19. Ke Rumah Orang Tua Jihan.

Dua minggu setelah Abrisam melamar Jihan. Abrisam sudah mantap untuk menemui orang tua Jihan.

Abrisam dan keluarganya pergi ke rumah orang tua Jihan yang berada di Tangerang Selatan. Jihan dan Akmal juga ikut bersama Abrisam.

"Assalamualaikum, " ucap Jihan ketika berdiri di depan rumah orang tuanya.

Pintu rumah terbuka dan di dalam rumah terdngar suara orang yang sedang berbicara.

"Waalaikumsalam, " jawab Ibu Nia menghampiri ke ruang tamu.

"Jihan,” kata Ibu Nia ketika melihat Jihan berdiri di depan rumah.

Jihan menghampiri mamahnya dan mencium tangan mamahnya.

Ibu Nia memeluk putrinya.

"Apa kabar sayang?" tanya Ibu Nia.

"Alhamdullilah sehat, Mah, " jawab Jihan.

“Kenapa kamu jarang pulang?” tanya Ibu Nia.

Hanya tersenyum mendengar pertanyaan mamahnya.

"Nenek, " Akmal mengulurkan tangannya hendak mencium tangan neneknya.

"Akmal kamu sudah besar, " ujar Ibu Nia sambil memgusap kepala Akmal. Lalu Ibu Nia mengulurkan tangannya ke Akmal dan Akmal mencium tangan Ibu Nia.

Ibu Nia melihat Alika yang mengumpat di balik kaki Jihan.

"Siapa yang cantik ini? " tanya Ibu Nia lalu mencolek pipi Alika.

"Alika," Jawab Alika dengan malu-malu.

"Salam dulu dong sama Nenek, " kata ibu Nia sambil mengulurkan tangannya. Alika mencium tangan Ibu Nia.

Ibu Nia melihat Abrisam dan Ibu Farida yang berdiri di belakang Jihan.

"Mah, ini Mas Abrisam dan mamahnya, " Jihan memperkenalkan Abrisam dan Ibu Farida kepada mamahnya.

“Saya mamahnya Jihan,” kata Ibu Nia lalu ia menyalami Abrisam dan Ibu Farida.

"Ayo, masuk, " ajak Ibu Nia.

Mereka semua masuk ke dalam rumah orang tua Jihan. Jihan berjalan sambil menuntun Alika. Sedangkan Akmal langsung masuk ke dalam rumah.

Ibu Nia menghampiri suaminya yang asyik berbicara dengan anak-anak dan menantu-menantunya

"Pah, ini Jihan dan calon suaminya sudah datang. Jangan ngobrol terus dong, " kata Ibu Nia menghampiri suaminya yang berada di ruang keluarga.

Papah, kakak-kakak dan ipar-ipar Jihan menghampiri Jihan beserta rombongan.

"Papah, " kata Jihan lalu mencium tangan Pak Dedi.

"Kamu kemana saja? Tidak pulang-pulang?" tanya Pak Dedi kepada Jihan.

"Jihan kerja, Pah, " jawab Jihan.

“Kerja apa? Jadi pembuat kue?” tanya Pak Dedi.

“Jihan kerja di rumah Mas Abrisam,” jawab Jihan.

Akmal mendekat Pak Dedi lalu ia mencium tangan Pak Dedy.

"Akmal sudah besar. Kenapa tidak pernah ke rumah kakek?" tanya Pak Dedi kepada Akmal.

“Sudah lupa sama Kakek dan Nenek, ya?” tanya Pak Dedi.

Akmal hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Ini siapa?" tanya Pak Dedi melihat Alika yang menempel pada Jihan.

"Alika, " jawab Alika.

"Salam dulu dong sama Kakek," kata Pak Dedi tangan sambil mengulurkan tangannya.

Alika mencium tangan Pak Dedi.

"Pah, ini Mas Abrisam dan mamahnya, " Jihan memperkenalkan Abrisam dan Ibu Farida kepada papahnya.

Pak Dedi mengalami Abrisam dan Ibu Farida.

Kakak-kakak Jihan dan kakak-kakak ipar Jihan menyalami Abrisam dan Ibu Farida.

“Ini siapa yang cantik?” tanya Neni kakak Jihan sambil mencoleh pipi Alika.

“Alika,” jawab Alika.

“Lucu, cantik lagi. Tante jadi gemes,” kata Neni sambil mencubit pipi Alika.

“Eh, jangan dicubit! Nanti nangis,” seru Fahmi suami Neni.

“Habis lucu, sih,” kata Neni yang terus saja mencubit pipi Alika.

“Silahkan duduk,” Pak Dedi mempersilahkan Abrisam dan Ibu Farida duduk.

Abrisam dan Ibu Farida duduk di ruang keluarga. Mereka berbincang-bincang sejenak. Ibu Nia dan kakak-kakak Jihan pergi ke dapur untuk membuatkan minum.

“Alika di sini ya, sama Abang. Tante mau membantu nenek,” bisik Jihan kepada Alika.

“Mau ikut Mama,” ujar Alika.

“Ayo, ikut Tante,” kata Jihan. Jihan peergi ke dapur sambil menuntun Alika.

Di dapur Ibu Nia dan kakak-kakak Jihan sedang sibuk menyiapkan minuman dan snack untuk tamu.

