alika.

“Ayo kita masuk dulu. Tante mau menyimpan barang-barang,” kata Jihan.

Jihan mengangkat tasnya satu persatu.

“Alika juga mau bawa tas Mama,” kata Alika.

“Jangan, sayang. Tas Tante berat semua,” kata Jihan.

“Alika bawa apa?” tanya Alika dengan wajah cemberut.

“Alika bawa ini aja,” Jihan memberikan tas selempangnya kepada Alika. Dengan senang hati Alika membawa tas selempang Jihan.

Jihan dan Alika masuk ke dalam rumah.

“Assalamualaikum,” ucap Jihan ketika masuk ke dalam rumah.

“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Farida.

“Bawa langsung barang-barangmu ke kamar,” kata Ibu Farida.

Jihan langsung naik ke tangga. Sementara Alika berjalan di belakang Jihan.

“Alika bawa apa?” tanya Ibu Farida melihat Alika memakai tas selempang yang kepanjangan.

“Tas mama,” jawab Alika.

Alika ikut naik ke tangga.

“Hati-hati naiknya. Nanti jatuh,” kata Ibu Farida.

“Iya,” jawab Alika sambil berpegangan pada tembok.

***

Hari sabtu pun tiba, hari ini Jihan ijin untuk mengantarkan Ibu Wenti dan Akmal ke penjara. Pagi-pagi sekali Jihan sudah bersiap-siap untuk pergi.

“Mama, mau kemana?” tanya Alika melihat Jihan sedang berdandan.

“Tante mau pergi menemani abang dan nenek,” jawab Jihan.

“Alika mau ikut Mama,” kata Alika dengan manja.

“Jangan, mobilnya penuh. Nanti Alika duduk dimana?” tanya Jihan.

“Naik mobil Mama aja. Mobil Mama kan becal,” kata Alika.

“Siapa yang menyetir mobil mama? Tante tidak bisa menyetir,” tanya Jihan.

“Papa yang menyetir,” jawab Alika.

“Kasihan papa Alika cape sudah kerja seharian. Biarkan papa istirahat,” kata Jihan.

“Alika mau ikut Mama,” kata Alika sambil menangis.

“Nanti Tante bawakan oleh-oleh,” kata Jihan.

“Alika mau oleh-oleh apa?” tanya Jihan.

“Alika nga mau oleh-oleh. Alika mau ikut Mama,” jawab Alika.

Jihan menggendong Alika dan membawanya keluar kamar.

“Alika kenapa?” tanya Abrisam melihat Alika di gendong Jihan sambil menangis.

“Alika mau ikut mama. Tapi nga boleh ikut cama mama. Kata mama mobilnya penuh,” jawab Alika.

“Sini, Alika sama Papa saja,” kata Abrisam lalu mengambil Alika dari gendongan Jihan.

“Nga mau. Alika mau ikut Mama!” kata Alika sambil memeluk erat Jihan.

Abrisam mengambil paksa Alika dari gendongan Jihan.

“Nga mau. Alika nga mau cama Papa. Alika mau ikut Mama!” kata Alika sambil berpegangan pada kerudung Jihan. Jihan terpaksa melepaskan tangan Alika dari kerudungnya. Hingga akhirnya Abrisam berhasil menggendong Alika.

“Aaangngng. Alika nga mau cama Papa! Alika mau ikut mama!” Alika menjerit hingga terdengar keluar rumah.

Melihat Alika menangis dan menjerit membuat Jihan tidak tega melihatnya.

“Pergilah! Biar Alika sama saya,” kata Abrisam sambil menggendong Alika yang meronta-ronta.

Akhirnya Jihanpun pergi. Ia mengendarai motornya menuju ke rumah Ibu Wenti. Tangisan Alika terdengar sampai jauh.

“Astagfirullahaladzim,” ucap Jihan ketika masih mendengar jerita Alika walaupun sudah jauh dari rumah Ibu Farida.

***

Jihan, Ibu Wenti dan Akmal sedang berdiri di depan pintu penjara. Mereka menunggu Kamal keluar dari penjara. Ketika pintu penjara dibuka keluarlah seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh tiga tahun. Laki-laki itu badannya nampak kurus namun wajahnya nampak lebih segar dari ketika ia masuk ke dalam penjara.

“Ayah!” seru Akmal lalu berlari hendak memeluk ayahnya.

Kamal menggendong Akmal. Dipeluknya Akmal dengan terharu.

“Maafkan Ayah, Akmal,” ucap Kamal sambil menangis.

Lalu Kamal menurunkan Akmal. Ia menghampiri Ibu Wenti. Kamal mencium tangan Ibu Wenti lalu memeluknya.

“Maafkan Kamal, Bu,” ucap Kamal keika memeluk ibunya.

“Semuanya sudah berlalu. Ibu sudah memaafkanmu,” jawab Ibu Wenti sambil mengusap punggung putranya.

Kamal melepaskan pelukannya dan ia memandang wanita yang berdiri di belakang Ibu Wenti. Wanita yang dulu ia sia-siakan hanya karena ia tergoda perempuan lain.

“Jihan, maafkan Abang,” ucap Kamal.

Jihan tersenyum mendengar ucapan mantan suaminya.

“Jihan sudah memaafkan semua kesalahan Abang,” jawab Jihan.

“Ayo kita pulang. Jihan sudah memasak makanan ke sukaanmu,” kata Ibu Wenti kepada Kamal.

Kamal menggandeng tangan Akmal. Lalu mereka berjalan menuju ke tempat parkir penjara, dimana taksi online sudah menunggu mereka.

Selama perjalanan menuju ke rumah Kamal sesekali menoleh ke belakang. Ia menoleh ke arah Jihan. Wanita itu dari tadi menatap keluar jendela. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang ada dipikiran wanita itu.

Akhirnya merekapun sampai di rumah Ibu Wenti. Mereka semua turun dari taksi. Jihan yang membayar taksi.

“Assalamualaikum,” ucap Kamal ketika masuk ke dalam rumah orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

kemal bakalan nyesel tuh udah sia² in Jihan..

2023-11-03

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KNP AKMAL DITINGGAL, KNP GK DIAJAK TINGGAL DRMH ABRISAM, BIAR ALIKA ADA TEMANNYA..

2023-04-17

1

Armi Armi

Armi Armi

kenapa akmal gak di ajak sekalian, kan sdh di bolehin akmal nya ikut tinggal

2023-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!