“Eh, ada si cantik,” kata Rahma ketika melihat Alika ikut Jihan ke dapur.

“Manggil Jihan apa?” tanya Neni kepada Jihan.

“Mamah,” jawab Ibu Nia sambil menuangkan sirup ke gelas.

Neni menoleh ke Ibu Nia.

“Kok, Mamah tau?” tanya Neni.

“Tau dong. Kalau lagi video call sama Jihan dan Akmal, Alika suka ikut. Dia manggil Jihan mamah,” jawab Ibu Nia.

“Disuruh manggil tante, tapi manggil mamah lagi mamah lagi,” kata Jihan.

“Kenapa tidak panggil bunda, seperti Bang Akmal?” tanya Neni kepada Alika.

Alika berpikir sejenak.

“Bunda,” kata Alika sambil menatap Jihan.

“Apa, sayang?” jawab Jihan sambil mengusap rambut Alika.

“Tambah satu lagi deh, buntutnya Jihan,” kata Rahma.

“Anak Bunda Jihan, ya?” tanya Rahma ke Alika.

Alika mengangguk.

Ibu Nia dan kakak-kakak Jihan membawa minuman dan snack menuju ke ruang keluarga. Sedangkan Jihan tidak membawa apa-apa, ia hanya menuntun Alika.

Mereka bergabung di ruang keluarga. Abrisampun mulai mengutarakan niat kedatangannya ke rumah orang tua Jihan.

“Kedatangan saya ke sini bersama Ibu dan anak saya adalah untuk melamar Jihan menjadi istri,” kata Abrisam.

Pak Dedi diam sejenak.

“Kamu pernah bicara ke Jihan kalau kamu mau menikah dengan Jihan?” tanya Pak Dedi.

“Pernah, Om,” jawab Abrisam.

“Apa jawaban Jihan, dia menerima lamaranmu?” tanya Pak Dedi.

“Iya, Om. Jihan menerima lamaran saya,” jawab Abrisam.

“Hmm. Baguslah Jihan menerima lamaranmu. Karena semenjak ia bercerai dengan Kamal, banyak orang yang datang ke rumah untuk melamar Jihan. Tapi ditolak semua oleh Jihan. Makanya Jihan tidak mau kembali ke rumah ini karena takut ada yang datang untuk melamarnya. Jihan memilih tinggal di Bandung bersama mantan ibu mertuanya daripada tinggal di sini,” kata Pak Dedi.

Mendengar perkataan Pak Dedi, Abrisam menoleh ke Jihan.

“Bohong, Mas. Itu cuma karangan Papah saja,” sahut Jihan.

“Papah, jangan bilang begitu ke Mas Abri!” Jihan protes kepada Pak Dedi.

“Kalau tidak percaya tanya ke mamahnya Jihan,” kata Pak Dedi.

“Memang benar, Bri. Tapi kebanyakan mereka ingin menjadikan Jihan istri muda mereka,” jawab Ibu Nia.

“Tapi ang masih bujangan juga ada melamar Jihan,” ujar Pak Dedi.

“Tapi Jihannya tidak mau. Takut dikecewakan lagi,” kata Ibu Nia.

“Kemarin Rizal yang bekerja di perusahaan tambang BUMN, nanyain Jihan terus. Om, Jihan kemana Om? Kapan pulang, Om? Begitu kata Rizal,” kata Pak Dedi yang terus saja memanas-manasi Abrisam.

“Sudah ah, Pah. Jangan bicara seperti itu lagi! Mas Abrisam dan ibunya ke sini untuk melamar Jihan. Bukan untuk mendengarkan masa lalu Jihan,” kata Jihan agar Pak Dedi menghentikan pembicaraannya.

Pak Dedi menghela nafas.

“Jadi Abrisam serius ingin menikah dengan Jihan?” tanya Pak Dedi.

“Iya, Om,” jawab Abrisam.

“Kamu taukan kenapa Jihan bercerai dengan Kamal?” tanya Pak Dedi.

“Tau, Om. Karena ada perempuan lain,” jawab Abrisam.

“Saya tidak ingin hal itu terulang lagi kepada Jihan. Kalau Abrisam hanya ingin mempermainkan Jihan, lebih baik kamu mundur dari sekarang! Sebab sebagai orang tua, saya tidak ingin anak saya disia-siakan oleh suaminya!” kata Pak Dedi.

“Saya serius untuk memperistikan Jihan. Om bisa pegang omongan saya. Saya akan berusaha untuk tidak mempermainkan, menelantarkan dan menyia-nyiakan Jihan. Saya siap menerima semua resikonya kalau saya sampai mengecewakan Jihan,” janji Abrisam.

“Saya tidak butuh janji kamu. Yang saya inginkan bukti keseriusan kamu kepada anak saya!” seru Pak Dedi sambil menatap tajam ke Abrisam.

Terpopuler

Comments

Devi Sihotang

Devi Sihotang

cieeeh cieeh abri udah ngelamar jihan...
menuju halal ini...

2023-08-08

1

Yani

Yani

Papa Jihan mantap

2022-11-15

1

AnggieYuniar

AnggieYuniar

mantaaaap abri.. maju teroooossss pantang balik 😂

2022-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!